Love Me Please, Hubby!

Love Me Please, Hubby!

Ana Belum Seterkenal Itu.

Suasana di lokasi syuting sangat ramai. Beberapa pemain sedang mendapatkan arahan dari sutradara terkait adegan yang akan diperankan. Sementara para kru yang bertugas, sedang mempersiapkan peralatan kebutuhan syuting.

Yah, inilah kesibukan yang menjadi rutinitas Ananda Ranita alias Ana. Ana memang sudah beberapa tahun terakhir menjalani profesi sebagai artis. Bermain film dan sesekali menjadi bintang iklan sebuah produk. Bukan bintang baru, tapi nama Ana belum seterkenal itu.

Meski sudah malang melintang dalam dunia perfilman, Ana belum pernah sekalipun menjadi pemeran utama. Dia hanyalah pemeran pendukung yang menjadi tambahan cerita. Bukan tak bagus bakat aktingnya, melainkan karena nasib bagus belum berpihak padanya.

Saat ini, Ana dan lainnya sedang menjalani syuting di sebuah pantai. Pantai yang digunakan sebagai tempat syuting bukanlah pantai privasi. Jadi masih terlihat banyak pengunjung yang juga berlibur di sana. Terlebih hari ini adalah hari weekend. Jadi bisa dipastikan seberapa ramainya di sana.

Ana sedang sabar menunggu giliran syuting. Ia duduk di kursi lipat yang disediakan kru. Tatapannya fokus melihat proses syuting yang tengah digelar. Ia hanya bisa takjub menyaksikan adegan syuting Alana. Yah, Alana adalah pemeran utama.

"Hei Ana, daripada duduk diam. Tolong belikan aku es krim. Kamu tau kan apa rasa es krim kesukaanku?" kata Alana membuyarkan lamunan Ana.

Entah tiba-tiba saja Ana melamunkan kisahnya. Tapi segera dibuyarkan oleh Alana yang menyuruhnya membeli es krim.

"Tapi sebentar lagi aku syuting. Bagaimana bisa?" tolak Ana.

"Beliin dulu aja. Syutingmu bisa ditunda, tapi permintaan Alana tidak." ujar Sutradara.

Memang, Alana selalu diutamakan. Selain memang dialah pemeran utama, dia juga idola sejuta umat. Begitulah predikat atau julukan yang sedang beredar baru-baru ini. Apalah arti Ana yang hanya aktris biasa yang belum seterkenal itu.

"Baiklah." kata Ana.

Tidak ada kata lain selain mengiyakan permintaan Alana. Lebih tepatnya perintah. Permintaan dan perintah adalah dua hal yang sangat berbeda. Jika permintaan, biasanya bisa diiyakan atau ditolak. Tapi kalau perintah, sudah dipastikan harus dijawab iya.

Ana berkeliling seorang diri. Mencari penjual es krim. Untung saja ada yang berjualan tak jauh dari lokasi syuting. Ana bergegas menghampiri booth tempat jualan es krim. Ia memesan es krim rasa stroberi vanila, kesukaan Alana.

Dengan hati-hati, Ana memegang es krim yang diminta Alana. Namun kehati-hatiannya tak berlaku kala itu. Seseorang menabraknya karena sedang berjalan buru-buru. Alhasil es krimnya tumpah mengenai baju orang itu.

"Ah maafkan aku!" ucap Ana mengaku salah sambil menundukkan kepalanya.

"Punya mata nggak?" kata seorang pria bernada marah.

"Maaf." kata Ana lagi.

Pria itu segera meninggalkan Ana begitu saja. Ana mengangkat kepalanya, ia hanya bisa melihat punggung pria yang berjalan menjauhinya.

Ana pun membeli es krim yang serupa. Kali ini ia akan lebih hati-hati lagi. Jangan sampai membuat Alana marah karena harus menunggunya.

"Alana, ini es krim pesananmu!" seru Ana memanggil Alana yang tengah berbincang dengan seorang pria.

"Oh ya, terima kasih. Kamu baik sekali!" tutur manis Alana.

"Sama-sama." kata Ana.

"Eh Anton kenalin, ini Ana! Ana, ini Anton Novero sahabatku!" ujar Alana memperkenalkan Anton dan Ana.

