Simpanan Suamiku

Simpanan Suamiku

Surga dunia

Dia sedang melukis alisnya dengan warna dark brown. Sangat hati-hati dan sangat teliti. Jangan sampai alisnya kecil satu, atau juga terlalu ke atas satu. Harus sempurna.

Selesai dengan alisnya, dia memindahkan jari jemarinya dengan warna kuku berwarna nude ke bagian mata. Memakai warna dasar agak gelap, lalu dia timpa dengan warna yang sedikit terang di bagian kelopak matanya dengan eye shadow.

Garis mata bagian atasnya kemudian dia ukir dengan eye liner, hingga sudut matanya terlihat lebih up dan lentik. Tidak ketinggalan juga maskara untuk mempertebal bulu matanya yang telah dia jepit terlebih dahulu.

Warna merah muda di pipinya membuat dia terlihat lebih segar. Terkahir dia mengaplikasikan perona bibir yang terlihat basah.

"Ma, udah belum?" tanya seorang pria kecil yang sangat tampan.

"Udah, yuk."

"Benar kata Papa, wanita kalau sudah dandan kami kaum pria bisa pergi mancing dulu. Itu juga belum tentu wanita selesai dandan pas kita kembali. Kalau itu terjadi, kami akan pergi menonton pertandingan sepak bola."

"Ha ha ha. Papa bilang gitu sama kamu?"

"Iya. Kami sering bergosip di belakang Mama."

"Waduuh, ternyata cowok juga suka bergosip, ya?"

"Kami hanya akan membicarakan orang yang kami cintai, kata Papa."

"Uuuuh, mama jadi salting jadinya."

Mama muda bernama Arini itu mencubit gemas pipi anaknya yang kemerahan. Mereka segera naik ke dalam mobil untuk menjemput Farhan, suami Arini.

Farhan bekerja di luar pulau. Mereka bertemu hanya saat Farhan libur bekerja. Dia memang bukan karyawan, akan tetap justru itulah yang membuat dia harus lebih giat lagi dan serius dalam pekerjaannya.

Sebagai pimpinan perusahaan, Farhan memikul beban yang lebih berat. Tanggung jawab nya lebih banyak.

"Sayang aku libur dua hari. Aku akan pulang."

Begitulah kira-kira telpon dari Farhan kepada istrinya dua hari yang lalu. Kini, setelah tiga minggu lamanya mereka akan bertemu.

Jadi, merupakan hal yang wajar jika Arini berdandan maksimal sore ini.

Arini sampai lebih dulu di bandara, dia tidak ingin suaminya yang menunggu dirinya. Arini dan anaknya begitu bahagia akan bertemu dengan laki-laki hebat kekasih hatinya.

Setelah lima belas menit menunggu, Alean berteriak memanggil papanya sambil melambaikan tangan. Arini tersenyum sumringah dan ikut melambaikan tangan.

Farhan segera berlari menghampiri jagoannya. Mereka langsung berpelukan untuk melepaskan rasa rindu yang dipendam selama ini, hanya melakukan video call saja tidak cukup bagi mereka.

Arini tersenyum sambil mengambil alih koper yang diabaikan Farhan.

"Ya, ya, ya. Aku memang nomor dua. Bahkan mungkin lupa kalau aku ada di sini. Ngenes banget, sih."

Farhan dan Alean saling menatap sambil menahan tawa.

"Serbuuu ...." merek kompak berlari untuk memeluk Arini.

Farhan dan Alean bahkan berebut mencium Arini.

"Udah, udah. Make up Mama luntur nanti."

Farhan dan Alean tidak berhenti meski Arini sudah memintanya. Mereka pun terus mencium wajah Arini tanpa malu diperhatikan orang banyak.

Di dalam mobil Arini kembali merapikan make up yang telah dihancurkan oleh kedua pria kesayangannya. Dia marah-marah meski dalam hatinya penuh dengan bunga bermekaran setelah lama layu.

"Mau ke mana kita sekarang?"

"Beli mainan!"

"No! Kita makan dulu. Papa baru datang, pasti belum makan."

"Oke, kita makan dulu setelah itu beli mainan yang banyak, gimana jagoan?"

"Tapi beli mainannya yang banyak, ya."

"Siap!" Farhan bersikap seperti orang sedang hormat pada bendera.

Arini dan Farhan saling melempar senyum tatapan penuh kasih, dan senyuman yang manis. Tangan mereka saling menggenggam saat ada kesempatan meski sedang menyetir.

