Seperti Menikahi Bocah

Seperti Menikahi Bocah

SMB 01

Hari ini Agnes merasa sangat bahagia karena dirinya mulai bekerja di restoran milik Gatra. Sebuah pengalaman yang baru saja akan dimulai karena selama ini dirinya belum pernah bekerja sama sekali. Jangankan bekerja, mencuci piring bekas makan sendiri saja, Agnes tidak pernah melakukannya karena dulu Janu benar-benar memperlakukan Agnes seperti ratu di rumahnya. Apa pun yang dibutuhkan, sudah ada pelayan yang siaga di dekatnya. Namun, tidak untuk sekarang. Agnes harus mulai terbiasa untuk mandiri.

Senyum Agnes mengembang saat melihat pantulan dirinya di cermin. Rambut yang dikepang dua dan memakai kemeja khusus pelayan restoran milik Gatra. Walaupun hanya seragam karyawan, tetapi Agnes sangat menyukai itu. Daripada gaun-gaun dengan segala model yang sudah pernah dia miliki dan Agnes sudah merasa bosan karenanya.

"Ah, aku tidak menyangka kalau sekarang sudah resmi menjadi seorang karyawan restoran saat ini." Agnes merapikan poni depan agar tidak menganggu penglihatannya. Penampilan culun itu tetap membuat Agnes percaya diri.

Setelah puas menatap dan mengagumi dirinya sendiri, Agnes pun bergegas keluar kamar karena sebentar lagi Gatra akan datang menjemput. Lelaki itu sudah berjanji akan mengantar jemput Agnes setiap hari. Baru saja keluar dari kamar, Agnes terkejut dengan kedatangan Margaretha yang tiba-tiba. Seperti jelangkung saja. Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Oe! Stop! Jangan diterusin. Kalau dia beneran datang, bisa repot eike. wkwk

"Cantik amat kamu, Nes." Margaretha tersenyum sembari memuji Agnes. Senyum yang sebenarnya mengandung ledekan karena penampilan Agnes yang persis anak SD. Sangat culun.

Agnes yang merasa senang karena ledekan berbalut pujian itu pun langsung berlagak menyibakkan ujung rambutnya ke belakang. Bergaya sangat centil. Margaretha yang melihatnya hanya menggeleng. Sungguh, tingkah kakak perempuannya ini sangat unik. Masih seperti anak kecil.

"Etha. Apa Mas Gatra sudah di depan?" tanya Agnes saat tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka.

"Belum. Lebih baik kamu sarapan dulu sambil nunggu Mas Gatra datang." Margaretha mengajak Agnes untuk sarapan, tetapi gadis itu menolak. Dia justru menciumi kedua pipi Margaretha lalu berlari ke luar rumah saat mendengar suara klakson dari luar.

"Aku berangkat, Etha. Aku mencintaimu." Agnes berjalan pergi tanpa peduli pada Margaretha yang sedang mengejar karena khawatir dengan gadis itu. Margaretha mengembuskan napas lega saat Agnes sudah masuk ke mobil Gatra. Lalu melambaikan tangan saat mobil tersebut berlalu pergi meninggalkan rumah.

"Agnes ... Agnes ... kasihan sekali kamu. Setidaknya aku harus lebih bersyukur jika melihatmu. Hidupku jauh lebih baik."

***

Gatra melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang bahkan terkesan lambat. Entah karena masih pagi atau memang Gatra ingin berduaan lama-lama. Hanya hati Gatra yang tahu itu.

"Kamu yakin bisa bekerja di restoran milikku?" tanya Gatra. Tatapannya terlihat meremehkan meskipun sekilas dan Agnes tidak suka itu.

"Tentu saja. Apa kamu ragu padaku?" Agnes bersedekap dan membalas tatapan Gatra tak kalah sengit. Seolah menantang lelaki itu.

