NovelToon NovelToon

Death Of Love : Sweet But Killer

Chapter 1 : Malam yang menegangkan

Malam itu hujan deras mengguyur seluruh penjuru kota. Suara guntur bergemuruh menggelegar disertai kilat yang tampak ganas ingin menyambar. Saat ini terlihat dari pantulan jendela, ada seorang wanita dengan tatapan yang dingin tengah memandangi hujan dari balik jendela.

Raut wajah dari wanita itu Sangatlah gelap, bahkan saat petir saling menyambar dan membuat cahaya. Cahaya itu dengan cepat menerangi wajah gelap wanita itu hingga membuatnya lebih mengerikan.

Ditambah lagi, suara derasnya hujan di sandingi oleh suara wanita yang tengah menangis. Apakah wanita yang tengah memandang hujan tersebut tengah menangis? Tentu saja tidak. Terlihat dari kilatan-kilatan petir yang saling menyambar membuat ruangan tersebut sedikit bercahaya.

Di pojok bagian ruangan yang cukup gelap, terdapat seorang wanita tengah meringkuk ketakutan disana. Wajahnya tampak pucat dan memandang wanita di depan jendela tersebut dengan tatapan tajamnya. Tubuh wanita itu sampai gemetar hebat. Air mata juga mulai menetes dari mata wanita itu. Serta mulut yang terbungkam oleh lilitan kain yang membuat wanita itu tidak dapat membuka mulutnya.

Wanita yang berada didekat jendela tiba-tiba membalikkan tubuhnya hingga menghadap kearah wanita yang berada di pojok ruangan tersebut. Seketika saat melihat tampilan buruk dari wanita itu membuat dirinya mengukirkan senyuman diwajahnya.

Kakinya juga perlahan melangkah maju mendekati wanita itu. Hal itu tentu saja membuat wanita yang berada di pojok ruangan merasa ketakutan. Hingga dengan cepat, ia menyeret tubuhnya untuk menjauh dari wanita tadi. Sungguh sangat kesulitan wanita itu menyeret tubuhnya dengan tangan yang sudah berlumuran darah.

“Aaakhhh!!”

Wanita itu menjerit dengan kerasa saat merasakan kakinya tengah ditarik kencang oleh wanita dibelakang. “Lepaskan aku!! Tolong ampuni aku..” Wanita itu memohon dengan air mata yang mengalir deras dipipinya.

Tubuhnya terasa sangat sakit karna wanita dibelakangnya terus menyeretnya dengan kasar. Keluar dari ruangan itu hingga menuruni tangga, wanita itu terus diseret tanpa ampun. “Lepaskan aku!! Tolong...ini benar-benar sakit!!”

Mendengar jeritan tersebut, wanita yang tengah menyeret wanita itu hanya melirik sekilas tanpa menghentikan tindakannya. Wanita itu terus berjalan menuruni beberapa anak tangga hingga anak tangga yang terakhir. Saat dirasa sudah cukup, manik mata tajam wanita itu melirik kearah wanita yang tengah berada di lantai tergeletak dengan tubuh lemahnya.

“Sudah cukup! Aku mohon hentikan ini... Evelyne!”

Lagi-lagi wanita yang tergeletak dilantai memohon dengan sisa tenaganya. Ia merasa bahwa tubuhnya benar-benar akan hancur jika wanita itu terus menyeretnya tanpa ampun.

“Cukup? Kau baru kuseret dari lantai 5 hingga 1, kau bilang sudah cukup?” wanita itu berkata dengan suara dinginnya. “Evelyne, tolong maafkan aku! Aku tahu, aku salah. Tapi, tolong jangan berbuat seperti ini padaku!” wanita itu terus memohon dengan tangisannya.

Namun saat itu, wanita yang tengah berdiri dengan raut wajah dinginnya membuat wanita yang berada dibawahnya semakin mencemaskan keadaannya sendiri. Karna insting mengatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi.

“Evelyne...evelyne, tolong dengarkan Tante!...tolong maafkan Tante, Evelyne. Tante tahu, Tante salah. Tante tahu, Tante sudah kelewatan. Tapi...tapi kami tidak boleh seperti ini dengan tante mu Evelyne!”

Wanita itu hanya terdiam tanpa merespon sedikitpun perkataan mohon dari wanita yang ada dibawahnya. Hanya sebuah respon kecil saja yang membuatnya, hingga kembali terdengar suara jeritan kencang dari wanita itu. Wanita itu melihat dari bawah posisi salah sakit kakinya terangkat mulai mengalirkan sebuah darah segar.

