Bugghh,,,,!
Sebuah tinju melayang ke arah pelipis kanan manusia yang berada di hadapan sang perwira yang di kungkung amarah tak terbendung, hingga darah langsung saja mengalir dari ujung alis pria malang itu karena saking kencangnya pukulan Arjuna yang ternyata membuat koyak kulit wajah pria yang kini hanya tertunduk lemah, dia bahkan tak berani meski hanya sekedar mengangkat wajahnya sekali pun.
Pria berbadan gempal dengan rambut keriting itu hanya bisa diam menatap lantai ruang penjagaan tahanan tempat dirinya di jadikan samsak hidup oleh Arjuna yang menumpahkan kekesalan dan kemarahannya pada pria itu, tetes demi tetes darah berjatuhan ke lantai keramik berwarna putih itu, sementara para penjaga hanya bisa meringis ngilu menyaksikan penyiksaan yang di lakukan oleh atasannya tersebut, mereka tak mungkin berani menghentikan aksi atasan mereka, apalagi mereka juga sangat mengerti dengan perasan sakit dan kehilangan sang kapten yang terkenal tegas namun baik terhadap semua bawahannya itu.
"Sialan, bajingan, berengsek, kau bunuh calon istri ku, dan kau akan merasakan hidup mu menderita mulai hari ini," kali ini ujung sepatu pantofel Arjuna yang mengenai dada pria itu, hingga pria itu terhuyung mundur beberapa langkah karena merasa kesakitan dan sesak di dadanya akibat tendangan Arjuna.
"Maafkan saya pak, saya salah!" ucapnya lemah, memelas dan meminta belas kasihan.
"Cuih, maaf mu tak bisa mengembalikan nyawa calon istri ku, sekali pun kau berikan nyawa mu sebagai permintaan maaf mu, aku tak sudi untuk memberi mu maaf." Decih Arjuna.
Nyaris saja Arjuna semakin terbawa emosi dan hendak mengeluarkan senjata dari balik pinggangnya, jika Fajar sang ajudan tak datang tepat waktu di sana.
"Maaf Ndan, sebaiknya anda menahan diri, jangan sampai hal ini menjadi masalah buat anda nantinya," ujar Fajar mengingatkan meski dengan nada sopan dan penuh hormat.
Arjuna melirik Fajar, pria muda yang selama tiga tahun belakangan ini menjadi ajudan setianya, dia banyak tau semua hal tentang perjalanan kisah cintanya dengan Luna, sehingga sungguh Fajar pun merasakan kehilangan yang sama seperti komandannya atas kepergian Luna yang ramah dan seupel, bahkan selalu menganggap Fajar itu sebagai adiknya.
Arjuna mengurungkan niatnya, dia memejamkan mata beberapa detik dan mengisi paru-parunya dengan oksigen sebanyak mungkin untuk menenangkan dirinya, pria yang terlihat sangat gagah dengan seragam nya itu memutar tubuhnya dan meninggalkan pria yang babak belur itu begitu saja.
"Kau sudah dapat rekaman cctv di sekitar jalan tempat kejadian? Sekarang aku sudah siap untuk melihatnya," kata Arjuna pada Fajar yang berjalan beriringan dengannya menuju ke ruang kerjanya.
"Maaf Ndan, rekaman cctv di sekitar TKP tidak bisa di akses, dan saat kejadian itu dua kamera yang menghadap ke tempat kejadian rusak." Terang Fajar menyampaikan laporannya.
"Rusak? Bersamaan?" Tanya Arjuna seperti tak yakin, namun Fajar menjawab ketidak yakinan Arjuna dengan anggukan pasti.
"Lantas bagaimana dengan saksi?" sambung Arjuna berharap mengetahui cerita dari orang yang berada di sana saat malam itu, tiga bulan sudah cukup baginya untuk mengumpulkan kekuatan jika harus mendengar cerita kejadian itu, jika memang kamera pengawas jalanan katanya rusak dan tidak bisa di akses.
"Siap Ndan, tidak ada saksi malam itu kecuali Herman sebagai tersangka dan Mba Luna sebagai korban." Urai Fajar, dia juga memberikan setumpuk berkas mengenai kronologis kejadian malam itu menurut versi Herman yang sekarang menjadi tersangka dan juga petugas lalu lintas yang menangani kecelakaan itu.
