Malam pun tiba, akus udah bersiap untuk pergi menuju sebuah klub malam tempat ku bekerja selama tiga bulan ini.
Sesampainya, di sana aku langsung masuk ke ruang ganti setelah mengisi daftar hadir para pegawai.
Hingga, selesai mengganti pakaian ku dengan baju yang benar-benar hanya menutupi bagian sensitif ku.
Mungkin, tidak bisa di sebut baju. karena kostum itu lebih mirip dengan kain saringan santan milik ibuku.
Yang digunakan ibuku untuk menyaring santan atau pun kopi dan teh entahlah yang pasti itu adalah pakaian wajib untuk pekerjaan ku sebagai penari bu**l.
Namaku, Ariana rose usia ku 19 tahun setelah ayah meninggal ibu ku yang sakit-saki tan mengharuskan ku untuk menjadi tulang punggung keluarga.
Setelah, pulang kuliah tepat pukul sembilan malam aku akan mendatangi club malam tempat ku bekerja. hingga pukul dua dini hari itu adalah jadwal ku pulang.
Aku, pulang ke rumah dan kadang tidak pernah mandi karena rasa lelah yang sangat kuat hingga mengalahkan rasa gerah ku.
Setiap, pagi menjelang ibuku sudah menyiapkan sarapan satu piring nasi goreng hasil kerja keras nya.
berulang kali, ibuku meminta ku untuk keluar dari pekerjaan tersebut tapi aku tidak bisa melakukan itu.
Selain, karena kontrak kerja nya yang masih tujuh bulan lagi dan jika aku harus keluar sebelum kontrak berakhir aku harus membayar denda yang bahkan berkali-kali lipat.
Di, ruangan yang VVIP tepat nya aku di boking oleh seorang pengusaha sukses yang selama ini selalu memberikan saweran yang begitu banyak.
Hingga, lampu menyala musik khas tarian yang bisa membuat pria normal mabuk.
Hingga, suara tepukkan dari seseorang membuat ku menatap kearah nya.
Tiga, orang pria tengah duduk di sofa panjang dengan wanita penghibur lainnya dan entah kapan mereka datang karena saat ini aku pun dalam pengaruh alkohol.
Meskipun masih bisa mengontrol diri karena rasa tidak percaya diri yang kadang sering muncul di benak ku, aku menari dalam keadaan setengah sadar.
Aku pun mulai menari meliuk-liukkan tubuh ku. sesuai ritme music yang mengalun membuat ku menggila.
Hingga, seseorang yang sedari tadi diam menyendiri. dia duduk di tengah diantara kedua sahabatnya pria itu meminta ku menghampiri dirinya dia meminta ku menari di hadapan nya dengan objek dirinya.
Hingga, tarian itu berakhir puluhan juta uang yang berada di atas panggung mini di ruang VVIP itu, dibereskan oleh teman ku yang menjadi asisten ku namanya adalah Doni. dia yang menawarkan pekerjaan itu padaku saat ibuku masuk rumah sakit dan harus menjalani operasi kala itu.
Aku, lalu meraih kimono yang biasa aku gunakan lebih bagus disebut jubah kebesaran ku karena aku menggunakan itu sebelum dan sesudah menari.
Saat, aku hendak pergi tiba-tiba pria tadi mendekat ke arah ku lalu berkata."Berapa bayaran mu untuk satu malam berada di ranjang"ujar nya berbisik di telinga ku dengan suara sensasional nya itu.
"Sorry... aku tidak open B O tapi jika anda mau saya bisa pilihkan sahabat saya, mereka ada di ruangan sebelah."jawab ku.
Pria itu lalu kembali berkata"Aku tidak butuh yang lain karena yang aku inginkan hanyalah kamu"ucap nya lagi.
"Saya tidak melakukan itu, bahkan jika tuan membayar saya dengan satu dunia ini, saya tidak akan pernah mau, cukup lah dosa ini yang setiap hari aku perbuat jangan ada selanjutnya karena ini juga pilihan terberat."ucap ku sambil berjalan meninggalkan nya.
"Sombong!" teriak pria itu yang langsung melempar botol kearah pintu yang akan menjadi jalan ku untuk pergi dari ruangan itu.
"Bukan saya sombong bahkan jika saya bisa melakukan itu saya akan lakukan itu untuk suami saya nanti"kata ku sambil melanjutkan langkah ku.
"Ariana kenapa? tidak terima saja kamu kan bisa buat dia tidak sadarkan diri sebelum itu terjadi"ucap Doni yang kini menghalangi jalan ku, untuk memasuki ruang ganti ku.
"Aku tidak ingin menambah dosa untuk kedua orang tua ku cukup lah aku yang menanggung semua dosa-dosa ku yang berat ini"jawab ku.
Aku, pun memutuskan untuk pulang setelah menyetor uang pada bos ku, dia adalah manager club tersebut dan seperempat dari penghasilan ku bisa dibawa pulang itu artinya dua puluh juta bagian ku.
Tapi, uang itu seperti air di daun keladi, bahkan aku tak tau perginya uang itu setiap hari nya hanya sebagian penghasilan ku aku berikan pada orang-orang yang sangat membutuhkan uluran tangan ku.
Hingga, keesokan paginya seperti biasa ibuku yang sudah mulai membaik, dia menyiapkan sarapan pagi untuk ku. entah itu itu membelinya di warteg yang tidak jauh dari rumah ataupun membuat nya langsung.
Hingga, aku bangun dan bersiap untuk pergi kuliah dan kini aku kuliah di jurusan bahasa.
Sesampainya, di kampus aku parkir motor ku diantara motor-motor sport milik teman satu kelas ku karena motor itu adalah motor baru hasil jerih payah ku, selama satu bulan penuh.