Darah itu terus mengalir keluar, membuat wanita yang berada dibawah merasa ketakutan dan dengan cepat memberontak dari cengkeraman tangan wanita yang bernama Evelyne.

“Evelyne, apa yang kau lakukan?!! Lepaskan aku, Evelyne...”

Berusaha sekuat tenaga untuk mendorong kakinya dari cengkeraman wanita itu. Namun sangat disayangkan, bahwa usaha dari wanita itu hanyalah sia-sia. Karna semakin ia memberontak, maka cengkraman kuku di tangan wanita itu akan semakin dalam di pergelangan kakinya.

“Aakkhhh!!!”

Kakinya terasa sangat sakit dan perih. Kuku-kuku tajam itu terus menancap masuk kedalam pergelangan kakinya hingga darah segar kembali mengalir dengan deras. Wanita yang berada dibawah mencoba melepaskan kakinya dari cengkeraman tersebut.

Berusaha sekuat tenaga untuk menggoyang kakinya agar terlepas dari sana, namun siapa sangka bahwa sesuatu hal yang lebih mengerikan terjadi pada dirinya disaat yang bersamaan.

“Aaahhhhhkkkkk!!!”

Darah segar yang awalnya mengalir sedikit, kini mengalir keluar dengan sangat deras. Membanjiri lantai ruangan itu dengan penuh darah. Wanita itu ketakutan, panik dan terkejut setengah mati saat melihat kakinya terpotong dari sebagaian tulang keringnya.

“T-tidak! Tidak, tidak mungkin!!”

Wanita itu mencoba meraih sebagian kakinya yang masih terhubung di tubuhnya. Tangannya terlihat gemetar, dan bahkan ia sudah tidak bisa membayangkannya lagi. Mencoba mengangkat kepalanya, menatap wanita yang tengah berdiri didepannya.

Punggung itu memang tegak, namun hanya sekali lihat saja, wanita yang berada dibawah sudah bisa merasakan aura yang gelap dan mengerikan dari tubuh wanita itu. “Bagaimana bisa kau tega melakukan ini pada tantemu sendiri, Evelyn?” tanya wanita itu dengan tangisannya.

“Tega? Bahkan ini baru permulaan lho”

Evelyne menolehkan kepalanya kebelakang, menatap wanita yang berada di bawah dengan tatapan yang merendah.

Setelah menatap cukup lama, Evelyne kembali mengambil salah satu kaki wanita itu yang masih lengkap. Menyeretnya keluar dari rumah hingga keduanya dibasahi oleh hujan yang deras. Wanita yang kakinya terpotong itu pun kembali menjerit kesakitan pada kakinya.

“Evelyne...tidak, tidak disini!! Tolong bawa aku kembali masuk kedalam rumah!!....i-ini, i-ni sangat menyakitkan..”

Wanita itu meraih tangan Evelyne dengan gemetar. Dirinya berharap kali ini, Evelyne akan menuruti perkataannya. Tapi siapa yang sangka, bahwa wanita itu hanya menolehkan kepalanya sambil tersenyum jahat. “Berharap aku akan mendengarkan semua perkataanmu?”

Evelyne tertawa di sela-sela hujan yang deras. Tawa itu sangat kencang dan mengerikan. Bahkan mendengar tawanya saja, bisa membuat sekujur tubuh wanita itu menjadi lemas. “Evelyne, aku mohon padamu. Tolong bawa aku masuk, ini benar-benar sangat sakit!” mohon wanita itu sekali lagi.

Ia benar-benar tidak peduli lagi dengan penampilannya yang sudah buruk, dan bahkan orang sekalipun tidak akan pernah mengenalinya. “Aku juga akan melakukan apapun yang kau mau, jika terakhir kali ini saja kau mendengarkan ku” wanita itu terus meminta Evelyne agar menyakinkan perkataannya.

“Kau yakin?” Evelyne mengangkat salah satu alisnya dengan tertarik.

Wanita itu mengangguk mantap, dan berharap Evelyne akan membawanya masuk kedalam rumah. “Baik, kalau itu mau mu!” setelah selesai perkataan itu, Evelyne tanpa aba-aba sekalipun langsung kembali menyeret wanita itu masuk kedalam rumah.

Tidak peduli seberapa banyak benturan keras yang didapat oleh wanita dibawahnya, Evelyne hanya terdiam sembari berjalan menaiki tangga dengan posisi yang sama.

