hingga beberapa hari kemudian,aku masih bekerja, seperti biasa nya,aku datang di jam yang sama dan pulang juga begitu, tapi selama aku bekerja tidak ada gangguan yang berarti hanya teriakan para lelaki yang menggila karena melihat tarian erotis ku, dan lekuk tubuh yang hanya terbalut kain sutra tipis, saat ini tidak lagi menggunakan lingerie.
hingga ada seorang pemuda tampan yang memberanikan diri untuk naik dan menari bersama ku, pria itu mungkin hanya berbeda dua tahun di atas ku, hingga jerit penonton semakin menggila karena pemuda itu, ternyata pandai menari dengan tubuh lentur dan atletis itu, sangat lah menggoda.
kali ini penonton bukan hanya dari kalangan pria tapi juga wanita, bergabung menjadi satu, hingga tiba-tiba seseorang menghentikan music nya dan langsung menarik ku pergi.
aku terus mengikuti langkah nya yang lebar, karena tangan ku di genggam oleh nya dengan sangat erat, hingga dia melempar ku ke sofa empuk itu, tepat di ruang VVIP yang biasa dia singgahi.
"Ahhhhhh" pekik ku terasa benar-benar sakit, mendapatkan perlakuan itu.
"Aku sudah membiarkan mu, selama beberapa hari ini, tapi kamu malah berani membuat ku, merasa kesal dengan sikap mu, jika kamu ingin menari maka menari lah dihadapan ku"ucap Marvin.
Aku hanya diam sambil menatap lekat wajah pria tampan yang selama ini, menghilang dari pandangan ku, aku kira dia seperti pria lain yang akan pergi setelah bosan karena tidak dapat apa-apa, tapi ternyata pria yang satu ini begitu berbeda.
"Aku tidak sengaja, dia datang tiba-tiba tidak mungkin aku langsung menghentikan pekerjaan ku"ucap ku sambil membetulkan posisi duduk ku, dan mengambil jas miliknya yang masih dia kenakan, aku memberanikan diri untuk melepaskan itu, karena tubuh ku sangat kedinginan.
jika tadi aku bercucuran keringat itu karena aku sedang menari, tapi saat berdiam diri rasanya sangat dingin ditambah dengan tatapan mata tajam dari nya.
"Aku kedinginan"ucap ku lagi.
"berhenti dari pekerjaan ini"ucap nya tegas.
"Aku akan berhenti setelah kontrak kerja ku, selesai" ucap ku.
"Aku tidak sedang bertanya tapi aku sedang memerintahkan mu, jika tidak ingin kakimu patah"ucap nya.
"Jangan mengancam ku lagi, aku tidak mungkin keluar, aku tidak punya banyak uang untuk membayar denda kontrak tersebut"ucap ku jujur.
pria itu langsung melempar kartu berwarna hitam keabu-abuan itu pada ku, dan aku hanya terdiam.
"Gunakan itu, untuk membayar sekaligus membiayai kebutuhan hidup mu, setelah itu selesaikan kuliah mu"ucap pria itu.
"Aku bukan pengemis, dan bukan pula wanita yang suka memanfaatkan pria, aku bekerja keras untuk menghidupi diri ku dan keluarga ku, terserah mereka mau bilang ini uang haram, setidaknya aku tidak menyusahkan orang lain"ujarnya.
"Pulang dan bawa kartu itu, akhiri kontrak kerja itu"ucap pria itu tegas sambil berjalan pergi tanpa meminta jas kebesaran nya, dikembalikan.
"Aku tidak tau kau siapa? ku harap ini adalah yang terbaik"ucap ku lirih.
aku berjalan menuju ruangan ku dan Doni mengikuti ku, sambil bertanya, jika kamu keluar, sekarang tidak ada ganti yang sebagus dirimu"ucap Doni, yang menunggu ku hingga aku keluar dari kamar ganti.
"Aku hanya ingin membuktikan perkataan nya,tapi jika dia hanya bermain-main saja,aku tidak akan segan untuk membuat dia menyesal"jawab ku.
"Terbalik yang ada kamu yang menyesal"ucap Doni.
"Aku bukan tipe wanita yang suka meratapi nasibku, aku bisa bangkit saat aku terpuruk dan aku bisa berlari saat aku ingin"ucap ku.
percakapan kami usai saat dua orang bodyguard mendatangi kami dia ingin menjemput ku pulang, seperti yang diperintahkan oleh Marvin.
pria itu, tidak pernah di bantah meskipun,itu adalah yang terbaik untuk ku.
aku pulang cepat malam ini seperti biasanya aku akan membersihkan diri ku terlebih dahulu sebelum akhirnya aku menemui Mami.
dan saat aku menemui Mami, ternyata bidadari ku tengah sakit, bahkan aku sampai panik saat melihat ada noda darah yang menempel di syal rajut, yang saat ini tengah ia gunakan.
