Agnes tidak takut meskipun wanita itu sudah menatap marah ke arahnya. Tatapan Agnes justru sangat menantang. Tiara yang melihat hendak terjadi keributan itu pun segera mendekati mereka sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Bagiamanapun juga, Tiara ikut bertanggung jawab atas kedamaian restoran tersebut.
"Maaf, Nona. Ada masalah apa, ya?" tanya Tiara sopan. Menatap Agnes dan wanita tadi secara bergantian.
"Tanyakan saja pada temanmu ini!" Telunjuk wanita itu mengarah tepat di depan wajah Agnes. Namun, dengan segera Agnes menyingkirkannya. Menunjukkan raut kesal.
"Kenapa, Nes?" Tiara menatap Agnes penuh selidik.
"Lihatlah, aku sedang membersihkan meja ini dan belum selesai. Dia datang dengan santainya lalu duduk di sini. Apa itu tidak mengesalkan?" Agnes mengadu dengan berapi-api. Berharap akan mendapat pembelaan. Namun, yang ada dirinya mendapat pelototan dari Tiara.
"Sepertinya kalian tahu kalau pembeli adalah raja." Wanita itu berbicara sinis karena kesal kepada Agnes. Tangannya sudah bersidekap dengan ekor mata yang melirik tajam.
"Ya, kalau pembeli itu cowok, kalau cewek bukan raja, tapi ratu. Apakah kamu tidak tahu kalau raja itu cowok?" Agnes menimpali santai. Tiara yang mendengar itu pun antara kesal dan ingin tertawa. Sungguh unik tingkah Agnes tersebut meskipun sedikit menjengkelkan.
"Atau jangan-jangan kamu cowok yang berpenampilan cewek?" tukas Agnes. Ucapan itu mampu membuat wanita tadi meradang dan hampir saja menampar Agnes.
"Ada apa ini?" Suara Gatra dari arah belakang membuat mereka bertiga terdiam begitu saja. Wanita tadi pun mengurungkan niatnya untuk menampar Agnes. Gatra pun mendekat lalu menatap mereka satu persatu. Tiara tampak menunduk takut, sedangkan Agnes dan wanita tadi saling melayangkan tatapan tajam. Seolah ada kibaran bendera perang di antara mereka.
"Kamu pemilik restoran ini?" tanya wanita itu. Tangannya bersedekap dan bergaya angkuh. Membuat Agnes makin muak rasanya.
"Ya, apa ada masalah, Nona?" tanya Gatra lembut. Agnes yang mendengar itu pun berpura-pura mual dan langsung cengengesan saat Gatra mendelik ke arahnya.
"Katakan pada karyawanmu, perlakukanlah pelanggan dengan baik atau kamu akan kehilangan para pelangganmu itu." Wanita itu menyindir Agnes. Namun, Agnes bukannya tersindir justru menggaruk keningnya yang tidak gatal. Sama sekali tidak terpengaruh pada ucapan wanita itu.
"Baik, maafkan kelalaian karyawan saya, Nona. Kalau begitu lebih baik Anda duduk di tempat yang sudah bersih." Gatra berusaha tersenyum meskipun dalam hatinya sedang menahan kekesalan. Gatra memberi kode pada Agnes untuk mengajak wanita itu ke meja yang sudah bersih. Namun, Agnes yang tidak paham justru bertanya balik hingga dengkusan kasar terdengar keluar dari embusan napas Gatra.
"Tiara, kamu atasi masalah ini," suruh Gatra. Tiara mengangguk mengiyakan. "Kamu ikut denganku sekarang." Gatra menarik tangan Agnes dan berjalan tergesa menuju ke ruangannya.
"Lepaskan aku! Aku mau bekerja!" Agnes meronta dan berusaha melepaskan cekalan Gatra dari pergelangan tangannya.
Gatra tidak peduli pada teriakan Agnes tersebut. Tetap menarik gadis itu dan saat sudah masuk ke ruangan, Gatra langsung menutup pintunya rapat-rapat.
"Duduk!" perintah Gatra, tetapi Agnes justru bergeming di tempatnya. "Kamu tidak dengar aku menyuruhmu untuk duduk?" Pertanyaan Gatra penuh dengan penekanan.
Agnes melepaskan tangan Gatra yang masih memegangnya secara kasar lalu menghempaskan pantatnya di atas kursi. Namun, Agnes meringis setelahnya dan mengusap pantat secara cepat.
"Kenapa kursi ini keras sekali."
"Jangan kebanyakan protes. Aku sedang ingin marah padamu." Gatra duduk di depan gadis itu. Memajukan wajahnya dan menatap Agnes secara tajam. Agnes pun berusaha menghindar, tetapi Gatra dengan cepat menahan di sisi kiri dan kanan.
"Ja-jangan dekat-dekat. Aku takut." Agnes berusaha mendorong tubuh Gatra agar menyingkir. Gatra pun duduk seperti semula karena merasa jantungnya mulai berdebar kencang saat tatapan matanya bertemu dengan kedua mata bening milik Agnes.
"Apa niatmu di sini?" tanya Gatra. Menyandarkan tubuhnya sambil memijat pelipis. Dia harus mulai sedia obat sakit kepala sejak saat ini.
"Bekerjalah, memang apalagi?" Agnes menjawab ketus. Kedua tangan gadis itu bersedekap seperti anak kecil.
"Lalu, kenapa kamu bersikap galak seperti tadi? Seorang karyawan yang notabene adalah pelayan, tidak seharusnya bersikap ketus seperti tadi. Layani pelanggan dengan baik. Dia memberi uang pada kita, itu artinya kita harus memberi pelayanan yang terbaik pada mereka," kata Gatra panjang lebar.
"Tapi dia tidak memberiku uang, jadi aku tidak mau melayaninya." Agnes memalingkan wajah. Bibirnya yang mengerucut membuat Gatra ingin sekali mencium eh salah, mencubitnya karena gemas.
"Lalu kamu pikir dia memberi uang pada siapa?" Suara Gatra sedikit meninggi daripada tadi.
"Kasir lah. Setelah kasir baru dikasihkan ke kamu, dan karena kamu yang memberiku uang maka aku akan melayani kamu bukan melayani mereka. Bukankah begitu?" Agnes menaik-turunkan alisnya merasa percaya diri dengan ucapannya sendiri. Menurut Agnes itu adalah pemikiran yang cemerlang.
Ya Tuhan. Cobaan macam apa ini? Apakah gadis ini bodoh atau tolol? Benar-benar seperti anak kecil.
Demi apa pun, Gatra ingin sekali membanting Agnes di ranjang lalu ... teruskan saja sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
nurcahaya
dibanting diranjang buat anu Ani ane
2022-11-14
0
Surtinah Tina
sabar ya Gatra....
2022-11-14
2
Cornelia Pujiastuti
Ikut gregeten jg sm agnes,,sabar ya Gatra ,, dia mosih kecil msih perlu bimbingan
2022-11-14
1