Penolakan Lisa

Penjelas Arkan tidak membuat Lisa langsung menerima lamarannya. Lisa hanya tersenyum masam menanggapi penjelasan itu. "Bagaimana bisa Anda menganggap saja jodoh anda hanya karena sebuah pertemuan yang sepele seperti itu? Bahkan saya merasa tidak pernah bertemu dengan Anda. Anda tidak benar-benar mengenal saya dan begitu juga sebaliknya. Pernikahan itu bukan untuk satu atau dua hari saja, apakah anda paham?" ucap Lisa dengan kepala yang masih tertunduk dan senyum yang masam.

"Tapi saya benar-benar mencintaimu, Melisa. Dengan cinta, semuanya bisa teratasi," jawab Arkan dengan pedenya.

"Maaf. Saya bukan wanita yang mudah jatuh cinta. Sepertinya saya tidak bisa menerima lamaran ini. Silahkan Anda semua pulang saja. Saya mohon maaf."

"Melisa ... tolong. Saya berjanji akan mengerti dengan keadaan kamu. Saya akan belajar dengan apa yang kamu suka dan tidak suka. Baru kali ini Saya melihat seorang wanita yang memiliki sinar berbeda di wajahnya. Wanita itu cuma kamu. Sekarang kita belum saling mengenal, tapi kita bisa saling mengenal setelah menikah supaya Saya bebas menyentuhmu, karena Saya yakin kamu bukan wanita yang mudah untuk disentuh sebelum halal. Saya tidak akan melarang hobi dan apa pun yang kamu suka,"

"Hm. Benar. Itu yang saya lakukan dulu dengan suami saya sebelumnya. Saya langsung menerima lamarannya dan langsung menikah dengannya. Saya juga berpikir demikian. Mengenal setelah menikah itu indah karena kami berpacaran halal, tapi nyatanya keindahan itu hanya terjadi di tiga tahun pertama saja. Setelah itu banyak sekali sifat asli yang keluar diluar pemikiran saya. Memang tidak ada kekerasan dalam rumah tangga saya, tapi perlu anda tahu jika lidah yang tidak bertulang itu lebih sakit kata-katanya dari pada tertusuk pisau. Saya kira suami saya itu orang yang baik hati, ternyata dia menusuk saya dengan belati tanpa berpikir dua kali. Saya ...."

"Tolong ... jangan sama ratakan semua laki-laki itu sama dengan laki-laki yang sudah menyakitimu sebelumnya, Melisa." Arkan menyela ucapan Lisa.

"Benar, Nak. Kami sama sekali nggak mandang status janda kamu asalkan Arkan bahagia. Semua orang pernah gagal, tapi nggak semua orang itu sama. Bukankah lebih enak pacaran halal? Kalian juga udah berumur. Jadi niat baik itu memang tidak perlu di tunda. Kami akan bertemu kedua orang tuamu setelah kamu setuju dengan lamaran ini," kata Ibu Aisyah.

"Iya, Nak Melisa. Bisa tolong pikirkan kembali lamaran ini? Atau kamu bisa minta waktu, nggak pa-pa. Itu lebih baik dari pada kamu langsung menolak." Pak Gufron pun angkat bicara.

Melisa tidak langsung menjawab apa-apa. Suasana kembali hening beberapa saat dan kemudian ponselnya berdering tanda ada panggilan masuk. "Maaf, saat terima telpon dulu sebentar, ini cukup penting bagi saya." Melisa pun berpindah ke ruangan lain untuk menerim telepon.

"Pak, kok Bapak malah minta waktu sih sama Melisa. Nanti terlalu lama Arkan ditikung laki-laki lain, gimana?" Melisa mendengar perkataan itu. Namun tidak dia hiraukan dan langsung menjawab panggilan masuk di ponselnya.

"Assalamu'alaikum, Kak Hendi," sapa Melisa yang suaranya cukup terdengar oleh telinga Arkan. "Ah, iya maaf ya Kak, mungkin Meli agak telat dikit soalnya tiba-tiba ada tamu." Arkan mempertajam pendengarannya. "Iya, Kak ... hm ... ada-ada aja. Iya Meli akan segera berangkat, Kak. Baik ... hm wa'alaikumsalam." Lisa mengakhiri panggilan itu dan Arkan segera bersikap biasa seolah tidak mendengar jika Meli telah menerima telepon dari seorang laki-laki.

Lisa pun kembali duduk di tempatnya dan kembali mengatur nafasnya. "Melisa, tolong izinkan saya di dekatmu atau kamu yang di dekat saya jika kamu butuh waktu untuk mengenal saya," belum Lisa berucap, Arkan mendahuluinya.