"Mam...aku mulai menangis, tapi dia selalu berusaha untuk menghentikan tangis ku, ternyata selama ini, dia sering menyembunyikan rasa sakit nya pada ku, wanita yang begitu mulia itu diam-diam telah menyembunyikan rasa sakit nya selama ini aku pikir hanya penyakit jantung yang ia derita, hingga operasi dilakukan tapi ternyata tidak hanya itu.
penyakit lainnya dia sembunyikan dengan bantuan dokter,agar aku tidak panik.
aku langsung berlari menuju kamar ku, kuambil kardigan karena saat ini,aku hanya menggunakan tangtop dan hotpants, saja ku raih tas ku tak lupa juga ponsel ku,aku berlari menuruni tangga ,menuju ke kamar mami.
Aku langsung menghubungi Doni, yang masih berada di club malam tersebut karena pria itu tengah menjaga anak asuhnya.
hingga Doni mendengar kan suara tangis ku dan berteriak-teriak memanggil nya, untuk meminta tolong karena mommy semakin banyak mengeluarkan darah segar dari mulut dan hidung nya.
aku berlari keluar rumah tapi tidak ada orang satupun yang mendengar ku berteriak, hingga Doni datang menghampiri ku , dia berlari sekuat mungkin menuju ke arah yang aku tunjukkan, di sana mami sudah terkapar tak sadarkan diri.
aku dan Doni mengangkat tubuh ramping ibuku yang selama ini menderita penyakit dalam.
hingga sampai di mobil aku memangku kepala mami yang terus aku panggil agar dia kembali bangun.
sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menolong mami, dan mami ditangani oleh dokter di ruang IGD, rumah sakit tersebut.
Aku menangis sambil memeluk Doni, bahkan aku tak perduli dengan orang-orang yang menatap kearah ku, tangis ku pecah, hingga Doni juga memeluk erat tubuh ku yang hampir oleng karena lemas.
"Jangan seperti ini, berdoalah semoga semua nya baik-baik saja"ucap Doni.
"Papi sudah pergi, bagaimana bisa aku kuat Doni ,aku bahkan rela bekerja di tempat itu hanya untuk kesembuhan mami tapi, mami malah menyembunyikan semuanya ini"rasanya sakit sekali saat melihat wajah ibuku yang sedang kesakitan.
beberapa menit kemudian, dokter pun keluar, dengan wajah tertunduk.
🌸...................🌸
"Semuanya, sudah terlambat,ibu anda tidak bisa lagi di tindak lanjut, karena kangker payudara nya, sudah menyebar hingga ke paru-paru dan jantung nya sekarang yang harus kita lakukan hanya berdoa untuk nya"ucap dokter yang tampak menyesal karena tidak bisa menolong nya.
Aku masuk di temani oleh Doni, karena tubuh ku benar-benar lemas bahkan rasanya aku ingin mati saja, saat ini agar aku bisa bersama mami tapi tuhan tidak mengijinkan itu.
aku melihat mami, yang saat ini tengah menggunakan oksigen karena nafas nya tersendat-sendat, dia berusaha tersenyum pada ku, lalu berkata"Mami sudah tidak kuat lagi menahan semua ini,mami berharap kamu bisa hidup lebih baik, setelah mami tiada nanti, berhenti bekerja sayang, pekerjaan itu sangat berbahaya, mami masih menyimpan sedikit uang peninggalan papi, semua mami simpan rapat-rapat, semua untuk masadepan mu, gunakan semua itu dengan baik, Mami sudah tidak kuat lagi"ucap nya sambil berusaha untuk meraih puncak kepala ku.
aku mendekat dan memeluk nya erat begitu juga dengan mami yang mencium kening ku, sambil berkat" Mami, sangat mencintai dan menyayangi mu putri kecil kesayangan ku, jaga diri baik-baik jaga adik mu, untuk Papi"ucap nya, dan akhirnya dia pergi dengan tenang dan wajah penuh senyuman.
"Mami!! jerit ku, setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi, hingga aku terbangun di pagi hari, suara orang tengah membaca ayat suci Al-Quran begitu menggema di telinga ku, tiba-tiba aku melihat seseorang yang tengah duduk di samping ranjang ku.
Doni, yang tidak pernah bisa jauh dari ku, saat itu karena rasa iba nya mungkin.
"Bangun lah dan segera bersihkan diri mu, kamu harus mengantar mami ke tempat peristirahatan terakhir nya"ucap Doni, aku seperti orang yang tidak punya jiwa,aku berjalan ke kamar mandi, dan aku mandi membersihkan tubuh ku, aku juga berwudhu dan mengganti pakaian ku dengan gamis hitam milik ku, tidak lupa selendang pashmina berwarna hitam, aku berjalan menghampiri Doni, sambil membawa Al Quran milik ku.
aku turun masih dengan kehampaan menuju ruang keluarga, sesampainya di sana aku tidak kuasa melihat jenazah mami yang sudah terbalut kain kafan dan ditutup dengan kain panjang.