Chapter 2 : kematian setelah kepuasan hati

“Tidak!! Kau ingin membawaku kemana?!!”

Wanita itu melihat Evelyne terus menaiki tangan tanpa henti. Ia sudah sangat lelah, merasa punggungnya sudah mati rasa dan kepalanya juga terasa sangat sakit karna benturan pada pinggiran tangga. Wanita yang berada dibawah sangatlah pasrah saat Evelyne terus menyeretnya naik dari tangga ke tangga.

Setelah menaiki tangga cukup lama, Evelyne pun berhenti secara tiba-tiba tepat di lantai 10. Ia terdiam menatap kosong ke arah jendela besar didepannya. Jendela itu terbuka, menampakan air yang turun begitu deras dari atas serta petir yang masih saling menyambar membuat Evelyne kembali melirikkan matanya kearah wanita yang berada dibawah, kini setengah sadar ia membalas tatapan dinginnya.

“Aku mohon hentikan ini... Evelyne! Aku bisa mati, jika kau terus menyeretku seperti ini”

Mendengar hal itu, Evelyne tentu saja tidak meresponnya. Hanya terdiam dan menatap wanita itu dari atas. Memang dilihat dari penampilannya, wanita itu sudah Sangatlah kelelahan. Namun ia baru saja melakukan hal seperti itu dengannya hanya sebentar, kenapa sudah lelah? Apakah wanita ini selemah dari yang ia kira?

“Kita baru saja memulai permainannya, kenapa kau begitu terburu-buru untuk menghentikan ini?” Natasya melepaskan cengkraman tangan dari kaki wanita itu. Lalu menurunkan tubuh dan menyejajarkan posisi tinggi pada wanita itu.

Melihat manik mata berwarna merasa terang seperti darah dan wajah dingin yang mengerikan membuat wanita itu bergidik merinding. Tubuhnya juga secara spontan gemetar hingga membuat raut wajahnya menjadi jelek. “Sebenarnya siapa kau ini?” wanita itu bertanya dengan suara yang gemetaran.

“Aku Evelyne Hyung, putri besar dari keluarga yang kau hancurkan!...dan malam ini aku...dan kamu....akan memainkan sebuah permainan yang menyenangkan”

Evelyne berkata dengan nada yang datar dan disambung oleh cahaya kilatan petir yang ganas. “Tidak, tidak, tidak!! Aku mohon hentikan ini... Evelyne. Aku benar-benar sudah lelah, aku mohon Evelyne...hentikan ini” wanita itu mencoba meraih tangan Evelyne namun Evelyne sendiri yang menepisnya dengan kasar.

Evelyne beranjak bangun, menatap wanita itu dengan tatapan yang menjijikan. “Berani kau menyentuhku, maka aku akan membuatmu lebih menderita dari ini!”

Setelah menyelesaikan perkataannya, Evelyne kembali menarik wanita itu, yang awalnya menarik kakinya kini beralih ke kerah bajunya. Wanita itu sangat kaget dengan tindakan Evelyne tanpa aba-aba, ingin berontak dari cengkeraman tangannya, tapi ia sadar bahwa tangan dari Evelyne dekat sekali dengan lehernya.

Bisa saja, jika ia membuat Evelyne tidak suka maka ia akan terbunuh.

Evelyne pun menyeret wanita itu masuk kedalam ruangan yang jaraknya tidak jauh dari mereka. Ruangan itu sangat gelap, sunyi dan kotor. Wanita itu tidak tahu dimana ia sekarang.

Malam hari terus berjalan hingga tengah malam, suasana diluar juga masih dihujani dengan deras. Kilatan petir Dan geluduk juga masih terdengar ganas. Ditambah dengan suara tangisan serta jeritan dari bangunan tua. Suara itu sangat kencang hingga membuat malam benar-benar terasa mengerikan.

“Aakkhh!!...T-tolong hentikan i-in...aakkhh!!!”

Tangisan dan suara jeritan wanita itu terdengar di tengah malam yang semakin menjadi-jadi. Bagaimana tidak? Wanita itu sangat ketakutan saat Evelyne tengah mengikatnya dikursi, sementara Evelyne tengah terdiam memandang kedua tangan wanita itu diatas meja. Tubuhnya memang terikat, tetapi Evelyne membiarkan tangannya diatas meja, agar ia lebih mudah melakukan sesuatu yang ia suka.