"Maaf. Saya benar-benar tidak punya banyak waktu untuk memikirkan masalah pernikahan. Saya sangat menikmati status janda saya. Sekali lagi mohon maaf, tapi saya sedang buru-buru. Saya ada janji untuk bertemu seseorang," jawab Lisa dengan sopannya.

"Apa dia laki-laki?" tanya Arkan.

"Iya, dia laki-laki," jawab Lisa dengan cepat.

"Apa kamu suka sama dia sampe kamu langsung menolak orang yang sudah jelas ...."

"Mohon maaf, saya sudah bilang kalau saya nggak punya waktu untuk memikirkan masalah yang bersangkutan dengan sebuah ikatan pernikahan."

"Arkan, sudahlah. Jangan memaksa, beri Melisa waktu. Nak, ini ada tanda lamaran anak kami Arkan. Memang tidak seberapa, tapi kami akan meninggalkan ini dan kamu bisa pikirkan lagi lamaran kami. Maaf jika kedatangan kami mengganggu, kami akan pamit pergi," Ibu Aisyah pun beranjak seraya menarik tangan Arkan untuk setuju dengan keputusannya.

"Mak ... kok Emak gitu sih. Arkan cuma mau menikah dengan dia, kalau perlu malam ini juga," rengek Arkan layaknya seorang anak kecil yang meminta untuk dibelikan sebuah permen.

"Arkan, semakin kamu memaksa maka Emak yakin Melisa semakin nggak mau sama kamu," ucap Ibu Aisyah memarahi anaknya. "Maaf ya, Nak. Arkan memang begini. Arkan akan sangat manja pasti nanti saat dia udah menikah sama kamu," lanjut Ibu Aisyah.

"Maaf, Buk. Sebaiknya bawa saja ini," Lisa ikut bangkit dari tempat duduknya dan menyodorkan sebuah kotak berukuran cukup besar yang dia tidak tahu apa isinya.

"Nggak, Nak. Ibu yakin kamu akan jadi menantu Ibu. Perasaan seorang Ibu tidak pernah salah. Kami pamit, Nak. Assalamu'alaikum." Arkan tentu enggan untuk keluar dari kontrakan Lisa, tetapi Ibu Aisyah menarik paksa bahkan Pak Gufron juga mendorong tubuh Arkan agar segera keluar.

Lisa hanya bisa mengehela nafas panjang dan menatap kotak itu. "Aku belum bisa, Ya Allah. Aku takut kalau aku terlanjur jatuh cinta pada laki-laki itu maka aku yakin akan semakin sulit mengobati hatiku yang benar-benar hancur jika dia berbuat hal yang sama dengan Mas Tian. Aku takut jika aku kembali putus asa, Ya Allah. Tolong ... aku tahu Engkau hanya akan memberikan yang terbaik untuk hambamu ini." Lisa pun meletakkan kotak itu di bawah meja di dalam kamarnya kemudian keluar dari rumah dan mengunci pintu.

Lisa celingukan, tiga orang asing tadi sudah tidak ada. Lisa bernafas lega dan segera memesan taksi online yang biasanya berhenti di depan gang karena untuk masuk ke kontrakan akan sulit. Beberapa saat kemudian, Lisa mendapatkan panggilan masuk dari taksi online tersebut jika dia sudah tiba dititik yang Lisa tentukan.

Tiba di depan gang yang hampir dekat dengan jalan utama, Lisa kembali celingukan dan memeriksa setiap plat nomor di belakang mobil untuk dia samakan dengan yang ada di ponselnya. Setelah menemukan mobil yang dia pesan, Lisa pun masuk. "Mall PVJ ya, Pak?" tanya Lisa meyakinkan kalau dia tidak salah masuk.

"Iya, Teh. Sendiri, Teh?" tanya balik sopir taksi itu. Namun Belum sempat Lisa menjawab. Tiba-tiba Arkan masuk dari sisi lain dan duduk di kursi belakang bersama Lisa.

"Ayo jalan, Pak. Saya calon suaminya," ucap Arkan tanpa menoleh pada Lisa yang sedang menatapnya penuh kesal.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

Mall PVJ.. 🏩

2022-12-13

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

wih arkan gercap banget usahay pantang menyerah sblm di teeima lamarany sm lisa..smg arkan yg trbsik buat lisa dan dia bisa meluoakn trauma masa laluy..ati lisa sholat istikhoroh dulu....thoor gmn kabar anak² dan mantan suamiy lisa apa sdh nikah lg...lanjuut senangat dobel up thoor

2022-11-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!