Saat, aku hendak berjalan Doni datang dengan mobil sport nya, sebagai mucikari termuda yang memegang anak asuh yang banyak otomatis orang itu memiliki penghasilan yang lebih banyak setiap bulannya tapi anehnya Doni tidak pernah menjual ku pada siapapun, dan jika ada yang ngotot ingin membeli ku dia tidak akan pasang badan dan menolak secara terang-terangan, entah karena kami dibesarkan di tempat yang sama dulu atau karena dia memang benar-benar memegang janji nya sebagai pria sejati.
"Semalam kamu aman kan"ucap Doni padaku.
"Aman aku tiba dengan selamat"jawab ku, sambil melihat ke arah Doni.
"Gue..harus meyakinkan itu karena ternyata ada wanita malam terbunuh, dia anak baru gue juga gak yakin sih dengan dugaan gue tapi kemungkinan besar orang nya pria itu yang menghabisi wanita semalam hanya saja dia bukan anak asuh gue"ucap Doni.
"Heumm,,, kasihan andaikan saja gue punya uang berlimpah, gue akan bantu mereka semua dan memberikan mereka lowongan pekerjaan agar hidup mereka terbebas dari marabahaya."ucap ku sambil berjalan beriringan dengan Doni.
"Ah! cita-cita Lo terlalu mulia Ari lagian jika Lo bantu mereka semua terus penghasilan gue darimana? dong."ucap Doni sambil menatap wajah ku.
"Ya,, Lo kerja lah buka usaha lagian ya uang Lo itu banyak.. ingat uang itu gak dibawa mati yang Lo bawa itu dosa Lo."ucap ku sambil tertawa.
"Sialan... gue gak akan mati bawa dosa karena dosa gue sudah dibagi-bagi sama mereka, lagian gue heran kok mereka mau ikut gue jual diri kenapa? tidak bekerja jadi babu saja udah halal uang nya berkah lagi dan satu lagi"ucap nya terhenti.
"Gak di kejar-kejar malaikat Ridwan"ucap Doni sambil tertawa.
"Itu Lo lagi ngatain diri Lo sendiri"ucap ku sambil masuk ke kelas, sementara Doni adalah mahasiswa jurusan kedokteran.
...🌸................🌸...
Setelah, pulang kuliah aku dan dua orang kawan ku tengah berada di sebuah cafetaria, kami sedang ngopi bareng sambil cuci mata ala-ala ABG bau kencur seusia ku.
Hingga, sebuah mobil sport mewah keluaran terbaru terparkir di halaman cafe tersebut.
Tidak, sampai lima menit, seseorang turun dari dalam mobil diikuti oleh teman-temannya yang sudah memarkir mobil sedari tadi.
Para pria tampan itu menjadi pusat perhatian, diantaranya ada Doni yang datang terakhir.
Tapi, aku sendiri tidak tau apa? Doni kenal dengan mereka atau tidak.
Dua, teman ku yang sedang merokok itu langsung mematikan api di rokoknya, mereka berdua langsung berdiri dengan gaya centil mereka, bahkan mereka berdua mengambil cermin kecil dan merapihkan makeup nya.
Jika, sudah begitu aku pamit pulang karena tidak mau disamakan dengan kedua penggoda itu, meskipun mereka bukan seorang psk tapi, gaya mereka melebihi kapasitas mereka dalam gaya dan cara yang mereka lakukan untuk menggoda pria tampan.
"Hi.... lo mau kemana Ari!"ucap keduanya meneriaki ku.
"Pulang! gue najis lihat gaya Lo berdua, kaya psk profesional saja Lo paling satu ronde juga mati menganga!"ucap ku yang suka cplas-ceplos .
Sementara, ketiga pria itu menatap ke arah ku yang berjalan membawa helem meninggalkan mereka yang masih memanggil nama ku, Doni, hendak mencegah ku, tapi aku angkat helem ku sontak dia menyingkir padahal aku hanya bercanda.
"Mau kemana Lo Ar? "ucap nya.
"Gue, mau pulang udah gak asik Lo lihat teman gue yang itu udah kaya anak asuh Lo"ucap ku sambil berjalan cepat.
Doni, sempat mengikuti ku tapi kemudian dia kembali mungkin karena melihat mangsa, sementara ketiga pria tampan yang sudah terlihat lebih dewasa itu menatap kearah ku, yang kini tengah memasang kan helem di kepala ku.
Hingga, aku menaiki motor sport baru ku dan memundurkan nya karena posisi motor ku terhimpit mobil mereka.
Mereka, masih terus melirik ke arah ku yang langsung tancap gas di jalan raya yang mulai sepi itu, karena sudah hampir mau magrib.
Aku, pulang sendiri menuju rumah, di jalan depan toko buah aku menghentikan motorku aku ingin membeli buah-buahan segar untuk ibu dan juga adikku, tepat nya adik sambung ku Lila.
Cerita nya, sungguh panjang jika aku kabarkan satu-persatu Lila terlahir dari istri kedua ayahku tapi semenjak ayahku meninggal dunia gadis kecil itu di tinggalkan begitu saja bersama aku dan ibuku, ibu tiri ku bilang bahwa dia tidak ingin membawa beban keluarganya pada suami barunya, padahal tanah makam papi ku masih basah.
Mungkin, wanita itu tidak lah setulus ibuku, ya itu mami dia bahkan rela untuk dipoligami oleh papi dengan wanita yang jauh lebih tua dari dirinya hingga saat ajal papi tiba mami terus berada di samping nya, karena mami terlalu mencintai pria tampan yang sudah berusia lima puluh tahun itu.