“Kau tahu, dulu kau pernah melakukan hal seperti ini dengan ibuku. Mencabutnya hingga tak tersisah, dan kau juga bilang, bahwa jari tanpa kuku itu sangatlah indah.” Mendengar perkataan Evelyne membuat wanita itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Jadi biarkan aku melakukan hal yang sama, seperti yang kau lakukan pada ibuku”

Wanita itu memberontak, membuat banyak sekali pergerakan hingga memancing rasa ketidaksukaan Evelyne. “Kau ingin diam sendiri, tapi pisau ini yang membuatmu patuh?!!” Evelyne menunjukan sebuah pisau yang mengkilap tajam tepat didepan wajah wanita itu yang kini terlihat membeku ditempat.

Melihat wanita itu sudah tidak mengacaunya, Evelyne meletakkan kembali pisau tersebut diatas meja lalu beralih mengambil pliers yang ada di didalam kotak. Manik mata wanita itu mengecil saat melihat sebuah pliers yang tajam tengah berada di tangan Evelyne membuat dirinya membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi lagi padanya.

“Evelyne...apa yang kamu mau lakukan??...Tidak!!...aku mohon....jangan!!” wanita itu terus menatap Natasya dengan tatapan horornya. Ia takutan saat Evelyne mulai menahan tangannya, lalu tak lama dari itu, terasa sebuah benda keras tengah menjepit salah satu kuku di jarinya yang panjang. “Aku harap kau bisa menahannya, karna dulu ibuku juga menahannya”

“AAAKKKHHH!!!!!” jerit wanita itu saat merasakan sakit yang luar biasa dari jari tangannya. Saat dilihat, salah satu jarinya kini sudah tidak terdapat kuku yang indah disana, melainkan hanya segumpal darah merah yang membuat ketakutan didalam diri wanita itu semakin menjadi.

Gila, ini sangat gila. Wanita yang dulu ia kenal pendiam kini tengah bertindak sadis dan tidak berperasaan adanya.

Evelyne tersenyum saat melihat raut wajah wanita itu semakin ketakutan saat melihat kukunya terlepas utuh dari jari lentiknya. Wanita itu menangis, dan merasa bahwa dirinya sudah tidak bisa bertahan lagi, ingin sekali menutup matanya namun ia tidak ingin mati. Jadi hanya bisa membuka matanya dan terus melihat tindakan kejam yang dilakukan oleh Evelyne.

Selang beberapa menit, semua kuku dari jari-jari tangan wanita itu sudah terlepas tak tersisah. Wanita itu tidak bisa menggerakkan tubuhnya kembali, semua mati rasa. Berteriak atau menangis pun sudah tidak bisa. Rasa sakit itu terus membungkam wanita ini untuk mengeluarkan suaranya. ‘Wanita ini benar-benar seperti iblis!!’

Evelyne yang melihat wajah wanita itu tanpa tenaga, membuat hatinya terasa sedikit terhibur namun rasa terhibur dihatinya tidak bertahan lama. Hal itu membuat Evelyne ingin melakukan tindakan hukuman pada wanita ini selanjutnya. Namun saat Evelyne hendak berjalan menghampiri wanita itu lebih dekat, tiba-tiba rasa sakit, pergi terasa pada bagian pinggang belakang.

Seperti tertusuk benda tajam yang terus menekannya hingga dalam. Tepat saat Evelyne ingin menolehkan kepalanya kebelakang, suara serak seorang lelaki terdengar persis dibelakang telinganya. “Maafkan aku... Evelyne! Kau sudah mencapai batasan, sekarang waktunya mau berisitirahat dan lupakan semuanya!”

Evelyne tertegun mendengar suara yang tidak asing baginya. Bahkan manik matanya seketika mengecil saat matanya tertuju pada seorang lelaki yang berdiri tepat dibelakang. ‘Tidak mungkin!! Darimana ia datang?’ batin Evelyne sembari melihat sekeliling.

Aahh...pintu itu lupa ia kunci, pantas saja lelaki ini bisa masuk dan menusuknya pada sepengetahuannya. Sangat pintar! Tapi kenapa harus dia yang melakukannya? Apakah tidak ada orang lain yang mengkhianatinya selain dia? Apakah ia harus hidup dengan penuh penghianatan? Aah..rasanya tidak adil sekali!!

Evelyne yang merasa kesadarannya mulai memudar pun seketika tubuhnya terjatuh kelantai dengan darah yang mengalir keluar dari perutnya. Sebelum mata itu tertutup, Evelyne bisa melihat bahwa lelaki itu tengah membantu wanita yang berada dikursi dan membiarkannya ia mati tergeletak disana.

