Sang Penari
Malam pun tiba, akus udah bersiap untuk pergi menuju sebuah klub malam tempat ku bekerja selama tiga bulan ini.
Sesampainya, di sana aku langsung masuk ke ruang ganti setelah mengisi daftar hadir para pegawai.
Hingga, selesai mengganti pakaian ku dengan baju yang benar-benar hanya menutupi bagian sensitif ku.
Mungkin, tidak bisa di sebut baju. karena kostum itu lebih mirip dengan kain saringan santan milik ibuku.
Yang digunakan ibuku untuk menyaring santan atau pun kopi dan teh entahlah yang pasti itu adalah pakaian wajib untuk pekerjaan ku sebagai penari bu**l.
Namaku, Ariana rose usia ku 19 tahun setelah ayah meninggal ibu ku yang sakit-saki tan mengharuskan ku untuk menjadi tulang punggung keluarga.
Setelah, pulang kuliah tepat pukul sembilan malam aku akan mendatangi club malam tempat ku bekerja. hingga pukul dua dini hari itu adalah jadwal ku pulang.
Aku, pulang ke rumah dan kadang tidak pernah mandi karena rasa lelah yang sangat kuat hingga mengalahkan rasa gerah ku.
Setiap, pagi menjelang ibuku sudah menyiapkan sarapan satu piring nasi goreng hasil kerja keras nya.
berulang kali, ibuku meminta ku untuk keluar dari pekerjaan tersebut tapi aku tidak bisa melakukan itu.
Selain, karena kontrak kerja nya yang masih tujuh bulan lagi dan jika aku harus keluar sebelum kontrak berakhir aku harus membayar denda yang bahkan berkali-kali lipat.
Di, ruangan yang VVIP tepat nya aku di boking oleh seorang pengusaha sukses yang selama ini selalu memberikan saweran yang begitu banyak.
Hingga, lampu menyala musik khas tarian yang bisa membuat pria normal mabuk.
Hingga, suara tepukkan dari seseorang membuat ku menatap kearah nya.
Tiga, orang pria tengah duduk di sofa panjang dengan wanita penghibur lainnya dan entah kapan mereka datang karena saat ini aku pun dalam pengaruh alkohol.
Meskipun masih bisa mengontrol diri karena rasa tidak percaya diri yang kadang sering muncul di benak ku, aku menari dalam keadaan setengah sadar.
Aku pun mulai menari meliuk-liukkan tubuh ku. sesuai ritme music yang mengalun membuat ku menggila.
Hingga, seseorang yang sedari tadi diam menyendiri. dia duduk di tengah diantara kedua sahabatnya pria itu meminta ku menghampiri dirinya dia meminta ku menari di hadapan nya dengan objek dirinya.
Hingga, tarian itu berakhir puluhan juta uang yang berada di atas panggung mini di ruang VVIP itu, dibereskan oleh teman ku yang menjadi asisten ku namanya adalah Doni. dia yang menawarkan pekerjaan itu padaku saat ibuku masuk rumah sakit dan harus menjalani operasi kala itu.
Aku, lalu meraih kimono yang biasa aku gunakan lebih bagus disebut jubah kebesaran ku karena aku menggunakan itu sebelum dan sesudah menari.
Saat, aku hendak pergi tiba-tiba pria tadi mendekat ke arah ku lalu berkata."Berapa bayaran mu untuk satu malam berada di ranjang"ujar nya berbisik di telinga ku dengan suara sensasional nya itu.
"Sorry... aku tidak open B O tapi jika anda mau saya bisa pilihkan sahabat saya, mereka ada di ruangan sebelah."jawab ku.
Pria itu lalu kembali berkata"Aku tidak butuh yang lain karena yang aku inginkan hanyalah kamu"ucap nya lagi.
"Saya tidak melakukan itu, bahkan jika tuan membayar saya dengan satu dunia ini, saya tidak akan pernah mau, cukup lah dosa ini yang setiap hari aku perbuat jangan ada selanjutnya karena ini juga pilihan terberat."ucap ku sambil berjalan meninggalkan nya.
"Sombong!" teriak pria itu yang langsung melempar botol kearah pintu yang akan menjadi jalan ku untuk pergi dari ruangan itu.
"Bukan saya sombong bahkan jika saya bisa melakukan itu saya akan lakukan itu untuk suami saya nanti"kata ku sambil melanjutkan langkah ku.
"Ariana kenapa? tidak terima saja kamu kan bisa buat dia tidak sadarkan diri sebelum itu terjadi"ucap Doni yang kini menghalangi jalan ku, untuk memasuki ruang ganti ku.
"Aku tidak ingin menambah dosa untuk kedua orang tua ku cukup lah aku yang menanggung semua dosa-dosa ku yang berat ini"jawab ku.
Aku, pun memutuskan untuk pulang setelah menyetor uang pada bos ku, dia adalah manager club tersebut dan seperempat dari penghasilan ku bisa dibawa pulang itu artinya dua puluh juta bagian ku.