Anton adalah pria yang menabrak Ana tadi. Saat mata Ana dan Anton bertemu, Ana dibuat terpesona oleh ketampanan Anton. Tapi tidak dengan Anton. Ia justru semakin kesal melihat wajah orang yang menumpahkan es krim di kaos mahalnya. Ana mengajak Anton bersalaman. Dengan terpaksa Anton menyalaminya.

"Ana! Siap-siap!" seru Sutradara.

Ana berpamitan pada Anton dan Alana. Ia bergegas syuting mengikuti arahan Sutradara. Ana memang berhasil menuntaskan syuting demi syuting yang dijalaninya. Tapi sesekali, tetap saja ia mencuri pandang ke arah Anton.

Menjelang sore, syuting pun diakhiri. Semua kru bersiap membereskan peralatan syuting dan persiapan pulang.

"Ana, kamu pulangnya dijemput?" tanya Alana tiba-tiba.

"Tidak. Aku cukup naik bus dari halte depan itu. Bagaimana denganmu?"

"Oh, aku pulang bareng Anton. Kebetulan rumah kami searah. Apa kamu bareng kami aja?" ujar Alana.

"Tidak usah! Kalian pergi aja dulu. Terima kasih." kata Ana.

Sebenarnya Ana mau banget bareng mereka. Tapi melihat tatapan tajam Anton, ia merasa ngeri sendiri. Takut.

"Oh yaudah deh kalo gitu. Tapi lain kali jangan nolak yah kalo aku tawari. Kami permisi dulu!" kata Alana.

Alana menggandeng Anton, pergi meninggalkan Ana seorang diri. Ana menatap kepergian Alana dan Anton dengan sedih. Ia meratapi betapa ngenes statusnya sebagai jomblo beberapa tahun terakhir.

Ana pun bergegas menuju halte bus terdekat. Lalu menunggu bus yang sudah pasti akan lama datangnya. Dibilang lama karena sejam kemudian bus baru datang. Itupun Ana harus berdiri. Sebab bangku sudah penuh.

Tangan kanan Ana menenteng tas berisi pakaian ganti, sedangkan tangan kirinya sibuk memegangi pegangan tali di atas kepalanya.

"Eh kakak ini bukannya kak Ana ya? Yang di film Aku Bukan Pilihanmu ya? Benar kan?" tanya seorang anak sekolahan.

"Ah iya." jawab Ana sembari tersenyum.

"Kok naik bus? Anu, kakak duduk aja! Aku berdiri aja!" ujar anak sekolahan itu.

"Tidak usah. Kamu saja yang duduk! Aku gapapa." kata Ana.

Karena terus dipaksa, akhirnya Ana mengalah. Duduk di kursi yang sebelumnya diduduki anak sekolahan itu.

"Terima kasih ya." kata Ana.

"Iya sama-sama. Aku penggemar kakak loh! Namaku Andre. Kak Ana abis syuting ya?" tanya Andre.

"Iya. Kamu baru pulang sekolah jam segini?" kata Ana balik tanya.

"Iya kak. Aku ikut pelajaran tambahan di sekolah. Kan udah kelas 3 SMA."

"Tidak ada yang jemput?" tanya Ana.

"Sebenarnya mau dijemput kakakku. Tapi kayaknya dia ada urusan, jadi aku nggak dijemput. Untung tadi aku mutusin naik bus. Jadi bisa bertemu dengan kak Ana." jawab Andre girang.

"Kak Ana sudah punya pacar belum?" tanya Andre.

Pertanyaan Andre membuat Ana kena mental. Jika bilang sudah, jatuhnya ia membohongi orang lain. Tapi jika bilang belum, sudah pasti ia siap-siap membuka aib. Aib sebagai seorang jomblo ngenes pun akan segera tersebar dengan bebas.

"Eh maaf. Pertanyaanku keterlaluan. Nggak usah dijawab ya kak. Tadinya aku pingin kenalin kak Ana dengan kakak keduaku. Dia lumayan tampan kok, kak. Uhm, tapi agak dingin orangnya. Ah kak Ana kan cantik juga yah. Pasti udah punya pacar juga. Lupakan tawaranku deh kak. Aku jadi nggak enak." ujar Andre merasa bersalah.

"Tidak apa-apa." kata Ana.

Mereka pun harus berpisah saat Andre turun. Ana kembali termenung. Jangankan punya pacar seperti yang Andre bilang. Dikejar seorang pria pun tidak.

Terpopuler

Comments

Cici Wulandari

Cici Wulandari

Thor gue mampir jangan lupa mampir 🤗

2023-03-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!