Dua, puluh tahun pernikahan saat itu mommy masih berusia sembilan belas, dan itu artinya seusia ku mommy langsung mengandung ku, setelah mereka menikah tiga bulan lamanya.
Saat, usiaku sepuluh tahun, papi pun meminta izin untuk menikah dengan wanita pilihan kedua dari orang tuanya setelah mami karena tidak kunjung dikaruniai anak laki-laki yang akan mewarisi bisnis keluarga nya tapi bukannya mendapat anak laki-laki, papi malah kembali mendapatkan anak perempuan yaitu Lila yang kini berusia delapan tahun.
Aku, sempat protes dan sangat kecewa saat itu, tapi mami selalu memberikan ku nasihat yang bijak hingga aku bisa menerima itu semu.
Dan, meskipun aku benci ibu tiri ku tapi aku juga sangat menyayangi adikku Lila, selama ini aku selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan Lila dan mami, karena semua warisan yang seharusnya jatuh pada kami tiba-tiba diambil alih oleh paman kedua ku.
Kami, hanya diberikan sebuah rumah yang selama ini kami tempati, dan sedikit tabungan yang papi miliki itupun dihabiskan oleh ibu tiri ku.
Sesampainya. di rumah aku langsung menyimpan semua buah itu di meja makan sementara mami tidak menyambut ku mungkin dia sudah tidur setelah menunaikan ibadah sholat Maghrib.
Meskipun, pekerjaan ku termasuk pekerjaan kotor, tapi mami selalu menasehati ku untuk tidak meninggalkan sholat.
Karena, menurut nya setidaknya kita bisa mandi bersih setelah bermain kotor-kotoran, itulah yang selalu ia ajarkan padaku meskipun dia tidak pernah membenarkan apa? yang aku kerjakan.
Dan, bahkan dia sangat melarang itu, tapi aku yakinkan pada nya bahwa aku tidak menjual diri dan aku hanya menjual bakat yang kumiliki meskipun itu tetap negatif.
Tapi, aku selalu berdoa pada Allah, semoga dia mengampuni segala dosa ku dan tidak melimpahkan kesalahan ku pada kedua orang tua ku, aku bahkan meminta jalan yang lurus yang bisa membuat ku keluar dari jerat dosa yang cukup panjang dan melelahkan itu.
Hingga, saat makan malam tiba, aku yang sudah mandi berjalan menuju kamar mami yang tidak terlihat sedari tadi.
"Mam,, mami sedang apa? kenapa? tidak keluar"ucap ku yang melihat ibuku tengah duduk memandangi foto ku dan papi, yang ada di sebuah pigura dan di genggam oleh mami, terlihat ada tetesan air mata di sudut mata nya.
"Mami merindukan papi?"tanyaku yang dibalas dengan anggukan kepala sambil menggenggam tangan ku, aku pun langsung memeluk nya.
"Mam,,, mami yang sabar ya, sebaiknya kita doakan papi semoga papi tenang di surga karena papi orang yang baik"ujar ku, sambil memeluk erat tubuh ibuku aku sendiri mati-matian menahan tangis karena aku tidak ingin mami semakin bersedih.
"Mam,,, makan yu... aku sudah lapar, tadi tidak sempat makan di luar aku juga belikan mami buah-buahan yang banyak tadi mungkin sudah di cuci si bibi"ucap ku sambil mengambil pigura foto tersebut dan meletakkan nya di atas nakas.
"Lila pulang ke rumah ibunya, katanya dia kangen ibunya"ucap mami lirih.
"Owh... pantas saja sepi"jawab ku.
Mami hanya mengangguk dan tersenyum aku bahagia bisa melihat kembali senyum mami ku setelah sekian lama mungkin ini senyum ke sepuluh kali nya setelah mami keluar dari rumah sakit.
Setelah, waktu menunjukkan pukul sembilan malam. aku sudah tiba di tempat ku bekerja.
Kali ini, aku menggunakan kostum terbaru yang aku usulkan pada bos tempat ku bekerja aku kini menggunakan lingerie berjubah meskipun tarian yang aku tampilkan tidak pernah bisa menyembunyikan lekuk tubuh ku dan hanya bagian sensitif ku yang tertutupi.
kali ini, aku menari bersama penari yang sudah profesional dan bahkan profesi mereka jauh lebih dulu mereka lakoni.
Tapi yang membuat ku kaget adalah mereka semua adalah bagian dari para pekerja **** komersial.
Entah siapa? yang meminta itu tapi yang pasti itu terjadi karena permintaan seseorang yang lebih berkuasa.
Hingga, tarian baru berjalan setengah nya beberapa orang pria yang juga penari bugil datang mereka saling berpasangan hanya aku yang menolak itu karena sesuai perjanjian yang aku tandatangani dalam kontrak tersebut adalah.c
Aku, tidak akan melakukan hal lebih gila lagi jika itu tidak sesuai dengan yang aku mau.
Hingga tarian usai semua tidak ada henti-hentinya, mereka pun berhenti melakukan acara tebar uang atau sawer, dan Doni langsung membalut tubuh ku dengan jubah kebesaran ku.
Tapi ada satu yang tidak aku mengerti Doni berbisik cepat tinggalkan tempat ini karena akan ada polisi yang melakukan Rajia pada para pekerja dibawah umur.
"Ikut aku sekarang cepat jangan lama-lama nanti mereka keburu datang"ucap Doni.
Aku pun berlari mengikuti langkah Doni yang sudah membawa ku ke pintu belakang dan meminta ku untuk berlari tapi saat aku lari tiba-tiba aku menabrak seseorang.
"AW.... "ucap ku sambil mengusap keningku yang kini menabrak sesuatu di hadapan ku sangat keras tapi bukan batu apalagi besi.