Tapi, uang itu seperti air di daun keladi, bahkan aku tak tau perginya uang itu setiap hari nya hanya sebagian penghasilan ku aku berikan pada orang-orang yang sangat membutuhkan uluran tangan ku.
Hingga, keesokan paginya seperti biasa ibuku yang sudah mulai membaik, dia menyiapkan sarapan pagi untuk ku. entah itu itu membelinya di warteg yang tidak jauh dari rumah ataupun membuat nya langsung.
Hingga, aku bangun dan bersiap untuk pergi kuliah dan kini aku kuliah di jurusan bahasa.
Sesampainya, di kampus aku parkir motor ku diantara motor-motor sport milik teman satu kelas ku karena motor itu adalah motor baru hasil jerih payah ku, selama satu bulan penuh.
Saat, aku hendak berjalan Doni datang dengan mobil sport nya, sebagai mucikari termuda yang memegang anak asuh yang banyak otomatis orang itu memiliki penghasilan yang lebih banyak setiap bulannya tapi anehnya Doni tidak pernah menjual ku pada siapapun, dan jika ada yang ngotot ingin membeli ku dia tidak akan pasang badan dan menolak secara terang-terangan, entah karena kami dibesarkan di tempat yang sama dulu atau karena dia memang benar-benar memegang janji nya sebagai pria sejati.
"Semalam kamu aman kan"ucap Doni padaku.
"Aman aku tiba dengan selamat"jawab ku, sambil melihat ke arah Doni.
"Gue..harus meyakinkan itu karena ternyata ada wanita malam terbunuh, dia anak baru gue juga gak yakin sih dengan dugaan gue tapi kemungkinan besar orang nya pria itu yang menghabisi wanita semalam hanya saja dia bukan anak asuh gue"ucap Doni.
"Heumm,,, kasihan andaikan saja gue punya uang berlimpah, gue akan bantu mereka semua dan memberikan mereka lowongan pekerjaan agar hidup mereka terbebas dari marabahaya."ucap ku sambil berjalan beriringan dengan Doni.
"Ah! cita-cita Lo terlalu mulia Ari lagian jika Lo bantu mereka semua terus penghasilan gue darimana? dong."ucap Doni sambil menatap wajah ku.
"Ya,, Lo kerja lah buka usaha lagian ya uang Lo itu banyak.. ingat uang itu gak dibawa mati yang Lo bawa itu dosa Lo."ucap ku sambil tertawa.
"Sialan... gue gak akan mati bawa dosa karena dosa gue sudah dibagi-bagi sama mereka, lagian gue heran kok mereka mau ikut gue jual diri kenapa? tidak bekerja jadi babu saja udah halal uang nya berkah lagi dan satu lagi"ucap nya terhenti.
"Gak di kejar-kejar malaikat Ridwan"ucap Doni sambil tertawa.
"Itu Lo lagi ngatain diri Lo sendiri"ucap ku sambil masuk ke kelas, sementara Doni adalah mahasiswa jurusan kedokteran.
...🌸................🌸...
Setelah, pulang kuliah aku dan dua orang kawan ku tengah berada di sebuah cafetaria, kami sedang ngopi bareng sambil cuci mata ala-ala ABG bau kencur seusia ku.
Hingga, sebuah mobil sport mewah keluaran terbaru terparkir di halaman cafe tersebut.
Tidak, sampai lima menit, seseorang turun dari dalam mobil diikuti oleh teman-temannya yang sudah memarkir mobil sedari tadi.
Para pria tampan itu menjadi pusat perhatian, diantaranya ada Doni yang datang terakhir.
Tapi, aku sendiri tidak tau apa? Doni kenal dengan mereka atau tidak.
Dua, teman ku yang sedang merokok itu langsung mematikan api di rokoknya, mereka berdua langsung berdiri dengan gaya centil mereka, bahkan mereka berdua mengambil cermin kecil dan merapihkan makeup nya.
Jika, sudah begitu aku pamit pulang karena tidak mau disamakan dengan kedua penggoda itu, meskipun mereka bukan seorang psk tapi, gaya mereka melebihi kapasitas mereka dalam gaya dan cara yang mereka lakukan untuk menggoda pria tampan.
"Hi.... lo mau kemana Ari!"ucap keduanya meneriaki ku.
"Pulang! gue najis lihat gaya Lo berdua, kaya psk profesional saja Lo paling satu ronde juga mati menganga!"ucap ku yang suka cplas-ceplos .
Sementara, ketiga pria itu menatap ke arah ku yang berjalan membawa helem meninggalkan mereka yang masih memanggil nama ku, Doni, hendak mencegah ku, tapi aku angkat helem ku sontak dia menyingkir padahal aku hanya bercanda.
"Mau kemana Lo Ar? "ucap nya.
"Gue, mau pulang udah gak asik Lo lihat teman gue yang itu udah kaya anak asuh Lo"ucap ku sambil berjalan cepat.
Doni, sempat mengikuti ku tapi kemudian dia kembali mungkin karena melihat mangsa, sementara ketiga pria tampan yang sudah terlihat lebih dewasa itu menatap kearah ku, yang kini tengah memasang kan helem di kepala ku.