"Iya lah. Untuk gadis manja sepertimu agak susah bagiku untuk percaya kalau kamu bisa bekerja dengan baik." Gatra tak gentar.

"Astaga, kamu meremehkan aku? Akan aku buktikan kalau aku bisa bekerja dengan baik!" Agnes melirik Gatra seperti anak kecil yang sedang ngambek. Gatra pun berusaha menahan tawa dengan tingkah Agnes yang kekanakan.

"Aku ingin lihat bukti darimu," ucap Gatra menantang.

"Baiklah, akan aku buktikan kepadamu. Aku yakin kamu pasti akan spechless dengan kinerjaku. Tapi, sekarang aku ingin kita berhenti di warung depan. Aku butuh tenaga keras untuk bekerja. Jadi, aku mau sarapan di sana," Agnes menunjuk sebuah warung makan pinggir jalan yang tidak terlalu ramai pelanggan. Terlihat tulisan nasi uduk dan gorengan.

"Memangnya kamu belum sarapan?" Gatra menatap Agnes sekilas lalu kembali fokus pada setir kemudi.

"Belum lah, aku baru mau sarapan, tapi kamu sudah datang. Jadi, sekarang kamu harus tanggung jawab membelikan sarapan untukku," kata Agnes santai. Sebenarnya itu hanya alasan Agnes karena dia memang ingin sarapan di luar.

"Astaga, licik sekali otakmu." Gatra menggeleng, tetapi Agnes justru tersenyum senang. "Tapi sayangnya aku tidak mau berhenti. Lebih baik kita sarapan di restoran saja. Lebih terjamin kualitas dan kebersihannya."

"Tapi aku mau sarapan di sana." Agnes tetap bersikukuh. Sungguh, dirinya ingin sekali makan di pinggir jalan bukan di restoran yang jelas-jelas dia sudah terbiasa dengan hal itu.

"Tidak. Kita tetap akan makan di restoran." Gatra masih saja menolak. Sama-sama bersikukuh untuk tetap pada keputusannya. Namun, Gatra seketika panik saat mendengar tangisan Agnes yang begitu memekakkan telinga. Bahkan, tangisan cempreng itu begitu memenuhi mobil hingga membuat Gatra kesal sendiri lalu menghentikan mobilnya karena tidak ingin terjadi hal buruk pada mereka apabila fokusnya terganggu.

"Diamlah!" Gatra setengah membentak. Agnes pun langsung diam meskipun masih sesenggukan. Melihat wajah Agnes yang sedih, Gatra menjadi tidak tega sendiri. "Kenapa kamu menangis seperti anak kecil? Apa yang kamu mau?" Gatra bertanya sambil merapatkan giginya, terlihat jelas kalau lelaki itu sedang menahan emosi.

"A-aku cu-cuma ma-mau makan di sana." Agnes menjawab sambil terbata karena isakannya. Telunjuknya masih tetap mengarah pada warung tadi.

"Dengar. Kita akan sarapan di—"

"Papaaaaa ... aku mau makan di sana. Titik! Bukan koma apalagi tanda tanya!" Tangisan Agnes kembali mengeras. Gatra pun mengacak rambutnya kasar merasa frustasi dengan gadis itu. Dengan terpaksa dia pun menuruti kemauan gadis itu.

Ya Tuhan. Sabarkanlah hatiku menghadapi gadis manja seperti dia. Semoga saja tensi darahku tidak naik dengan cepat.

Terpopuler

Comments

☘𝓡 𝑖𝑎𝑛𝑖ᴬᴷ ͠ ⍣ ᶜᶦᶠ

☘𝓡 𝑖𝑎𝑛𝑖ᴬᴷ ͠ ⍣ ᶜᶦᶠ

Bagus kak. Next

2023-02-22

0

ArgaNov

ArgaNov

Hai, Kak, semangat nulisnya☺️

2022-11-17

0

soli kati

soli kati

di perbarui lg nih..?

2022-11-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!