Dessy yang mendengar pengakuan Evelyne pun tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. “Astaga nyonya, ini memang kamarmu dan kamar tuan.” Evelyne tertegun “Apa?! Kami satu kamar?!!” Tanya Evelyne dengan nada yang keras. Sementara pintu kebelakangnya mulai terbuka dari dalam. Menunjukkan seorang lelaki dengan style pakaian yang berwarna hitam, Evelyne yang melihat lelaki itu keluar pun langsung berlari kebelakang Dessy layaknya anak kecil yang ketakutan.
“Nyonya kenapa kau bersembunyi?” Bisik Dessy dengan memiringkan kepalanya. Melihat Evelyne terus bersembunyi dibalik tubuhnya yang lemah, membuat William yang baru saja keluar dari kamar kembali mengerutkan keningnya. “Selamat siang tuan besar, apakah anda ingin berangkat bekerja?” sapa Dessy dengan wajah ramahnya.
“hn..” jawab sekilas william sambil mengangguk.
Willian yang tidak memiliki banyak urusan dengan kedua wanita itu pun langsung berjalan pergi meninggalkan keduanya disana, sedangkan Evelyne yang melihat lelaki itu telah pergi pun segera berlari masuk kedalam kamar seperti anak kecil. “Nyonya jangan berlari-lari, lukamu masih belum sembuh!!” tegur Dessy yang ikut masuk kedalam kamar lalu menutup pintu kamar.
Melihat Evelyne sudah berada di atas ranjang dengan posisi duduk, Dessy hanya terdiam sembari meletakkan nampannya diatas meja kecil tepat disamping ranjang. “Makanlah dulu nyonya, mumpung masih hangat!” Dessy memberikan semangkuk bubur hangat itu kepada Evelyne. “Terimakasih Des” ucap Evelyne dengan senyuman diwajahnya sambil menerima mangkuk tersebut.
“Tidak perlu berterimakasih! Ini sudah menjadi tugasku untuk melayani nyonya”
Dessy duduk di lantai dengan memegang gelas kaca yang berisi air hangat. “Lho kenapa duduk dibawah?” Evelyne melihat Dessy tengah asik menaburkan obat didalam air putih hangatnya “Diatas aja des, dibawah itu kotor!” Evelyne meletakkan mangkuk tadi diatas meja lalu menarik tangan Dessy agar duduk diatas ranjang bersamanya.
Dessy yang merasa tidak pantas pun menolak halus ajakan baik Evelyne, “Tidak perlu nyonya. Saya ini hanya pelayan, jadi tidak masalah jika lantai ini kotor atau tidak” Evelyne menggeleng dan trus bersikeras untuk menarik Dessy naik keatas ranjang. “Tidak!! Ayo duduk bersamaku disini.”
“Nyonya..”
Dessy sedikit kewalahan saat Evelyne terus menarik tangannya, sementara dirinya menahan tubuhnya agar tidak tertarik oleh wanita itu. Tak lama tarik-menarik namun tidak memberikan hasil, Evelyne pun turun dari ranjang dan ikut duduk dilantai bersama Dessy.
Dessy yang melihat itu pun terkejut dan segeralah ia meletakkan gelas yang awalnya berada ditangannya kini telah berada di atas meja. “Nyonya, apa yang kau lakukan? Kenapa kau malah duduk disini? Ayo bangun, dan duduklah diatas ranjang!” pekik Dessy sembari melihat Evelyne kembali asik makan dengan mangkuk yang ada ditangannya.
“Hum...kau saja duduk dibawah, kenapa aku tidak?” tanya Evelyne dengan raut wajah yang kebingungan namun Dimata Dessy itu sangat menggemaskan. “Tidak nyonya, kau tidak pantas berada dilantai. Kau ini nyonya besar dikediaman Maxime” Dessy kembali merayu Evelyne agar mau berbangun dari duduknya itu.
“Nyonya besar atau tidak, memangnya kenapa? Bukankah semua orang boleh saja ya duduk di lantai? Tidak peduli posisinya setinggi apa, jika tidak memiliki kursi atau tempat untuk duduk, pasti dia akan duduk dilantai kan?” kata Evelyne sambil menatap Dessy dengan tatapan tanpa dosa.
Dessy terdiam, “Tapi kan..”