“Aku ingin membunuh semuanya! Semuanya hingga tak tersisah!”

Chapter 3 : kebangkitan yang membingungkan

Evelyne yang sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk bertahan pun memejamkan matanya seraya air mata yang menetes di pipi mulus Evelyne. Sungguh malam yang tidak diinginkan! Padahal dirinya hanya mati karna tertusuk, tapi kenapa rasa sakitnya seperti dihancurkan berkeping-keping.

“Aahh...andai saja waktu bisa diulang, aku sangat ingin mengubah takdir yang menyedihkan ini.”

Evelyne yang kini sudah tidak sadarkan diri ditempat kematian, perlahan ingatan dari wanita itu membuat sebuah pusaran angin yang membuat kepala Evelyne terasa sangat pusing. Tidak hanya itu, Evelyne juga merasa bahwa kepala terasa sangat sakit seperti tengah di lempar oleh batu yang sangat besar.

Rasa sakit itu berlangsung tidak begitu lama, namun bisa membuat Evelyne Terengah-engah saat menahan rasa sakit tersebut. ‘Ini memang sangat menyakitkan, tapi rasa sakit ini tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakit yang telah aku alami sebelumnya’ batin Evelyne saat ingin membuka matanya.

Berharap bisa melihat keluarganya lagi di alam yang berbeda, namun saat Evelyne membuka matanya, ada sebuah sinar yang terang membuat ia kembali memejamkan matanya. Apakah itu cahaya dari surga? Entahlah, ia tidak tahu. Evelyne mencoba kembali membuka matanya secara perlahan, dan benar saja. Cahaya itu kembali menyerang penglihatannya, tapi kali ini Evelyne tidak menutup matanya dan terus membukanya untuk melihat cahaya apa yang terus menerangi penglihatannya ini.

Tepat saat Evelyne sepenuhnya tersadar dan matanya juga terbuka, ia melihat sepasang Lampu di depan pandangannya. Jaraknya tidak jauh namun itu membuat Evelyne sedikit kebingungan. “Dimana ini?” gumam Evelyne sembari memiringkan kepalanya kesamping.

Mata Evelyne terbelalak terkejut saat melihat seorang lelaki tengah duduk di sofa dengan kaki yang saling bertumpu. Lelaki itu tampak berpakaian rapih seperti orang kantoran, namun wajah yang dimiliki oleh lelaki itu sangat dingin. Bahkan Evelyne dapat merasakan aura yang begitu mengerikan pada tubuh lelaki itu.

“Ohh...sudah bangun”

Lelaki itu menurunkan kaki yang bertumpu pada salah satu kakinya, serta mengangkat pandangannya kearah Evelyne yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit. Evelyne yang tidak mengenali siapa lelaki itu pun hanya terdiam sembari melihat lelaki itu dengan tatapan yang kebingungan. “K-kau...siapa?”

“Sudah membuat masalah, sekarang pura-pura lupa ingatan?” lelaki itu bertanya dengan nada yang meremehkan. Evelyne yang tidak mengerti maksud dari perkataan lelaki itu pun hanya mengerutkan keningnya, “Membuat masalah? Memang apa yang aku perbuat? Aku saja tidak mengenalmu!” lelaki itu beranjak dari duduknya, lalu berjalan menuju kearah Evelyne.

Setelah dekat dengan ranjang rumah RS, lelaki itu pun langsung mencengkram erat pinggang dari ranjang tersebut. Membuat ranjang itu sedikit mengeluarkan suara yang berdengit. Evelyne yang terkejut dengan itu pun hanya bisa tertegun ditempat dengan mata yang dibuat terpaku oleh mata hitam gelap dari lelaki itu.

Mata yang dingin dan tajam terus mengisyaratkan padanya, bahwa lelaki ini sangat membencinya. “Berhenti bermain-main, jika kau menyayangi nyawamu sendiri!” acam lelaki itu seraya melepaskan cengkeramannya pada pinggiran ranjang. Kemudian berjalan pergi keluar dari ruangan tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata selain mengancam.

Evelyne yang mendengar hal itu tentu saja tidak bisa tidak terbingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa lelaki itu? Kenapa ia berada disini? Dan kenapa mata itu tampak melihatnya seperti benda yang menjijikan?