"Tidak ada saksi?" gumam Arjuna mendudukan diri di kursi kebesarannya, ingatannya melayang pada malam kejadian nahas itu, masih lekat dalam ingatannya dia dan Luna sedang berbicara di telepon sebelum akhirnya terdengar suara benturan keras dan decit suara ban di aspal karena pengemudi sepertinya panik dengan menginjak pedal rem dalam-dalam, satu lagi,,, dia masih bisa mengingat kalau ada jeritan minta tolong seorang wanita, namun dia yakin itu bukan suara Luna, dia tak mungkin salah dengar malam itu, suara teriakan minta tolong itu terdengar jelas meski hanya satu kali.
Lantas mengapa tiba-tiba dalam laporan kronologi kejadian dinyatakan tidak ada saksi lain kecuali tersangka dan korban?
Arjuna meraih ponselnya dan menghubungi seseorang, terlihat dia berbicara panjang lebar dengan orang di seberang, bahkan mereka juga sempat terdengar sedikit beradu argumen mengenai kasus kecelakaan yang menimpa kekasihnya itu, rupanya dia menelepon kepala divisi yang bertanggung jawab atas laporan kronologi kevelakaan itu, mereka keukeuh mengatakan kalau saat itu memang tidak ada seorang pun saksi, dan kasus sudah di tutup karena tersangka sudah di tangkap dan tak ada lagi yang perlu di usut, apalagi mencari tahu saksi di TKP, sementara Herman si tersangka sudah mengakui semua kesalahannya dan siap untuk di hukum sesuai dengan aturan yang berlaku.
"Shiiiiiittt! Aku benar-benar mendengar suara teriakan wanita minta tolongbmalam itu, tak mungkin aku salah dengar dan berhalusinasi!" Kesalnya seraya membanting ponselnya ke atas meja, karena merasa dirinya memang benar-benar mendengar jeritan suara wanita itu.
Herman, sopir artis terkenal Chery Arleta itu mengaku baru saja mengantarkan sang artis ke rumah orang tuanya, namun saat perjalanan pulang sendirian, dia tak sengaja menabrak seorang wanita yang hendak menyebrang karena dia mengantuk dan dan karena panik tak bisa mengendalikan kendaraannya sehingga menabrak wanita yang sedang menyebrang itu, kira-kira begitu pengakuan Herman yang tertulis di BAP.
Tentu saja pengakuan Herman itu sesuai dengan skenario yang di buat oleh Hasan dan Siska untuk melepaskan Chery dari jeratan hukum dan uang sejumlah ratusan juta bisa di kantongi keluarga Herman sebagai gantinya, Hasan juga memastikan kalau dia akan mengkondisikan agar hukuman Herman tidak terlalu lama, dengan kekuasaan dan kedekatannya dengan para petinggi kepolisian, dia tentu saja bisa dengan mudah melakukan itu semua.
Bagaimana dengan Chery? Semenjak kejadian itu dirinya menderita gangguan tidur, setiap dirinya memejamkan matanya untuk terlelap, bayangan wanita bersimbah darah yang tergeletak di aspal selalu muncul.
Seluruh keluarga termasuk Dion manajernnya memberi tahu Chery bahwa wanita yang di tabraknya baik-baik saja, dan mereka selalu mengatakan kalau kini wanita korbannya itu telah pulang ke tempat asalnya di lain pulau jika Chery memaksa untuk bertemu dan meminta maaf pada wanita itu, mereka merahasiakan semuanya dari gadis yang percaya saja dengan kebohongan dan persekongkolan orang-orang di sekitarnya itu.
Kejadian tabrakan malam itu bahkan tak tercium oleh awak berita sama sekali, semua bagai di redam dengan begitu sempurna oleh Hasan dan anak buahnya.
"Dion, kenapa akhir-akhir ini kau terus yang mengantar dan menjemput ku, kemana pak Herman? Semenjak cuti sakit beberapa hari sebelum malam kejadian itu, sampai sekarang tak pernah ada kabarnya, bahkan ponselnya pun tak bisa aku hubungi." Tanya Chery menanyakan keberadaan sopirnya yang lama tak terlihat lagi.
"Ah, itu... Pak Herman sudah mengundurkan diri, dia pulang kampung untuk kembali menggarap kebun miliknya, katanya dia tidak betah tinggal di kota." Ujar Dion lagi-lagi mengatakan kebohongan untuk menutupi kebohongan lainnya.
Cheri hanya ber O ria, dia hanya bisa percaya pada ucapan majernya yang selalu berkata jujur padanya itu, lagi pula dia juga tak ingin memaksakan sang sopir jika dia tidak kerasan tinggal di kota, mungkin memang dia lebih nyaman bertani di kampung halamannya, pikirnya simple.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
queen
uang bisa mengendalikan segalanya
2023-03-06
2
Azizah az
sama seperti dikehidupan nyata yah selagi uang yg bekerja semua bisa dikendalikan, Sultan mah bebas
2022-11-17
1