"Heummm kamu mau kabur rupanya."ucap seseorang yang kini terlihat tengah menatap ku, dengan tatapan mata yang sulit untuk diartikan.
"Aku bukan mau kabur tapi jam kerja ku sudah berakhir."pada seorang pria dengan stelan jas rapih.
"Heumm benarkah? tapi kenapa? harus pulang dengan pakaian seperti itu apa kamu tidak akan mendapatkan masalah."ucap pria itu lagi.
"Tuan... di dalam sana sedang berlangsung razia."ucap anak buah pria itu.
"Begitu rupanya... menarik juga bagaimana? apa? masih mau bersikap sombong jika kamu tidak selamat dari Rajia psk kali ini secara tidak ada alasan yang akan bisa membuat mu menyangkal semua ini lihat baju yang kau kenakan"ucap pria itu yang terlihat tengah mengejek ku.
Aku langsung kembali berlari tapi lagi-lagi tangan kekar itu menahan tubuh ku.
"Tempat ini sudah dikepung, kamu tidak akan pernah bisa keluar kamu hanya punya satu pilihan tetap bersama ku atau pergi tapi tertangkap tapi semua itu tidak gratis"ucap pria itu lagi sambil berbisik.
Aku terdiam hingga seorang inspektur polisi mendatangi kami yang tengah bernegosiasi saat ini.
"Owh ini ternyata wanita yang kita cari"ucap inspektur polisi tersebut.
"Siapa? yang kamu maksud"ucap pria tampan yang memiliki tubuh tegap dengan rahang kokoh terbuat.
"Wanita yang sedang berada di samping mu"ucap inspektur tersebut.
"Kau tidak melihat kami sedang mengobrol, apa? kau tidak melihat itu jika dia psk mungkin dia sudah lari terbirit-birit, tapi sayang kamu salah dia wanita ku"ucap pria itu.
"Apa? kau tidak melihat baju kenakan kami sedang mencari suasana baru."ucap nya, sambil melepaskan jas nya, dan memakai kan itu padaku.
Wangi maskulin yang benar-benar khas tidak pernah aku temui wangi parfum semacam ini di manapun, mungkin dia membelinya dengan harga yang teramat mahal.
"Sayang kamu tunggu di mobil biar aku selesaikan semua urusan ini"ucap nya yang meminta dua orang pengawal nya mengawal ku pergi menuju ke basement club elite tersebut.
Hingga beberapa waktu aku masih terdiam dan mengikuti mereka pergi tapi satu hal yang mereka tidak sadari adalah.
Aku menyerang mereka dengan jurus bela diri yang aku punya, setidaknya aku bisa melumpuhkan mereka dan saat itu juga aku bisa lari dari tempat tersebut dengan motor ku, beruntung Doni tadi sempat memberikan tasku yang berisi barang-barang ku.
Aku pulang menuju rumah ku, rumah yang nyaman yang aku tempati bersama dengan mami bahkan sedari aku lahir karena hanya itu satu-satunya warisan peninggalan papi yang diberikan oleh mereka, semua ludes tak bersisa diambil oleh saudara papi.
Sesampainya di rumah aku buru-buru masuk dan mengunci pintu pagar aku tau orang itu bukan lah pria sembarangan hingga untuk menemukan keberadaan ku adalah hal yang sangat mudah, tapi ada satu hal yang aku takutkan aku takut mami terkena serangan jantung.
Saat aku masuk suasana rumah begitu sepi kali ini karena pekerjaan ku baru separuh waktu, akhirnya aku bisa mandi dan bersih-bersih sebelum tidur setelah menggunakan pakaian dalam ku,aku langsung menggunakan kimono tidur dan bergegas menemui Mami tercinta ku.
Pintu kamar Mami kebetulan tidak pernah dikunci selama ini semenjak papi pulang ke pangkuan illahi aku meminta Mami agar tidak perlu mengunci pintu karena aku takut Mami kambuh penyakit nya sesaat sebelum di operasi.
"Mam... sudah bobo ya"ucap ku sambil berjalan masuk.
"Asalamualaikum"ucap ku lagi, tapi Mami tidak menjawab dan aku pun langsung masuk begitu saja kuliah mami sudah terlelap dalam tidur nya.
Aku mendekat dan ku daratan kecupan penuh kelembutan di kening Mami dan ku ucapkan selamat malam pada wanita yang sangat berjasa dalam hidup ku itu, lalu aku membetulkan selimut nya dan aku kembali mengecup punggung tangan nya lalu pamit pergi untuk ke kamar ku karena aku sudah sangat mengantuk.
Aku pun memejamkan mata ku setibanya di kamar tempat di atas ranjang empuk milikku yang dulu papi desain khusus seperti kamar seorang putri raja dengan bernuansa putih .
Hingga saat ini kamar itu tidak pernah ku ubah aku tidak ingin mengganti semua itu, karena semua adalah kasih sayang dari papi ku.
Hingga pagi menjelang, aku dikagetkan oleh suara seseorang yang pernah aku temui semalam aku pikir itu hanyalah mimpi dan ya betapa terkejutnya aku saat melihat pria itu tengah duduk di sofa singgel milikku.
Selamat pagi, tuan putri, apa? tidur mu nyenyak"ucap pria itu.
"Ahhhhhh! kenapa? ini nyata dan siapa yang mengijinkan mu masuk kedalam"ucap ku yang langsung bangkit dan menggulung tubuh ku dengan selimut.
"Sayang kamu sudah bangun tadi bos mu bilang ada sesuatu yang benar-benar urgent"ucap mami.
