Death Of Love : Sweet But Killer
Malam itu hujan deras mengguyur seluruh penjuru kota. Suara guntur bergemuruh menggelegar disertai kilat yang tampak ganas ingin menyambar. Saat ini terlihat dari pantulan jendela, ada seorang wanita dengan tatapan yang dingin tengah memandangi hujan dari balik jendela.
Raut wajah dari wanita itu Sangatlah gelap, bahkan saat petir saling menyambar dan membuat cahaya. Cahaya itu dengan cepat menerangi wajah gelap wanita itu hingga membuatnya lebih mengerikan.
Ditambah lagi, suara derasnya hujan di sandingi oleh suara wanita yang tengah menangis. Apakah wanita yang tengah memandang hujan tersebut tengah menangis? Tentu saja tidak. Terlihat dari kilatan-kilatan petir yang saling menyambar membuat ruangan tersebut sedikit bercahaya.
Di pojok bagian ruangan yang cukup gelap, terdapat seorang wanita tengah meringkuk ketakutan disana. Wajahnya tampak pucat dan memandang wanita di depan jendela tersebut dengan tatapan tajamnya. Tubuh wanita itu sampai gemetar hebat. Air mata juga mulai menetes dari mata wanita itu. Serta mulut yang terbungkam oleh lilitan kain yang membuat wanita itu tidak dapat membuka mulutnya.
Wanita yang berada didekat jendela tiba-tiba membalikkan tubuhnya hingga menghadap kearah wanita yang berada di pojok ruangan tersebut. Seketika saat melihat tampilan buruk dari wanita itu membuat dirinya mengukirkan senyuman diwajahnya.
Kakinya juga perlahan melangkah maju mendekati wanita itu. Hal itu tentu saja membuat wanita yang berada di pojok ruangan merasa ketakutan. Hingga dengan cepat, ia menyeret tubuhnya untuk menjauh dari wanita tadi. Sungguh sangat kesulitan wanita itu menyeret tubuhnya dengan tangan yang sudah berlumuran darah.
“Aaakhhh!!”
Wanita itu menjerit dengan kerasa saat merasakan kakinya tengah ditarik kencang oleh wanita dibelakang. “Lepaskan aku!! Tolong ampuni aku..” Wanita itu memohon dengan air mata yang mengalir deras dipipinya.
Tubuhnya terasa sangat sakit karna wanita dibelakangnya terus menyeretnya dengan kasar. Keluar dari ruangan itu hingga menuruni tangga, wanita itu terus diseret tanpa ampun. “Lepaskan aku!! Tolong...ini benar-benar sakit!!”
Mendengar jeritan tersebut, wanita yang tengah menyeret wanita itu hanya melirik sekilas tanpa menghentikan tindakannya. Wanita itu terus berjalan menuruni beberapa anak tangga hingga anak tangga yang terakhir. Saat dirasa sudah cukup, manik mata tajam wanita itu melirik kearah wanita yang tengah berada di lantai tergeletak dengan tubuh lemahnya.
“Sudah cukup! Aku mohon hentikan ini... Evelyne!”
Lagi-lagi wanita yang tergeletak dilantai memohon dengan sisa tenaganya. Ia merasa bahwa tubuhnya benar-benar akan hancur jika wanita itu terus menyeretnya tanpa ampun.
“Cukup? Kau baru kuseret dari lantai 5 hingga 1, kau bilang sudah cukup?” wanita itu berkata dengan suara dinginnya. “Evelyne, tolong maafkan aku! Aku tahu, aku salah. Tapi, tolong jangan berbuat seperti ini padaku!” wanita itu terus memohon dengan tangisannya.
Namun saat itu, wanita yang tengah berdiri dengan raut wajah dinginnya membuat wanita yang berada dibawahnya semakin mencemaskan keadaannya sendiri. Karna insting mengatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi.
“Evelyne...evelyne, tolong dengarkan Tante!...tolong maafkan Tante, Evelyne. Tante tahu, Tante salah. Tante tahu, Tante sudah kelewatan. Tapi...tapi kami tidak boleh seperti ini dengan tante mu Evelyne!”
Wanita itu hanya terdiam tanpa merespon sedikitpun perkataan mohon dari wanita yang ada dibawahnya. Hanya sebuah respon kecil saja yang membuatnya, hingga kembali terdengar suara jeritan kencang dari wanita itu. Wanita itu melihat dari bawah posisi salah sakit kakinya terangkat mulai mengalirkan sebuah darah segar.