Arini benar-benar merindukan suaminya.

Mereka bertiga pergi makan ke sebuah restoran. Menghabiskan waktu sambil makan dan becanda ria itu adalah hal yang paling membahagiakan bagi mereka. Moment yang jarang dilakukan.

Alean kalap saat Farhan mempersilakan anak semata wayangnya untuk membeli apa saja yang dia mau.

"Mas." Arini mencubit pinggang Farhan.

"Apa? Mau bikin adik buat Lean?" tanyanya menggoda.

"Ish, apaan, sih. Bukan itu."

"Kenapa, Sayang?" tanyanya sambil mengusap kedua pipi istrinya.

"Jangan manjain anak kayak gitu, gak baik."

"Terusss, aku harus manjain mamanya saja kah?" tanya Farhan gemas sambil menekan kedua pipi Arini hingga mulut wanita itu terlihat manyun seperti mulut bebek.

"Hadeuuuh, itu bibir bikin pengen cepet-cepet pulang."

Plak!

Arini memukul tangan suaminya yang menekan wajahnya hingga terlihat jelek.

"Sakit, tau, Mas."

Arini mengusap-usap kedua pipinya.

"Nanti di rumah lebih sakit dari ini, loh."

Farhan masih saja menggoda istrinya. Sambil sesekali mencolek dagu Arini dengan genit.

"Mas, aku sedang datang bulan." Arini berbisik pada Farhan.

"Yang, seriusan?" tanyanya sambil mengikuti Arini yang menjauh menghampiri Alean.

Pertanyaan Farhan di dalam mobil saat menuju pulang pun sama.

"Sayang, serius?"

Arini hanya bergumam menjawab pertanyaan suaminya.

"Ih, serius gak ini?"

Arini mengangguk acuh tak acuh sambil meminum boba berlogo ungu.

Farhan terlihat sedih dan kecewa karena istrinya sedang datang bulan. Setelah lama tidak bertemu malah harus kembali puasa, pikirnya.

"Lean, cuci tangan dulu. Ganti baju lalu bobo, ya. Besok harus sekolah."

"Yeaaay, sekolahnya diantar Papa, ya 'kan?"

Anak itu berjingkrak senang.

"Okeh, tapi cepet bobo, ya. Takut kesiangan."

"Iya, Pa."

Alean berlari menuju kamarnya diantar pembantu yang membawa mainan baru Alean.. Arini dan Farhan pun masuk ke kamar mereka.

Farhan bejalan menuju kamar mandi dengan lesu. Dia mengguyur tubuhnya di bawah shower dengan air hangat.

"Puasa aja terusss! Sabar, ya, kamu gagak. Terpaksa harus tidur lagi untuk waktu yang lama. Udah lah kamu hibernasi aja, bangunnya nanti kalau kucing tetangga ngadain acara kawinan." Farhan mengoceh sendiri di kamar mandi.

Farhan keluar dengan kimono handuknya. Berjalan menuju lemari pakaian.

"Mas ...."

"Gak denger." Farhan mengabaikan Arini.

"Mas ...." Arini memanggil dengan nada mendesah.

"Udah, deh, gak usah mancing. Bikin tekanan darahku naik." Farhan masih ngambek.

"Mas!" Arini sedikit meninggikan suaranya

"Gak denger."

"Gak usah di denger, liat aja sini sebelum aku ganti pakaian lagi."

Dengan wajah yang masih kesal, Farhan menoleh pada istrinya yang sedang tertidur di atas kasur.

"Ya ampuuun, kenapa gak bilang dari tadi, sih!"

Farhan melemparkan pakaian yang hendak dia pakai, dan langsung berlari menghampiri istrinya.

Melihat tingkah Farhan, Arini tertawa. Terlebih lagi Farhan mulai menjelajahi di surga dunianya para suami istri.

Keluarga kecil yang sangat bahagia. Farhan yang mudah marah seperti anak kecil, dan Arini yang isengnya luar biasa membuat hidup mereka penuh warna setiap waktu.

Pasangan yang sempurna, keadaan ekonomi yang mapan dan anak yang tampan juga pintar membuat siapa pun iri melihat Arini.

Terpopuler

Comments

Hairani Siregar

Hairani Siregar

Awal crita madih adem ayam aja, kira2 bab k brapa thor yg penuh dgn bawang merah brebesnya.

2023-07-19

0

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu

2023-05-21

0

Riana

Riana

kok deg deg an ya 🤣🤣🤣

2023-04-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!