"Aku memang benar-benar membutuhkan sesuatu Nyona tapi aku tidak tega untuk membangunkan putri anda"ucap nya ber basa-basi.
"Mami aku belum sholat gimana ini"ucap ku sambil menatap mami yang masih berdiri.
"Sholat lah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali dan karena tidak sengaja dan bukan sengaja dibuat telat"ucap mami.
"Aku sholat dulu, dan anda bisa menunggu ku di ruang tamu"ucap ku, sambil berjalan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
...🌸................🌸...
Tapi hingga aku selesai sholat pria itu masih tetap berada di dalam kamar pribadi ku.
Aku sangat berharap Mami tidak mendengar pembicaraan kami saat ini jika tidak mungkin ibuku sudah terkena serangan jantung.
"Kau melakukan dosa setiap malam dan saat di rumah kau menjalankan kewajiban mu pada Tuhan mu apa? tidak ada rasa takut pada Tuhan mu jika suatu saat dia memberikan siksa nyata"ucap pria itu.
"Sudah pasti semua manusia juga takut dengan sang pencipta, tapi aku belum bisa berhenti dari kubangan lumpur tersebut karena aku masih terikat kontrak kerja sama yang masih lumayan lama"ucap ku sambil duduk di kursi meja rias.
"Tuan minuman nya"tiba-tiba saja mbok Darmi datang membawakan minuman untuk tamu tak diundang tersebut.
"Aku datang untuk menagih hutang janji semalam"ucap nya lugas.
"Aku tidak punya janji apapun dan bahkan tidak berhutang kepada mu"ucap ku tak kalah tegas.
"Apa? kau lupa semalam jika saja aku tidak menolong mu mungkin saat ini kau masih berada di dalam sel tahanan karena ada yang mengaku membeli narkoba dari dirimu"ucap nya.
"Jangan main-main aku bahkan tidak pernah menyentuh barang terlarang seperti itu aku hanya menyentuh minuman agar aku bisa leluasa untuk mengekspresikan bakat yang aku punya tapi bukan berarti aku tidak tau apa-apa tentang semua barang haram tersebut"ucap ku.
"Aku tidak tau bisa jadi ia atau tidak karena tempat seperti itu yang pasti aku sudah rugi banyak"ucap nya.
"Siapa? yang meminta mu melakukan hal yang tidak berguna kenapa? kau tidak biarkan saja mereka memeriksa ku saat itu dan tidak perlu repot-repot untuk membuat pembelaan yang bahkan hanya akan merugikan diri sendiri"ucap Ariana rose.
"Aku, melakukan itu karena aku tidak ingin wanita ku masuk bui karena dunia itu lebih kejam dari yang kamu bayangkan,barang bukti itu akan ada kapan saja"ucap nya.
"Aku lebih baik dipenjara dari pada haru menjadi wanita mu bahkan jika itu terjadi sekalipun"ucap nya.
"Pikirkan tentang ibu mu Ari"ucap pria itu.
Seketika aku tersadar bahwa disini bukan hanya diriku yang aku harus aku pikirkan dan benar kata pria itu bahwa dunia malam itu cukup berbahaya dan kejam.
"Aku tidak mungkin menjadi wanita mu aku bukan wanita penghibur yang bisa menghangatkan ranjang mu aku masih dibawah umur, dan tidak mengerti dengan semua itu"ujar ku, sambil memilih buku yang harus aku siapkan karena hari ini aku kuliah.
"Tuan aku harus segera bersiap aku mau pergi kuliah sebentar lagi kita sudah selesai tidak ada yang harus dibicarakan lagi"ucap ku.
"Tidak ada yang bisa mengatur ku, aku Marvin Alexander... Aku tidak akan pernah patuh pada siapapun kecuali pada ibu dan istri ku"ucap nya, sambil menatap lekat wajah ku
Aku sendiri heran dengan kata-kata nya itu, bagaimana bisa ada orang seperti itu.
"Kalau begitu tuan Marvin aku akan meminta istri anda untuk meminta anda pulang"ucap ku.
"Coba saja jika bisa"ucap nya.
"Heummm kamu menantang ku"ucap ku.
"Silahkan"ucap nya sambil memberikan ponsel nya, yang sudah ia nyalakan.
Akupun mengambil itu dan saat aku mencari kontak ibu dan istri nya, sampai berulang kali aku mencari-cari kontak tersebut tidak kunjung aku temukan.
"Sudah"ucap Marvin.
"Kamu sudah menipuku"ucap ku.
"Aku tidak punya kedua nya, maka aku tidak akan pernah patuh pada siapapun"ucap Marvin Alexander.
Owh ya ampun, aku seperti terjebak di ruang waktu.
Hingga aku bersiap untuk pergi kuliah mami meminta ku untuk segera sarapan dan Marvin juga terlihat melunak dengan, ku semua ucapan yang ibu katakan, aku pun sengaja pamit pamit pada mami karena harus segera kuliah.
Di rumah tempat ku tinggal sedari aku kecil hingga sekarang baru kali ini kembali ada laki-laki selain Papi yang makan satu meja bersama dengan ku.
Marvin duduk di samping ku dia bahkan makan nasi goreng yang mami sajikan untuk nya, nasi goreng daging buatan mami memang tidak ada duanya untuk ku.
Hingga selesai sarapan Marvin, langsung pamit akan mengantar ku pergi kuliah, tapi mami bilang aku punya kendaraan sendiri jadi tidak perlu diantar hingga Marvin mengangguk aku pun begitu senang aku sengaja pergi lebih dulu, dengan motor ku.