Hingga, aku menaiki motor sport baru ku dan memundurkan nya karena posisi motor ku terhimpit mobil mereka.
Mereka, masih terus melirik ke arah ku yang langsung tancap gas di jalan raya yang mulai sepi itu, karena sudah hampir mau magrib.
Aku, pulang sendiri menuju rumah, di jalan depan toko buah aku menghentikan motorku aku ingin membeli buah-buahan segar untuk ibu dan juga adikku, tepat nya adik sambung ku Lila.
Cerita nya, sungguh panjang jika aku kabarkan satu-persatu Lila terlahir dari istri kedua ayahku tapi semenjak ayahku meninggal dunia gadis kecil itu di tinggalkan begitu saja bersama aku dan ibuku, ibu tiri ku bilang bahwa dia tidak ingin membawa beban keluarganya pada suami barunya, padahal tanah makam papi ku masih basah.
Mungkin, wanita itu tidak lah setulus ibuku, ya itu mami dia bahkan rela untuk dipoligami oleh papi dengan wanita yang jauh lebih tua dari dirinya hingga saat ajal papi tiba mami terus berada di samping nya, karena mami terlalu mencintai pria tampan yang sudah berusia lima puluh tahun itu.
Dua, puluh tahun pernikahan saat itu mommy masih berusia sembilan belas, dan itu artinya seusia ku mommy langsung mengandung ku, setelah mereka menikah tiga bulan lamanya.
Saat, usiaku sepuluh tahun, papi pun meminta izin untuk menikah dengan wanita pilihan kedua dari orang tuanya setelah mami karena tidak kunjung dikaruniai anak laki-laki yang akan mewarisi bisnis keluarga nya tapi bukannya mendapat anak laki-laki, papi malah kembali mendapatkan anak perempuan yaitu Lila yang kini berusia delapan tahun.
Aku, sempat protes dan sangat kecewa saat itu, tapi mami selalu memberikan ku nasihat yang bijak hingga aku bisa menerima itu semu.
Dan, meskipun aku benci ibu tiri ku tapi aku juga sangat menyayangi adikku Lila, selama ini aku selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan Lila dan mami, karena semua warisan yang seharusnya jatuh pada kami tiba-tiba diambil alih oleh paman kedua ku.
Kami, hanya diberikan sebuah rumah yang selama ini kami tempati, dan sedikit tabungan yang papi miliki itupun dihabiskan oleh ibu tiri ku.
Sesampainya. di rumah aku langsung menyimpan semua buah itu di meja makan sementara mami tidak menyambut ku mungkin dia sudah tidur setelah menunaikan ibadah sholat Maghrib.
Meskipun, pekerjaan ku termasuk pekerjaan kotor, tapi mami selalu menasehati ku untuk tidak meninggalkan sholat.
Karena, menurut nya setidaknya kita bisa mandi bersih setelah bermain kotor-kotoran, itulah yang selalu ia ajarkan padaku meskipun dia tidak pernah membenarkan apa? yang aku kerjakan.
Dan, bahkan dia sangat melarang itu, tapi aku yakinkan pada nya bahwa aku tidak menjual diri dan aku hanya menjual bakat yang kumiliki meskipun itu tetap negatif.
Tapi, aku selalu berdoa pada Allah, semoga dia mengampuni segala dosa ku dan tidak melimpahkan kesalahan ku pada kedua orang tua ku, aku bahkan meminta jalan yang lurus yang bisa membuat ku keluar dari jerat dosa yang cukup panjang dan melelahkan itu.
Hingga, saat makan malam tiba, aku yang sudah mandi berjalan menuju kamar mami yang tidak terlihat sedari tadi.
"Mam,, mami sedang apa? kenapa? tidak keluar"ucap ku yang melihat ibuku tengah duduk memandangi foto ku dan papi, yang ada di sebuah pigura dan di genggam oleh mami, terlihat ada tetesan air mata di sudut mata nya.
"Mami merindukan papi?"tanyaku yang dibalas dengan anggukan kepala sambil menggenggam tangan ku, aku pun langsung memeluk nya.
"Mam,,, mami yang sabar ya, sebaiknya kita doakan papi semoga papi tenang di surga karena papi orang yang baik"ujar ku, sambil memeluk erat tubuh ibuku aku sendiri mati-matian menahan tangis karena aku tidak ingin mami semakin bersedih.
"Mam,,, makan yu... aku sudah lapar, tadi tidak sempat makan di luar aku juga belikan mami buah-buahan yang banyak tadi mungkin sudah di cuci si bibi"ucap ku sambil mengambil pigura foto tersebut dan meletakkan nya di atas nakas.
"Lila pulang ke rumah ibunya, katanya dia kangen ibunya"ucap mami lirih.
"Owh... pantas saja sepi"jawab ku.
Mami hanya mengangguk dan tersenyum aku bahagia bisa melihat kembali senyum mami ku setelah sekian lama mungkin ini senyum ke sepuluh kali nya setelah mami keluar dari rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments