Dendam Cinta Sang Kapten
"Lari,,,Lari,,,! Selamatkan diri kalian, api semakin membesar dan akan segera menghanguskan tempat ini." Teriak Chery Arleta, seorang artis ibu kota ternama itu dengan paniknya.
Ratusan orang lari berhamburan berebutan keluar dari gedung itu, berlomba-lomba untuk meyelamatkan diri mereka masing-masing dari api yang semakin berkobar melahap apapun yang ada di hadapannya.
Namun sialnya, karena saking sibuk menyelamatkan orang lain, Chery justru terjebak dalam kobaran api yang kini berhasil melalap dan meruntuhkan atap bangunan yang menjadi sangat rapuh akibat terkena panasnya api, hampir saja sebongkah plafon menimpa kepalanya jika saja wanita cantik berumur 23 tahun itu tak buru-buru menghindar ke tepian gedung yang lebih aman.
"Cut,,,Cut,,,!" Teriak sutradara menghentikan adegan pengambilan gambar untuk film terbarunya hari itu.
"Kerja bagus Chery! Seperti biasa, akting mu selalu luar biasa memukau!" Puji sang sutradara yang sangat puas dengan kegiatan syutingnya hari ini.
Kemampuan akting gadis cantik berusia 23 tahun itu memang tak perlu di ragukan lagi, bergelut di bidang dunia hiburan sejak dia masih balita yang di awali dari menjadi bintang iklan produk susu untuk anak, sampai kini puluhan film dan ratusan iklan sudah dia mainkan, sehingga namanya di industri hiburan kini sangat berkibar, siapa yang tak kenal Chery Arleta, wajah yang secantik dan semanis buah cherry itu setiap hari wara-wiri di layar kaca, wajahnya juga banyak di temui di bilboard raksasa di sepanjang jalan utama sebagai bintang iklan berbagai produk mulai produk kecantikan, otomotif, bahkan alat rumah tangga.
Deretan piala penghargaan sampai sudah tak muat lagi di tampung di lemari raksasa rumahnya.
"Apa ada yang terluka?" Tanya Dion, sang manajer sekaligus asisten pribadi Chery yang sudah menemaninya selama sepuluh tahun terakhir ini, tak hanya sebagai manajer dan asisten pribadi saja, Dion juga acap kali menjadi tempat berkeluh kesahnya selama ini, ayah Chery meninggal sejak umur Chery 5 tahun, dan semenjak itulah ibunya selalu menuntutnya untuk bekerja sebagai bintang iklan dan model cilik demi memenuhi biaya hidup dan gaya hidup ibunya yang tinggi, terkadang Siska sang ibu tak mau tahu keadaan Chery apakah lelah, sakit atau dalam keadaan bad mood, yang Siska tau Chery adalah mesin pencetak uangnya yang tak boleh libur dan harus memberinya uang sebanyak-banyaknya.
Beruntung setelah Dion menggantikan posisi Siska sebagai manajer karena mulai kewalahan dengan pekerjaan anaknya yang semakin banyak, pria kemayu berusia 36 tahun itu sangat perhatian dan sangat menyayangi Cherry bak adiknya sendiri, dia tak pernah memaksa Chery untuk bekerja di luar kemampuannya tubuhnya.
"Adegan ini terlalu berbahaya, seharusnya memakai pemeran pengganti!" Oceh Dion, wajahnya terlihat khawatir sambil matanya terus memeriksa tubuh Cheri dengan seksama, membolak-balikan tubuh ramping artis asuhannya itu memastikan kalau tak ada luka atau cedera pada bagian tubuh Chery di bagian mana pun.
"Ishh,,, gak usah lebay deh! Cuma adegan kaya gini doang mah, gak perlu pake stuntman segala rupa, jangan terlalu menganggap remeh kemampuan ku, gini-gini aku udah sering jadi jagoan di film, kalo cuma adegan menyelamatkan diri dari api mah keciiil!" Ujar Chery cengengesan.
"Kecil, kecil gimana,,, liat ini,,, ishhh wajah mu itu aset penting, Chery!" Dion menyibak poni Chery yang menjuntai menutupi dahinya, ada sedikit terdapat luka gores kecil disana, dan Dion bisa mendeteksinya dengan cermat, pria itu langsung mengambil kapas dan membersihkan luka itu.