Hingga tepat di tengah jalan Marvin langsung menghentikan motor ku dia meminta ku untuk naik mobil nya, tapi aku tidak mau hingga Marvin naik ke atas motor ku dan dan mengambil alih motor dia bahkan membuat posisi ku jadi memeluk nya erat karena pria itu lebih jago menyalip kendaraan lain, hingga hampir membuat lutut ku tercium aspal jalanan yang hitam legam itu.
Aku hanya diam terus menatap punggung pria itu, pria yang mungkin jauh lebih tua dari ku, dan saat dia menghentikan laju motor ku di parkiran kampus aku membulatkan mata ku saat dekan kampus tempat ku kuliah membungkuk hormat pada pria yang ada di hadapanku.
Aku pun turun dari motor ku"Aku mengijinkan mu kuliah tapi ingat jangan berbuat macam-macam atau aku ratakan kampus ini dengan tanah"ujarnya sambil menatap serius kearah ku.
"Heummm aku tidak jamin"ucap ku tapi tiba-tiba satu kecupan dari bibir yang hangat itu mendarat di pipi ku.
Aku berteriak pada pria itu karena itu adalah kecupan pertama ku dari seorang pria yang aku harapkan itu adalah kekasih atau calon suami ku.
"Dasar kurang ajar... kau sudah mencuri kecupan yang akan menjadi milik suamiku dan membuat pipi ku tak perawan lagi"ucap ku yang di jawab dengan senyum maskulin nya itu.
"Itu untuk cicilan hutang semalam"ucap nya dengan mode datar nya.
"Owh ya ampun siapa juga yang berhutang pada mu dasar tukang tipu"ucap ku sambil pergi setelah merebut kembali kunci motor ku.
Saat aku berjalan Doni, langsung menghentikan langkah ku"Gila Lo kenal penguasa di seluruh kota itu dari mana, semalam gue dibuat , saat seorang polisi bertekuk lutut di hadapan nya entah apa? yang menjadi kesepakatan diantara mereka berdua."ucap Doni.
hingga beberapa hari kemudian,aku masih bekerja, seperti biasa nya,aku datang di jam yang sama dan pulang juga begitu, tapi selama aku bekerja tidak ada gangguan yang berarti hanya teriakan para lelaki yang menggila karena melihat tarian erotis ku, dan lekuk tubuh yang hanya terbalut kain sutra tipis, saat ini tidak lagi menggunakan lingerie.
hingga ada seorang pemuda tampan yang memberanikan diri untuk naik dan menari bersama ku, pria itu mungkin hanya berbeda dua tahun di atas ku, hingga jerit penonton semakin menggila karena pemuda itu, ternyata pandai menari dengan tubuh lentur dan atletis itu, sangat lah menggoda.
kali ini penonton bukan hanya dari kalangan pria tapi juga wanita, bergabung menjadi satu, hingga tiba-tiba seseorang menghentikan music nya dan langsung menarik ku pergi.
aku terus mengikuti langkah nya yang lebar, karena tangan ku di genggam oleh nya dengan sangat erat, hingga dia melempar ku ke sofa empuk itu, tepat di ruang VVIP yang biasa dia singgahi.
"Ahhhhhh" pekik ku terasa benar-benar sakit, mendapatkan perlakuan itu.
"Aku sudah membiarkan mu, selama beberapa hari ini, tapi kamu malah berani membuat ku, merasa kesal dengan sikap mu, jika kamu ingin menari maka menari lah dihadapan ku"ucap Marvin.
Aku hanya diam sambil menatap lekat wajah pria tampan yang selama ini, menghilang dari pandangan ku, aku kira dia seperti pria lain yang akan pergi setelah bosan karena tidak dapat apa-apa, tapi ternyata pria yang satu ini begitu berbeda.
"Aku tidak sengaja, dia datang tiba-tiba tidak mungkin aku langsung menghentikan pekerjaan ku"ucap ku sambil membetulkan posisi duduk ku, dan mengambil jas miliknya yang masih dia kenakan, aku memberanikan diri untuk melepaskan itu, karena tubuh ku sangat kedinginan.
jika tadi aku bercucuran keringat itu karena aku sedang menari, tapi saat berdiam diri rasanya sangat dingin ditambah dengan tatapan mata tajam dari nya.
"Aku kedinginan"ucap ku lagi.
"berhenti dari pekerjaan ini"ucap nya tegas.
"Aku akan berhenti setelah kontrak kerja ku, selesai" ucap ku.
"Aku tidak sedang bertanya tapi aku sedang memerintahkan mu, jika tidak ingin kakimu patah"ucap nya.
"Jangan mengancam ku lagi, aku tidak mungkin keluar, aku tidak punya banyak uang untuk membayar denda kontrak tersebut"ucap ku jujur.
pria itu langsung melempar kartu berwarna hitam keabu-abuan itu pada ku, dan aku hanya terdiam.
"Gunakan itu, untuk membayar sekaligus membiayai kebutuhan hidup mu, setelah itu selesaikan kuliah mu"ucap pria itu.
"Aku bukan pengemis, dan bukan pula wanita yang suka memanfaatkan pria, aku bekerja keras untuk menghidupi diri ku dan keluarga ku, terserah mereka mau bilang ini uang haram, setidaknya aku tidak menyusahkan orang lain"ujarnya.
"Pulang dan bawa kartu itu, akhiri kontrak kerja itu"ucap pria itu tegas sambil berjalan pergi tanpa meminta jas kebesaran nya, dikembalikan.
"Aku tidak tau kau siapa? ku harap ini adalah yang terbaik"ucap ku lirih.
aku berjalan menuju ruangan ku dan Doni mengikuti ku, sambil bertanya, jika kamu keluar, sekarang tidak ada ganti yang sebagus dirimu"ucap Doni, yang menunggu ku hingga aku keluar dari kamar ganti.
"Aku hanya ingin membuktikan perkataan nya,tapi jika dia hanya bermain-main saja,aku tidak akan segan untuk membuat dia menyesal"jawab ku.
"Terbalik yang ada kamu yang menyesal"ucap Doni.
"Aku bukan tipe wanita yang suka meratapi nasibku, aku bisa bangkit saat aku terpuruk dan aku bisa berlari saat aku ingin"ucap ku.
percakapan kami usai saat dua orang bodyguard mendatangi kami dia ingin menjemput ku pulang, seperti yang diperintahkan oleh Marvin.
pria itu, tidak pernah di bantah meskipun,itu adalah yang terbaik untuk ku.
aku pulang cepat malam ini seperti biasanya aku akan membersihkan diri ku terlebih dahulu sebelum akhirnya aku menemui Mami.
dan saat aku menemui Mami, ternyata bidadari ku tengah sakit, bahkan aku sampai panik saat melihat ada noda darah yang menempel di syal rajut, yang saat ini tengah ia gunakan.
"Mam...aku mulai menangis, tapi dia selalu berusaha untuk menghentikan tangis ku, ternyata selama ini, dia sering menyembunyikan rasa sakit nya pada ku, wanita yang begitu mulia itu diam-diam telah menyembunyikan rasa sakit nya selama ini aku pikir hanya penyakit jantung yang ia derita, hingga operasi dilakukan tapi ternyata tidak hanya itu.
penyakit lainnya dia sembunyikan dengan bantuan dokter,agar aku tidak panik.
aku langsung berlari menuju kamar ku, kuambil kardigan karena saat ini,aku hanya menggunakan tangtop dan hotpants, saja ku raih tas ku tak lupa juga ponsel ku,aku berlari menuruni tangga ,menuju ke kamar mami.
Aku langsung menghubungi Doni, yang masih berada di club malam tersebut karena pria itu tengah menjaga anak asuhnya.
hingga Doni mendengar kan suara tangis ku dan berteriak-teriak memanggil nya, untuk meminta tolong karena mommy semakin banyak mengeluarkan darah segar dari mulut dan hidung nya.
aku berlari keluar rumah tapi tidak ada orang satupun yang mendengar ku berteriak, hingga Doni datang menghampiri ku , dia berlari sekuat mungkin menuju ke arah yang aku tunjukkan, di sana mami sudah terkapar tak sadarkan diri.
aku dan Doni mengangkat tubuh ramping ibuku yang selama ini menderita penyakit dalam.
hingga sampai di mobil aku memangku kepala mami yang terus aku panggil agar dia kembali bangun.
sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menolong mami, dan mami ditangani oleh dokter di ruang IGD, rumah sakit tersebut.
Aku menangis sambil memeluk Doni, bahkan aku tak perduli dengan orang-orang yang menatap kearah ku, tangis ku pecah, hingga Doni juga memeluk erat tubuh ku yang hampir oleng karena lemas.
"Jangan seperti ini, berdoalah semoga semua nya baik-baik saja"ucap Doni.
"Papi sudah pergi, bagaimana bisa aku kuat Doni ,aku bahkan rela bekerja di tempat itu hanya untuk kesembuhan mami tapi, mami malah menyembunyikan semuanya ini"rasanya sakit sekali saat melihat wajah ibuku yang sedang kesakitan.
beberapa menit kemudian, dokter pun keluar, dengan wajah tertunduk.
🌸...................🌸
"Semuanya, sudah terlambat,ibu anda tidak bisa lagi di tindak lanjut, karena kangker payudara nya, sudah menyebar hingga ke paru-paru dan jantung nya sekarang yang harus kita lakukan hanya berdoa untuk nya"ucap dokter yang tampak menyesal karena tidak bisa menolong nya.
Aku masuk di temani oleh Doni, karena tubuh ku benar-benar lemas bahkan rasanya aku ingin mati saja, saat ini agar aku bisa bersama mami tapi tuhan tidak mengijinkan itu.
aku melihat mami, yang saat ini tengah menggunakan oksigen karena nafas nya tersendat-sendat, dia berusaha tersenyum pada ku, lalu berkata"Mami sudah tidak kuat lagi menahan semua ini,mami berharap kamu bisa hidup lebih baik, setelah mami tiada nanti, berhenti bekerja sayang, pekerjaan itu sangat berbahaya, mami masih menyimpan sedikit uang peninggalan papi, semua mami simpan rapat-rapat, semua untuk masadepan mu, gunakan semua itu dengan baik, Mami sudah tidak kuat lagi"ucap nya sambil berusaha untuk meraih puncak kepala ku.
aku mendekat dan memeluk nya erat begitu juga dengan mami yang mencium kening ku, sambil berkat" Mami, sangat mencintai dan menyayangi mu putri kecil kesayangan ku, jaga diri baik-baik jaga adik mu, untuk Papi"ucap nya, dan akhirnya dia pergi dengan tenang dan wajah penuh senyuman.
"Mami!! jerit ku, setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi, hingga aku terbangun di pagi hari, suara orang tengah membaca ayat suci Al-Quran begitu menggema di telinga ku, tiba-tiba aku melihat seseorang yang tengah duduk di samping ranjang ku.
Doni, yang tidak pernah bisa jauh dari ku, saat itu karena rasa iba nya mungkin.
"Bangun lah dan segera bersihkan diri mu, kamu harus mengantar mami ke tempat peristirahatan terakhir nya"ucap Doni, aku seperti orang yang tidak punya jiwa,aku berjalan ke kamar mandi, dan aku mandi membersihkan tubuh ku, aku juga berwudhu dan mengganti pakaian ku dengan gamis hitam milik ku, tidak lupa selendang pashmina berwarna hitam, aku berjalan menghampiri Doni, sambil membawa Al Quran milik ku.
aku turun masih dengan kehampaan menuju ruang keluarga, sesampainya di sana aku tidak kuasa melihat jenazah mami yang sudah terbalut kain kafan dan ditutup dengan kain panjang.
"Mami... hiks hiks hiks mami..."tangis ku kembali pecah beberapa orang ibu-ibu langsung mendekat ke arah ku, memberikan wejangan agar aku kuat aku sudah berusaha menguatkan hati, aku membuka Al Quran ku, dan ku baca kan di depan jenazah almarhum mami, dengan Isak tangis yang terus keluar dari bibir ku, disela bacaan tersebut, hingga selesai membacanya.
pak ustadz bertanya kepada ku, apa masih ada yang ditunggu atau tidak, tapi aku menjawab tidak ada, karena mami sebatang kara dan keluarga Papi, sudah tidak ada yang perduli kecuali kak Reyhan yang berada di Amerika, saat ini.
hingga akhirnya Doni membantu mengangkat jenazah mami menuju ambulans, seseorang tiba-tiba merangkul pinggang ku, sambil berbisik.
"Maaf, aku terlambat, semalam aku berada di luar kota, dan aku buru-buru kesini saat mendengar kabar ini"ucap pria yang ternyata adalah Marvin.
"Tidak apa-apa"jawab ku lirih.
akupun pergi dengan mobil Marvin bersama dia dengan sopir nya.
hingga tiba di pemakaman, aku turun dengan langkah gontai, tapi tangan kekar itu, langsung menahan tubuh ku, tangis ku kembali pecah saat jenazah mami dimasukkan kedalam liang lahat.
"Mami!... hiks hiks hiks mami, aku hampir saja terjatuh jika saja Marvin tidak memeluk erat tubuh ku.
"Mami hati ini begitu sakit melihat kepergian mu, tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, usaha ku sia-sia aku sudah gagal menjadi anak yang baik, seperti yang mami harapkan maaf kan aku mami" hingga aku tak sadarkan diri lagi.
aku bahkan tidak tau, kapan pemakaman itu selesai, tapi aku lagi-lagi terbangun saat mendengar suara tahlil bergema di rumah ku, aku turun setelah mencuci wajah ku, kulihat Marvin dan Doni, duduk di sebelah pak ustadz, pria yang sering aku temui itu ikut membaca tahlil seperti yang pak ustadz lakukan, aku duduk di ujung anak tangga paling bawah dengan derai air mata, aku bacakan tahlil untuk almarhum mami, dia adalah wanita shalihah semasa hidupnya, wanita yang bahkan rela menerima segala ketentuan yang ada.
masih teringat dibenaknya, saat Papi nya meminta tolong karena istri keduanya sakit, Mami bahkan merawat wanita yang kini bahkan tidak Sudi hadir di hari terakhir Mami.
tidak hanya itu, setiap kali Papi, sakit Mami, adalah orang pertama yang akan dengan setia mengurus nya, dan wanita itu hanya akan mencari muka, tapi Mami, tidak pernah protes ataupun mengeluh, Air mata ini tidak bisa aku bendung lagi,rasa sakit yang teramat sangat jika teringat dengan susah payah nya Mami menyiapkan sarapan pagi, dengan uang yang halal, seperti yang dia berikan selama ini, sementara uang haram malah aku gunakan untuk membayar biyaya rumah sakit ibuku .
hingga Marvin mendekat dan mengelus puncak kepala ku.
"Jangan bersedih lagi, seharusnya kamu berdoa, agar mami mu bahagia, karena telah mendapatkan putri yang sempurna seperti mu, mami kamu pasti bangga karena dia tau putri nya adalah yang terbaik"ucap Marvin.
"Terimakasih tapi aku tidak sebaik itu, aku berlumuran dosa"lirih ku yang kini membenamkan wajahku di dada bidang nya.
Marvin mengangkat tubuh ku membawa ku keatas sofa masih di ruangan yang ada di bawah karena ruangan itu tanpa sekat.
aku tertunduk di samping Marvin.
"Sore ini aku akan kembali ke luar kota, tolong jangan berbuat hal bodoh, dan tunggu aku kembali"ucap nya lembut.
"Aku hanya akan berdiam diri di sini, selain dimakan mami"jawab ku.
"Jangan berkunjung sendirian, aku tidak ingin kau kenapa-napa dan pergi dengan sopir ku, mulai sekarang, saat aku tidak ada, kamu hanya boleh pergi jika diantar oleh nya, ini demi keselamatan mu"ucap Marvin.
bukan tanpa alasan Marvin berucap seperti itu, karena tunangan Marvin bukan orang sembarangan, jika dia tau Marvin dekat dengan Ariana, wanita itu akan murka, meskipun Marvin, hanya ingin bermain-main saja dengan nya.
Aku hanya mengangguk pasrah lagi pula, jika Marvin tidak ada aku bebas, bahkan setelah ini aku masih punya banyak tugas untuk membesarkan Liliana adikku, yang kini berada di rumah ibunya.
hingga keesokan harinya aku tetap menjalani hidup ku, aku pergi kuliah dan pergi bekerja, meskipun kali ini pekerjaan ku di balik layar,aku melatih mereka, di tempat yang Doni , sediakan lebih mirip gedung teater, yang kuliah sejauh ini.
dan pekerjaan ku tidak melulu menggunakan baju seksi, sekarang aku bebas berekspresi, dan murid les ku bukan dari kalangan penari, club saja, aku juga mengajar tari untuk anak-anak sesuai umur, karena bakat yang ku punya, turunan dari Mami.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!