Twin Beouffters

Twin Beouffters

Rumah Pohon

Memanjat ke atas pohon sambil memegang sebuah ketapel, duduk tiarap membidik sesuatu dari balik semak-semak dengan ketapel peluru batu. Ketapel itu ditarik sekencang mungkin sampai terlepas menghasilkan tembakan yang akurat. Muncul seekor kelelawar bermata merah mengepakkan sayapnya pelan. Satu lagi tembakan ketapel ditembak tepat di kepala kelelawar. Gigi hewan ini dicopot lalu dimasukkan ke dalam kantong kain halus yang menggantung di punggungnya.

Dia menggoyangkan pohon yang dinaikinya, rasa senang sambil tertawa bercampur aduk karena telah berhasil menewaskan seekor kelelawar mata merah. Dedaunan pohon berguguran, Terik sinar matahari pagi menyilaukan matanya. Anak lelaki ini lompat terjun turun dari pohon tanpa merasa nyeri di bagian kaki dan tangan.

Berlari menuju rumah kayu sederhana, menghampiri seorang lelaki tua yang dia panggil ayah.

“Ayah, aku berhasil menangkap kelelawar, coba lihatlah ini!” katanya sambil menunjukkan isi kantong kain.

“Kau hebat Labeouff,”

“Aku ambil posisi tiarap ke batang pohon, fokus ke dalam semak-semak lalu tembak 2 kali kelelawar sampai mati.”

Labeouff nama anak lelaki muda ini, dia suka berburu hewan terutama kelelawar yang suka tidur hinggap di pohon. Bagi Labeouff berburu hewan kecil memanglah mudah, tetapi dia tidak berani menangkap seekor singa liar yang mengaum di hutan belantara. Sadar akan usianya yang masih muda, Labeouff hanya boleh berburu hewan kecil seperti kelelawar.

Gigi kelelawar diberikan ke ayahnya, Labeouff berharap gigi tersebut biasa dijual dengan harga mahal. Sudah puas berburu hewan, Labeouff diajak berjalan-jalan keliling desa Terraxophia.

“Selamat pagi tuan Howloff!” ucap warga desa yang bertemu di jalanan.

Berjalan menoleh ke kanan dan kiri melihat orang-orang bekerja di pagi hari, mulai memotong kayu, bercocok tanam, membajak lahan sawah dan lain sebagainya. Rasanya begitu damai dan tentram.

Howloff masuk ke suatu toko suvenir, dia mencoba menjual gigi kelelawar yang berhasil didapatkan Labeouff. Kira-kira berapa harga satu gigi kelelawar?

“500 dollar perak,” kata kasir toko suvenir.

What? rupanya gigi kelelawar mata merah diberi harga cuma 500 dollar perak, Howloff menerima uang tersebut lalu memberikannya pada Labeouff. Meskipun cuma dapat uang sedikit, tetapi syukur gigi kelelawar itu bisa terjual.

Lanjut berkeliling desa, kali ini mereka berdua masuk ke taman bermain yang dimana disana banyak anak kecil yang bermain. Mata Labeouff berbinar-binar ketika melihat rumah pohon kecil yang dijadikan tempat berkemah bagi anak-anak kecil.

“Halo teman-teman, apa aku boleh ikut bermain?” tanya Labeouff dengan melambaikan tangannya.

Anak-anak kecil menatap Labeouff dengan muka datar, mereka terdiam lalu tergesa-gesa masuk ke dalam rumah pohon. Apa mereka takut sama Labeouff?

Howloff merangkul pundak anaknya “Cobalah berbaur dengan mereka, perkenalkan dirimu dengan sopan dan tersenyumlah,”

“Tapi ayah, seperti mereka takut padaku,”

“Maka dari itulah kamu harus bergaul dengan mereka.” kata Howloff dengan tersenyum.

Labeouff memberanikan diri, dia maju pelan-pelan masuk ke pintu kecil rumah pohon. Anak-anak kecil saling berpegangan tangan dengan wajah ketakutan. Labeouff melambaikan tangan sekali lagi, dia tersenyum melihat anak-anak yang tampak takut padanya.

“Halo aku Labeouff, salam kenal semuanya!” kata Labeouff dengan mata mendelik.

Satu persatu anak bersalaman dengan Labeouff, yang awalnya ketakutan sekarang anak-anak kecil duduk berbaris rapi di depan Labeouff. Selembar kertas gambar yang sudah lusuh dilempar ke arah Labeouff. Itu adalah gambar denah rumah pohon yang bertingkat tinggi. Ada satu anak kecil  yang memakai kacamata bulat hitam memberikan selembar kertas gambar lainnya, jika dilihat itu adalah gambar manusia vampir bersayap biru. Namun anehnya disini wajah vampir tersebut sama persis dengan Labeouff.

Kenapa wajah vampir ini mirip sekali denganku batin Labeouff dalam hatinya. Mana mungkin di dunia ini ada orang atau makhluk lain yang wajahnya mirip seperti Labeouff, ini tidak mungkin. Pasti anak-anak kecil ini sedang halusinasi.

“Gambar ini bagus sekali, tetapi maaf aku adalah manusia biasa bukan vampir,”

“Kami melihat dengan mata kepala kalau ada sosok vampir yang mirip denganmu.” kata anak kecil berkacamata bulat.

Labeouff menggaruk kepalanya, dia kelihatan bingung memangnya siapa sih vampir yang dimaksud sama anak-anak kecil taman bermain. Labeouff belum percaya, dia anggap gambar ini cuma halusinasi anak kecil saja.

Tak mau membahas gambar aneh itu, Labeouff menuntun anak-anak kecil menghadap ke Howloff untuk meminta bantuan. Dia mengajak anak-anak kecil ke rumahnya. Sesampainya di rumah gubuk yang terbuat dari jerami. Labeouff menengok ayahnya sedang mengasah pedang.

Labeouff menepuk punggung Howloff yang masih mengasah pedang ukuran besar. “Ayah, tolong bantu aku untuk mengumpulkan bahan kayu bagi rumah pohon taman bermain,”

“Kasihan anak-anak kecil disana, mereka ingin rumah pohon yang lebih besar,”

Howloff menghela nafas berat, dia harus menuruti kemauan anaknya terlebih dahulu. Pedang besar yang sudah diasah ditaruh ke dalam peti besar persegi panjang.

Howloff keluar rumah mengumpulkan seluruh tukang kayu berbaris di depan rumahnya. Dia mempekerjakan mereka untuk mengirim dan membantu Labeouff dan anak-anak kecil meningkatkan rumah pohon di taman bermain.

...•••...

Ahli tukang kayu mengerjakan rekontruksi denah rumah pohon taman bermain dibantu oleh Labeouff. Anak-anak kecil duduk di kursi panjang menunggu hasil jadi rumah pohon. Sekali lagi anak-anak kecil mencocokkan postur badan Labeouff dengan gambar manusia vampir di kertas gambar. Dari bentuk atas rambut sampai dagu, Labeouff dikatakan mirip banget sama sosok manusia vampir.

Labeouff membantu menyusun bilah kayu yang akan dibuat tembok dan atap atas rumah pohon.

“Ayo semangat Tuan Labeouff!” anak-anak kecil bersorak menyemangati Labeouff.

Labeouff naik ke atas atap rumah pohon, dia mencoba mengetok paku ke bilah kayu dengan palu besi. Tak ada angin atau dedaunan kering tersapu angin, tiba-tiba muncul kelelawar biru yang membuat anak-anak kecil jadi ketakutan.

Labeouff masih berfokus mematok paku di bilah kayu, kelelawar biru tersebut ada dihadapan mata. Suara cicit kelelawar reflek mengagetkan Labeouff.

“Hei, kelelawar ini lucu sekali!” Labeouff melongo, dia coba perlahan-lahan mendekati kelelawar biru didepannya.

Seketika itu pula kelelawar biru tersebut mengepak sayapnya lalu berterbangan mengganggu tukang kayu yang tengah bekerja. Anak-anak kecil berlarian keluar ke pagar taman bermain, melihat tukang kayu keluar dari rumah pohon.

Kelelawar biru itu berada di dalam rumah pohon, Labeouff beranjak turun dari atap rumah pohon. Kepulan asap abu-abu keluar dari rumah pohon yang masih belum jadi sempurna, masih ada kayu-kayu yang tergeletak berserakan di bawah rumah pohon.

Labeouff nekat masuk rumah pohon dan melihat dengan mata kepala sendiri proses kelelawar merubah bentuk wujudnya menjadi manusia vampir. Dari yang awalnya hewan kecil, sekarang berubah menjadi manusia vampir yang bergigi tajam dan kupingnya bersayap.

Siapa manusia vampir ini, kenapa bisa dia muncul di taman bermain, membuat anak-anak kecil ketakutan. Apakah mereka dari awal takut pada Labeouff karena dikira dia adalah manusia vampir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!