Mula-mula Gatra merasa kesal setelah mendengar ucapan gadis tengil itu. Namun, tiba-tiba senyuman licik tampak mengembang dari sebelah sudut bibir Gatra hingga membuat Agnes bergidik ngeri. Perasaannya mendadak tidak nyaman. Bulu kuduk gadis itu bahkan merinding seperti sedang melihat setan.
Ketika Gatra makin mendekatkan tubuhnya, Agnes pun mulai memasang kuda-kuda. Berjaga-jaga apabila Gatra akan berbuat jahat kepadanya.
"Jangan memasang wajah seperti itu. Kamu tahu, wajahmu terlihat lebih menyeramkan daripada Dinosaurus besar yang datang ke mimpiku saat aku sedang demam." Agnes menggeser tubuhnya secara perlahan. Berusaha untuk menjauhi Gatra. Akan tetapi, lelaki itu justru melakukan hal yang sama. Satu centi Agnes bergeser maka satu centi pula Gatra makin mendekatkan jaraknya.
"Kamu bilang akan melayaniku karena sudah memberimu uang, bukan?" Senyum seringai tampak terlihat jelas dari kedua sudut bibir Gatra.
"I-iya. Tapi bukan sekarang karena kamu belum memberiku uang sama sekali." Agnes masih bisa menimpali meskipun tubuhnya mulai gemetar.
"Kata siapa? Tadi pagi aku sudah memberimu uang. Lebih tepatnya membayar makananmu menggunakan uangku. Jadi, sekarang kamu harus menggantinya dengan pelayanan ekstra." Gatra rasanya ingin tertawa keras saat melihat wajah Agnes yang sangat ketakutan. Sangat lucu, meskipun sedikit kasihan.
"A-aku tidak mau." Agnes menelan ludah susah payah saat tatapannya beradu dengan Gatra. Tatapan Gatra yang menajam seolah llaki itu hendak menerkam Agnes saat ini juga.
"Harus mau. Kamu sekarang harus melayaniku." Gatra membuka dua kancing kemeja paling atas dan berjalan mendekati Agens yang terus memundurkan tubuhnya. Namun, selang beberapa saat justru erangan Gatra yang terdengar. Lelaki itu mengusap kepala yang terasa sakit karena pukulan sebuah buku yang dilakukan oleh Agnes.
"Sakit!" Gatra setengah berteriak. Dia mengusap bekas pukulan tersebut. Meskipun sebenarnya itu hanyalah pukulan yang ringan dan tidak akan membuat kepalanya benjol. Namun, Gatra sengaja melakukan itu untuk mendramatisir keadaan agar Agnes merasa bersalah dan akan meminta maaf padanya.
"Rasakan! Salah sendiri kamu mau mesum di sini." Bukan kata maaf yang terlontar, Agnes justru menjulurkan lidah untuk meledek Gatra. Seolah merasa puas karena sudah membuat lawannya sakit. Hal itu pun sontak membuat Gatra merasa marah dan gemas dalam satu waktu.
"Memangnya kenapa? Ini ruanganku dan aku bebas melakukan apa pun di sini." Gatra berbicara angkuh dan merasa percaya diri kalau Agnes tidak akan bisa menimpali ucapannya lagi.
"Ya, aku tahu itu. Tapi bukan berarti kamu buka baju di depanku sesuka hatimu. Aku ini gadis dewasa asal kamu tahu! Kata papaku, kalau sudah dewasa itu bukalah baju di kamar saat kamu sendirian atau di kamar mandi, selain itu tidak boleh." Agnes bersedekap seperti anak kecil yang sedang merajuk. Dia pun melengos sembari tersenyum miring.
Oh, Ya Tuhan. Kenapa gadis ini sangat cerewet bahkan dia tidak lelah berbicara sepanjang itu. Rasanya ingin kusumpal mulutnya dengan ... ah! Sudahlah! Pikiranku makin jauh saja. Sungguh berbahaya.
"Apa lihat-lihat!" teriak Agnes setengah membentak. Mengejutkan Gatra yang sedang asyik dengan pikirannya sendiri.
"Lebih baik sekarang kamu pergi dari sini sebelum aku khilaf dan menerkammu saat ini juga. Bekerjalah dengan baik dan ingat, jangan judes-judes lagi. Layani pelanggan dengan baik. Meskipun pelanggan itu banyak mau dan menyebalkan, kamu harus tetap tersenyum dan ramah," nasehat Gatra. Dalam hati berharap semoga Agnes bisa memahami ucapannya bukan hanya sebatas lewat pendengaran saja.
Gatra lebih memilih mengusir gadis itu daripada mereka berdeketan, tetapi tensi darah Gatra serasa naik dan bahkan membuat kepalanya terasa seperti akan pecah. Selain itu, Gatra juga tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan. Bagaimanapun mereka berdua sudah sama-sama dewasa meskipun tingkah Agnes masih seperti anak kecil.
Mendengar perintah Gatra untuk pergi, Agnes pun berlari setengah meloncat sembari bersorak kegirangan. Gatra yang melihat itu segera memijat kening dan menunduk untuk menutupi tawanya. Setelah bayangan Agnes benar-benar lenyap dari pandangan, Gatra langsung mengembuskan napas lega.
"Huh! Untuk beberapa saat hati dan tensi darahku aman."
Gatra kembali mendudukkan tubuhnya di kursi dan menatap layar komputer. Dia masih akan memantau Agnes dari CCTV karena khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti tadi. Jangan sampai gadis itu membuat ulah dan akan merusak citra baik restoran miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
nurcahaya
itulah uniknya siagnes tra
2022-11-15
0