Darah itu terus mengalir keluar, membuat wanita yang berada dibawah merasa ketakutan dan dengan cepat memberontak dari cengkeraman tangan wanita yang bernama Evelyne.
“Evelyne, apa yang kau lakukan?!! Lepaskan aku, Evelyne...”
Berusaha sekuat tenaga untuk mendorong kakinya dari cengkeraman wanita itu. Namun sangat disayangkan, bahwa usaha dari wanita itu hanyalah sia-sia. Karna semakin ia memberontak, maka cengkraman kuku di tangan wanita itu akan semakin dalam di pergelangan kakinya.
“Aakkhhh!!!”
Kakinya terasa sangat sakit dan perih. Kuku-kuku tajam itu terus menancap masuk kedalam pergelangan kakinya hingga darah segar kembali mengalir dengan deras. Wanita yang berada dibawah mencoba melepaskan kakinya dari cengkeraman tersebut.
Berusaha sekuat tenaga untuk menggoyang kakinya agar terlepas dari sana, namun siapa sangka bahwa sesuatu hal yang lebih mengerikan terjadi pada dirinya disaat yang bersamaan.
“Aaahhhhhkkkkk!!!”
Darah segar yang awalnya mengalir sedikit, kini mengalir keluar dengan sangat deras. Membanjiri lantai ruangan itu dengan penuh darah. Wanita itu ketakutan, panik dan terkejut setengah mati saat melihat kakinya terpotong dari sebagaian tulang keringnya.
“T-tidak! Tidak, tidak mungkin!!”
Wanita itu mencoba meraih sebagian kakinya yang masih terhubung di tubuhnya. Tangannya terlihat gemetar, dan bahkan ia sudah tidak bisa membayangkannya lagi. Mencoba mengangkat kepalanya, menatap wanita yang tengah berdiri didepannya.
Punggung itu memang tegak, namun hanya sekali lihat saja, wanita yang berada dibawah sudah bisa merasakan aura yang gelap dan mengerikan dari tubuh wanita itu. “Bagaimana bisa kau tega melakukan ini pada tantemu sendiri, Evelyn?” tanya wanita itu dengan tangisannya.
“Tega? Bahkan ini baru permulaan lho”
Evelyne menolehkan kepalanya kebelakang, menatap wanita yang berada di bawah dengan tatapan yang merendah.
Setelah menatap cukup lama, Evelyne kembali mengambil salah satu kaki wanita itu yang masih lengkap. Menyeretnya keluar dari rumah hingga keduanya dibasahi oleh hujan yang deras. Wanita yang kakinya terpotong itu pun kembali menjerit kesakitan pada kakinya.
“Evelyne...tidak, tidak disini!! Tolong bawa aku kembali masuk kedalam rumah!!....i-ini, i-ni sangat menyakitkan..”
Wanita itu meraih tangan Evelyne dengan gemetar. Dirinya berharap kali ini, Evelyne akan menuruti perkataannya. Tapi siapa yang sangka, bahwa wanita itu hanya menolehkan kepalanya sambil tersenyum jahat. “Berharap aku akan mendengarkan semua perkataanmu?”
Evelyne tertawa di sela-sela hujan yang deras. Tawa itu sangat kencang dan mengerikan. Bahkan mendengar tawanya saja, bisa membuat sekujur tubuh wanita itu menjadi lemas. “Evelyne, aku mohon padamu. Tolong bawa aku masuk, ini benar-benar sangat sakit!” mohon wanita itu sekali lagi.
Ia benar-benar tidak peduli lagi dengan penampilannya yang sudah buruk, dan bahkan orang sekalipun tidak akan pernah mengenalinya. “Aku juga akan melakukan apapun yang kau mau, jika terakhir kali ini saja kau mendengarkan ku” wanita itu terus meminta Evelyne agar menyakinkan perkataannya.
“Kau yakin?” Evelyne mengangkat salah satu alisnya dengan tertarik.
Wanita itu mengangguk mantap, dan berharap Evelyne akan membawanya masuk kedalam rumah. “Baik, kalau itu mau mu!” setelah selesai perkataan itu, Evelyne tanpa aba-aba sekalipun langsung kembali menyeret wanita itu masuk kedalam rumah.
Tidak peduli seberapa banyak benturan keras yang didapat oleh wanita dibawahnya, Evelyne hanya terdiam sembari berjalan menaiki tangga dengan posisi yang sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-05-16
0
IndraAsya
👣👣👣 jejak 💪💪💪😘😘😘
2023-04-02
1
Fahmi Fahmi
nyimak dulu
2023-03-02
0