Ia sudah tidak berani lagi untuk memaksa Evelyne untuk bangun, jadi ia harus kembali duduk dilantai sambil memperhatikan wanita itu tengah fokus dengan makanannya. Selang beberapa menit, Evelyne pun menyelesaikan makanannya, setelah itu ia minum obat lalu tidur. Sementara Dessy masih membereskan mangkuk dan gelas yang baru saja digunakan oleh Evelyne.
Saat merapihkannya diatas meja, manik mata Dessy sekilas melirik kearah Evelyne yang tengah tertidur diranjang besar itu. Wajahnya sangat damai, dan bahkan itu memperlihatkannya seperti wanita yang dewasa. Melihat itu Dessy seketika tersenyum, namun senyuman itu tidak berlangsung lama. Karna raut wajahnya juga seketika berubah menjadi dingin.
Dessy berjalan keluar dari kamar sembari membawa nampan ditangannya, menutup pintu lalu pergi menuruni tangga.
Beberapa jam kemudian Evelyne pun terbangun dari tidurnya, ia seperti orang linglung yang tidak tahu dimana ia sekarang. Bahkan yang ia rasakan saja, Evelyne tidak dapat merasakan. “Mimpi apa tadi?” Tanya Evelyne pada dirinya sendiri sembari memegang kepalanya yang terasa sangat sakit.
Didalam mimpi Evelyne!
Evelyne membuka matanya, melihat sekeliling tampak sangat gelap. Bahkan tidak ada cahaya sedikitpun yang menerangi tempat itu. “Tempat apa ini?” Evelyne melihat sekeliling, mencoba mencari celah, namun sayangnya tidak ada sedikit celah yang menumbuhkan sedikit harapan pada hatinya.
Buukkk!!!
Suara kayu yang tengah memukul seseorang terdengar ditelinga Evelyne, awalnya ia tidak sadar tetapi lama kelamaan suara itu semakin keras dan kencang hingga membuatnya dengan sontak menolehkan kepalanya kearah lain. Dan benar saja, ia melihat seorang wanita yang berlumuran darah tengah tergeletak, dan disana juga ada seorang lelaki berjaket hitam sedang memegang kayu yang sudah berlumuran darah itu.
Evelyne yang melihat itu pun terkejut, seketika tubuhnya menjadi gemetar dan hati pikiran menjadi berantakan. Evelyne ingin memalingkan pandangannya agar tidak terus melihat itu, tapi sayangnya manik mata yang berwarna merah darah ini terus menatap wanita itu dengan lekat. “T-Tidak!!” Evelyne menggelengkan kepalanya, lalu dengan paksa memalingkan wajahnya kesamping serta mata yang terpejam.
“Cukup!! Jangan ingatkan aku lagi!!”
Sudah tidak mendengar suara pukulan lagi, Evelyne kembali membuka matanya. Menolehkan kepalanya kearah sebelumnya. Dan benar saja, wanita dan lelaki itu sudah menghilang entah kemana. Namun hal yang baru pun muncul disisi yang berbeda.
Terlihat disisi lain, ada 2 gadis yang sedang ditarik paksa oleh seorang lelaki mabuk. Salah satu dari 2 gadis itu menangis dan satunya hanya tersenyum lalu menghempaskan tarikan lelaki itu dengan kasar. Wanita itu berkata dengan senyuman pasrah diwajahnya, sementara wanita satunya hanya bersembunyi dibelakang dengan menangis yang tersedu-sedu.
Wanita itu tersenyum pada wanita yang dibelakangnya, lalu pergi meninggalkannya bersama lelaki itu. Awalnya wanita yang menangis tadi menahan wanita itu untuk pergi, tetapi wanita itu dengan wajah baik-baik sajanya pun terus menenangkan wanita menangis itu.
Disana Evelyne benar-benar melihat wanita yang tersenyum tadi tengah dilecehkan oleh lelaki mabuk di sebuah ruangan yang gelap. Rasa benci, marah dan kecewa pun menusuk hati Evelyne. Tanpa sadar raut wajah Evelyne sudah berubah menjadi suram, serta tangan yang terus mengepal dengan kuat.
Evelyne berlari ke arah wanita dan lelaki itu, ia sangat ingin sekali memukul keras lelaki itu hingga mati. Tetapi sayangnya, saat Evelyne hampir mendekati mereka, semuanya pun lenyap. Hanya menyisakan dirinya diruangan gelap itu.
“Sialan!!” dercak kesal Evelyne dengan emosi yang Sudah menguasai dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
azka aldric Pratama
di kehidupan sblmnya sadis,di kehidupan skrng ko penakut🤔🤔🤔🤔
2023-02-12
3