"Mami... hiks hiks hiks mami..."tangis ku kembali pecah beberapa orang ibu-ibu langsung mendekat ke arah ku, memberikan wejangan agar aku kuat aku sudah berusaha menguatkan hati, aku membuka Al Quran ku, dan ku baca kan di depan jenazah almarhum mami, dengan Isak tangis yang terus keluar dari bibir ku, disela bacaan tersebut, hingga selesai membacanya.
pak ustadz bertanya kepada ku, apa masih ada yang ditunggu atau tidak, tapi aku menjawab tidak ada, karena mami sebatang kara dan keluarga Papi, sudah tidak ada yang perduli kecuali kak Reyhan yang berada di Amerika, saat ini.
hingga akhirnya Doni membantu mengangkat jenazah mami menuju ambulans, seseorang tiba-tiba merangkul pinggang ku, sambil berbisik.
"Maaf, aku terlambat, semalam aku berada di luar kota, dan aku buru-buru kesini saat mendengar kabar ini"ucap pria yang ternyata adalah Marvin.
"Tidak apa-apa"jawab ku lirih.
akupun pergi dengan mobil Marvin bersama dia dengan sopir nya.
hingga tiba di pemakaman, aku turun dengan langkah gontai, tapi tangan kekar itu, langsung menahan tubuh ku, tangis ku kembali pecah saat jenazah mami dimasukkan kedalam liang lahat.
"Mami!... hiks hiks hiks mami, aku hampir saja terjatuh jika saja Marvin tidak memeluk erat tubuh ku.
"Mami hati ini begitu sakit melihat kepergian mu, tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, usaha ku sia-sia aku sudah gagal menjadi anak yang baik, seperti yang mami harapkan maaf kan aku mami" hingga aku tak sadarkan diri lagi.
aku bahkan tidak tau, kapan pemakaman itu selesai, tapi aku lagi-lagi terbangun saat mendengar suara tahlil bergema di rumah ku, aku turun setelah mencuci wajah ku, kulihat Marvin dan Doni, duduk di sebelah pak ustadz, pria yang sering aku temui itu ikut membaca tahlil seperti yang pak ustadz lakukan, aku duduk di ujung anak tangga paling bawah dengan derai air mata, aku bacakan tahlil untuk almarhum mami, dia adalah wanita shalihah semasa hidupnya, wanita yang bahkan rela menerima segala ketentuan yang ada.
masih teringat dibenaknya, saat Papi nya meminta tolong karena istri keduanya sakit, Mami bahkan merawat wanita yang kini bahkan tidak Sudi hadir di hari terakhir Mami.
tidak hanya itu, setiap kali Papi, sakit Mami, adalah orang pertama yang akan dengan setia mengurus nya, dan wanita itu hanya akan mencari muka, tapi Mami, tidak pernah protes ataupun mengeluh, Air mata ini tidak bisa aku bendung lagi,rasa sakit yang teramat sangat jika teringat dengan susah payah nya Mami menyiapkan sarapan pagi, dengan uang yang halal, seperti yang dia berikan selama ini, sementara uang haram malah aku gunakan untuk membayar biyaya rumah sakit ibuku .
hingga Marvin mendekat dan mengelus puncak kepala ku.
"Jangan bersedih lagi, seharusnya kamu berdoa, agar mami mu bahagia, karena telah mendapatkan putri yang sempurna seperti mu, mami kamu pasti bangga karena dia tau putri nya adalah yang terbaik"ucap Marvin.
"Terimakasih tapi aku tidak sebaik itu, aku berlumuran dosa"lirih ku yang kini membenamkan wajahku di dada bidang nya.
Marvin mengangkat tubuh ku membawa ku keatas sofa masih di ruangan yang ada di bawah karena ruangan itu tanpa sekat.
aku tertunduk di samping Marvin.
"Sore ini aku akan kembali ke luar kota, tolong jangan berbuat hal bodoh, dan tunggu aku kembali"ucap nya lembut.
"Aku hanya akan berdiam diri di sini, selain dimakan mami"jawab ku.
"Jangan berkunjung sendirian, aku tidak ingin kau kenapa-napa dan pergi dengan sopir ku, mulai sekarang, saat aku tidak ada, kamu hanya boleh pergi jika diantar oleh nya, ini demi keselamatan mu"ucap Marvin.
bukan tanpa alasan Marvin berucap seperti itu, karena tunangan Marvin bukan orang sembarangan, jika dia tau Marvin dekat dengan Ariana, wanita itu akan murka, meskipun Marvin, hanya ingin bermain-main saja dengan nya.
Aku hanya mengangguk pasrah lagi pula, jika Marvin tidak ada aku bebas, bahkan setelah ini aku masih punya banyak tugas untuk membesarkan Liliana adikku, yang kini berada di rumah ibunya.
hingga keesokan harinya aku tetap menjalani hidup ku, aku pergi kuliah dan pergi bekerja, meskipun kali ini pekerjaan ku di balik layar,aku melatih mereka, di tempat yang Doni , sediakan lebih mirip gedung teater, yang kuliah sejauh ini.
dan pekerjaan ku tidak melulu menggunakan baju seksi, sekarang aku bebas berekspresi, dan murid les ku bukan dari kalangan penari, club saja, aku juga mengajar tari untuk anak-anak sesuai umur, karena bakat yang ku punya, turunan dari Mami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments