SMB 02

Tidak ada hal yang paling membosankan bagi Gatra selain duduk menunggu sambil melihat Agnes memakan sarapannya sangat lahap. Tanpa merasa malu ataupun sedikit jaim, Agnes terus melahap nasi di piring. Gadis itu seperti orang kelaparan yang sudah satu minggu tidak makan.

Sangat rakus.

"Apa lihat-lihat?" tanya Agnes setengah membentak, mengejutkan Gatra yang sedang sibuk melamun.

"Si-siapa yang lihatin kamu?" Gatra balik bertanya. Suaranya terdengar begitu gugup bahkan sama sekali tidak berani bertatapan dengan Agnes.

"Kamulah. Memangnya siapa lagi? Hanya kamu yang ada—"

Hanya dia ... dia! Dia! Dia! Hanya dia!

Ucapan Agnes terjeda saat mendengar lagu dari radio yang diputar oleh pemilik warung itu. Seolah menyela ucapannya. Agnes mendes*h kasar, sedangkan Gatra tersenyum samar. Melihat ada gurat kekesalan di wajah Agnes membuat Gatra merasa puas dan senang

"Lebih baik sekarang kamu habiskan makanan itu. Jangan sampai kamu terlambat di hari pertama kerja atau aku akan memotong gajimu," suruh Gatra setengah mengancam.

"Jahat sekali kamu sebagai bos. Aku saja belum pernah merasakan gajian, tapi kamu sudah mau main potong. Kalau begitu aku pun akan melakukan hal yang sama." Bibir Agnes menggelembung karena dia baru saja memasukkan sesendok penuh nasi ke dalam mulut. Bahkan, bicaranya pun tidak terlalu jelas, tetapi Gatra masih bisa memahami itu.

"Apa maksudnya?" Gatra menatap Agnes dengan heran. Tidak paham maksud dari ucapan gadis itu.

"Kalau sampai kamu terlambat maka aku akan memecat kamu sebagai seorang bos," celetuk Agnes, tergelak keras bahkan hampir tersedak, sedangkan Gatra membulatkan penuh kedua bola matanya. Menatap heran ke arah Agnes dengan tatapan tidak percaya. Meskipun pada akhirnya Gatra tersenyum samar.

"Memangnya kamu bisa memecatku?" tanya Gatra setengah meledek. Seringai tipis tampak jelas dari sebelah sudut bibir lelaki itu.

"Bisalah." Agnes menepuk dada untuk menyombongkan diri.

"Bagaimana caranya?"

"Kita menikah dan aku bisa mengaturmu."

Uhuk uhuk!

Gatra terbatuk karena tersedak ludahnya sendiri saat mendengar jawaban Agnes. Sebuah jawaban yang tidak pernah Gatra duga sebelumnya. Sementara Agnes, hanya bersikap biasa saja. Tetap lahap memakan nasinya seolah dirinya tidak melakukan kesalahan apa pun. Padahal Agnes hampir saja membuat Gatra mati terkejut.

"Kamu yakin dengan ucapanmu? Kalau begitu kita akan segera menikah."

"Argh! Uhuk uhuk!"

Kali ini, Agnes yang bergantian tersedak. Gatra yang merasa panik pun segera menyerahkan segelas air putih dan langsung diminum oleh gadis itu. Gatra merasa sangat cemas apalagi saat melihat raut wajah Agnes yang sudah memerah.

"Kamu baik-baik saja?" Tatapan Gatra menyiratkan sebuah kekhawatiran. Agnes melambaikan tangan dan memberi kode kalau dirinya baik-baik saja. "Berhati-hatilah saat makan."

"Ini semua karena kamu."

"Heh! Kenapa kamu menyalahkanku? Kamu yang memulainya." Gatra tidak ingin disalahkan.

Agnes tidak menjawab lagi. Dia beranjak bangun dan pergi begitu saja tanpa berbicara sepatah kata pun. Gatra pun hanya menggeleng. Membayar makanan tersebut lalu menyusul Agnes yang saat ini sudah duduk di dalam mobil.

***

Setibanya di restoran, Agnes langsung mulai bekerja, sedangkan Gatra masuk ke ruangan miliknya. Menitipkan Agnes pada karyawan lain dan meminta mereka untuk mengajarinya. Agnes tidak tahu kalau Gatra diam-diam mengamati dirinya dari CCTV.

"Hai, Kak. Maukah kamu mengajariku?" tanya Agnes pada seorang karyawan wanita bernama Tiara.

"Kamu karyawan baru di sini, ya? Baiklah." Tiara tersenyum, Agnes pun membalas senyuman itu tak kalah manis.

"Jadi, apa yang harus aku lakukan pertama kali?" tanya Agnes lagi. Tiara memberi sebuah kain lap meja lalu menyerahkan kepada Agnes.

"Kamu bisa memulai dengan membersihkan meja. Itu hal paling mudah," kata Tiara.

Agnes pun mengangguk mengiyakan. Lalu mengambil kain lap tersebut dan bergegas pergi menuju ke meja yang belum ada pengunjungnya. Agnes memulai dari meja paling dekat dengan pintu. Entah benar atau salah, Agnes mengelap meja tersebut secara asal sembari berdendang.

Namun, gerakan Agnes terhenti saat ada seorang wanita berpakaian cukup dewasa, baju pendek dengan belahan dada sedikit terbuka dan tok yang jauh di atas lutut. Wanita itu masuk dan langsung duduk di meja yang bahkan Agnes belum selesai membersihkannya. Agnes yang merasa kesal pun langsung meletakkan kain lap itu secara kasar.

"Apakah kamu tidak lihat kalau meja ini sedang kubersihkan!" kata Agnes setengah berteriak. Bahkan, gadis itu sudah berkacak pinggang sambil melotot ke arah wanita itu.

Terpopuler

Comments

nurcahaya

nurcahaya

siagnes kalau dah mode galak nyeremin beda lgi kalau lgi mode manja bak anak kecil

2022-11-14

0

Cornelia Pujiastuti

Cornelia Pujiastuti

Wah ,,agnes ojo galak2 to ,,nt lari para pelanggan ,,tp aku suka gayamu🤣🤣🤣

2022-11-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!