Evelyne yang tengah terdiam di ranjang rumah RS tanpa melakukan pergerakan sedikitpun, melihat pintu ruangannya terbuka. Menunjukan seorang wanita tengah berjalan menghampirinya dengan membawa tas hitam yang besar. “Nyonya, anda sudah sadar?” tanya wanita itu saat berhenti tepat disamping ranjang yang tengah di tiduri oleh Evelyne.

“Siapa kamu?” pekik Evelyne sembari bangun dari tidurannya. Memundurkan tubuhnya agar sedikit menjauh dari wanita itu. “Nyonya, tolong jangan banyak bergerak terlebih dulu. Kata dokter, tubuh anda masih belum sepenuhnya sembuh” wanita itu mencoba menenangkan Evelyne, namun saat ini Evelyne lah yang trus dibuat bingung oleh dirinya sendiri.

“Nyonya?” gumam Evelyne sembari melihat sekeliling “Apa kau sedang berbicara denganku?

Wanita itu tertegun, tidak mengerti kenapa Evelyne bertanya dengan pertanyaan yang aneh. “Tentu saja nyonya” wanita itu menunjukkan sopan kearah Evelyne “Apakah nyonya tidak mengingatnya?”

Evelyne menggelengkan kepalanya, lalu memeriksa sekelilingnya. Matanya tertuju pada hp yang berada di atas meja yang letaknya tepat di samping ranjang kasurnya. Segeralah Evelyne mengambil hp tersebut lalu membukanya, mengetuk beberapa tombol dilayar hpnya lalu terdiam sejenak. Sementara wanita yang berada di dekatnya hanya terdiam saat melihat tingkah aneh Evelyne bagi wanita itu.

Evelyne yang melihat tempat sekarang ia berada adalah kota Seoul, membuat dirinya semakin mengerutkan keningnya. Apakah ia sedang bermimpi? Atau, jiwanya masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya telah mati? Kenapa dia berada di Seoul, bukankah tempat ia lahir dan tempat kematiannya berada di kota Jeju?

Evelyne yang tengah serius menatap layar hpnya, seketika ia tersadar oleh bayangan wajahnya yang terpantul di layar hp tersebut. Perlahan ia mematikan layarnya, lalu melihat bentuk wajah yang cantik namun sedikit kurus. Matanya tajam namun sangat indah, dan bibir yang kecil berwarna merah apel. Evelyne juga melihat bekas luka goresan pada keningnya sendiri membuat dirinya perlahan meraba luka tersebut.

Hal itu tentu saja membuat Evelyne sedikit berdesis kecil, luka nya masih terasa sakit. Evelyne yang fokusnya kembali pada wajahnya pun seketika langsung terkejut. Manik matanya menatap layar hitam hpnya dengan terbelalak. ‘siapa dia? Kenapa wajahnya sangat mirip dengan wajahnya yang dulu?’

“Apa ada yang salah, nyonya?” tanya wanita itu dengan wajah yang cemas.

Evelyne menggelengkan kepalanya namun pandangannya masih tertuju pada layar hitam di hpnya tersebut. Tak lama, pintu dari ruangan tersebut pun terbuka keras. Membuat kedua orang yang berada di dalam langsung dengan sontak menolehkan kepalanya kearah pintu yang terbuka itu.

“Masih mau berapa lagi kau disini?!!”

Evelyne melihat lelaki yang tengah berjalan menghampirinya, adalah lelaki yang sebelumnya ia lihat saat pertama kali ia membuka matanya. “Maaf tuan, nyonya akan segera berberes. Maaf telah membuat tuan menunggu” wanita itu dengan cepat beranjak dari duduknya ( berdiri ) untuk menengahi lelaki yang hendak mendekati Evelyne.

Lelaki itu melirik matanya dengan tajam, serta langkah kaki yang terhenti karna wanita itu telah memotong jalannya. “Hn...cepatlah!” kata lelaki itu sembari membalikan tubuhnya lalu pergi.

Sementara Evelyne hanya terdiam menatap sikap keras dari lelaki itu. ‘Dia lelaki yang berbahaya!’ batin Evelyne yang memperingati dirinya untuk berhati-hati pada lelaki itu.

“Nyonya, mari kita berganti pakaian. Tuan sudah menunggu”

Kata wanita itu yang memecahkan lamunan Evelyne seraya membantunya baranjak dari ranjang. “Pelan-pelan nyonya, luka mu Masih belum kering!” Wanita itu berkata dengan tegas namun pelan. Evelyne yang tidak tahu luka apa yang dimaksud oleh wanita ini hanya mengangguk dan terus mengikuti apa yang dilakukan wanita padanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!