"Ah elah, kegores doang mak, heboh bener!" cibir Chery yang merasa Dion terlalu membesar-besarkan sebuah goresan di dahinya yang bahkan tak terasa sakit sama sekali olehnya.
"Ibu mu menyuruh mu datang ke rumahnya malam ini." Ujar Dion di sela dirinya mengobati luka gores di dahi Chery.
"Ckk, apa lagi sih. Bukannya baru kemarin aku transfer, lagi pula bukankah sekarang dia udah jadi istri pejabat sekaligus pengusaha yang kaya raya, harusnya sudah tak membutuhkan ku lagi." Decak Chery kesal.
Siska ibunya Chery menikah kembali dengan seorang pejabat sekaligus pengusaha yang lumayan berpengaruh di negeri ini sekitar kurang lebih satu tahun yang lalu.
Chery tak pernah keberatan dengan pernikahan itu, selama ibunya bahagia, hanya saja semenjak ibunya menikah lagi, dia memang jadi malas untuk bertemu dengannya, hal itu karena sosok Hasan Basri, ayah tirinya, Chery selalu merasa kalau tatapan Hasan padanya selalu 'aneh', tatapanya bukan memperlihatkan tatapan tulus seorang ayah pada anaknya, namun lebih ke tatapan 'ingin'.
Sejak itu Chery selalu ogah-ogahan jika di ajak atau di suruh untuk bertemu dengan ibunya yang kini tnggal di rumah suami barunya itu.
"Katanya ada hal penting yang harus di sampaikan, tadi dia chat pas kamu lagi syuting." Terang Dion lagi, namun Chery hanya memonyongkan bibirnya.
"Aku akan menyusul mu ke sana jika pekerjaan sudah kelar." Kata Dion yang sangat mengerti jika Chery sangat malas datang ke rumah itu, karena sebenarnya dia tahu apa alasan anak asuhnya itu malas, sayangnya dia harus bertemu klien besar yang akan memakai Chery sebagai bintang iklannya, jadi dia tak bisa menemani Chery ke rumah ibunya.
"Oke, janji langsung nyusul ya!" Chery akhirnya setuju.
Selepas berganti pakaian, Chery langsung menuju ke kediaman ibunya di kawasan perumahan elit di pusat kota, saat dia bru akan memencet bel rumah mewah itu, seorang pria berusia lima puluh tahun awal namun masih terlihat gagah itu membukaka pintu untuknya, dia lah Hasan Basri pejabat tinggi di negeri ini dan juga seorang pengusaha minyak terkenal.
"Akhirnya kamu datang juga, cantik sekali kamu," Hasan berusaha memeluk dan mencium Chery, seharusnya itu menjadi hal yang wajar bagi ayah dan anak, namun Chery merasa risih, dia mundur beberapa langkah mengisyaratkan kalau di menolak dan tidak nyaman di perlakukan seperti itu.
"Maaf om, ibu mana?" Ujar Chery mengalihkan perhatian.
"Ah,, ibu mu sedang ke mini market depan sebentar membeli sesuatu, entahlah,,, dia bilang seperti itu tadi, dia hanya menyuruh mu untuk menunggunya sebentar." Kata Hasan yang lantas mempersilakan anak tirinya untuk masuk.
"Mau minum apa, biar bi Yati nanti buatkan untuk mu?" Tanya Hasan beramah tamah.
"Tidak usah!" jawab Chery.
"Jangan sungkan seperti itu, ini rumah mu juga." Ujar Hasan yang lantas berjalan ke dapur menyiapkan sebuah minuman dan menyuruh Bi Yati untuk memberikannya kepada Chery seolah minuman itu memang bi Yati yang membuatkannya.
Senyum Hasan mngembang, saat dari kejauhan dia melihat Chery menerima minuman itu dengan ramah dari bi Yati, bagaimana Hasan tak merasa senangn karena tadi, dia sempat memasukan obat ke dalam minuman itu.
"Bi, tolong belikan aku rokok d mini market depan, minta antar satpam saja!" Titah Hasan mulai melangsungkan rencaa busuknya, sebagian pembantunya memang sudah dia sibukkan untuk membereskan halaman belakang, hanya tinggal bi Yati yang perlu dia singkirkan dari rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Tiara Tiga
minta gilem in
diah.
2023-04-20
2
ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜
aq hadir teh..🥰😘
2023-03-19
1
queen
ikut baca juga thorrrr
2023-03-06
1