NovelToon NovelToon

Twin Beouffters

Rumah Pohon

Memanjat ke atas pohon sambil memegang sebuah ketapel, duduk tiarap membidik sesuatu dari balik semak-semak dengan ketapel peluru batu. Ketapel itu ditarik sekencang mungkin sampai terlepas menghasilkan tembakan yang akurat. Muncul seekor kelelawar bermata merah mengepakkan sayapnya pelan. Satu lagi tembakan ketapel ditembak tepat di kepala kelelawar. Gigi hewan ini dicopot lalu dimasukkan ke dalam kantong kain halus yang menggantung di punggungnya.

Dia menggoyangkan pohon yang dinaikinya, rasa senang sambil tertawa bercampur aduk karena telah berhasil menewaskan seekor kelelawar mata merah. Dedaunan pohon berguguran, Terik sinar matahari pagi menyilaukan matanya. Anak lelaki ini lompat terjun turun dari pohon tanpa merasa nyeri di bagian kaki dan tangan.

Berlari menuju rumah kayu sederhana, menghampiri seorang lelaki tua yang dia panggil ayah.

“Ayah, aku berhasil menangkap kelelawar, coba lihatlah ini!” katanya sambil menunjukkan isi kantong kain.

“Kau hebat Labeouff,”

“Aku ambil posisi tiarap ke batang pohon, fokus ke dalam semak-semak lalu tembak 2 kali kelelawar sampai mati.”

Labeouff nama anak lelaki muda ini, dia suka berburu hewan terutama kelelawar yang suka tidur hinggap di pohon. Bagi Labeouff berburu hewan kecil memanglah mudah, tetapi dia tidak berani menangkap seekor singa liar yang mengaum di hutan belantara. Sadar akan usianya yang masih muda, Labeouff hanya boleh berburu hewan kecil seperti kelelawar.

Gigi kelelawar diberikan ke ayahnya, Labeouff berharap gigi tersebut biasa dijual dengan harga mahal. Sudah puas berburu hewan, Labeouff diajak berjalan-jalan keliling desa Terraxophia.

“Selamat pagi tuan Howloff!” ucap warga desa yang bertemu di jalanan.

Berjalan menoleh ke kanan dan kiri melihat orang-orang bekerja di pagi hari, mulai memotong kayu, bercocok tanam, membajak lahan sawah dan lain sebagainya. Rasanya begitu damai dan tentram.

Howloff masuk ke suatu toko suvenir, dia mencoba menjual gigi kelelawar yang berhasil didapatkan Labeouff. Kira-kira berapa harga satu gigi kelelawar?

“500 dollar perak,” kata kasir toko suvenir.

What? rupanya gigi kelelawar mata merah diberi harga cuma 500 dollar perak, Howloff menerima uang tersebut lalu memberikannya pada Labeouff. Meskipun cuma dapat uang sedikit, tetapi syukur gigi kelelawar itu bisa terjual.

Lanjut berkeliling desa, kali ini mereka berdua masuk ke taman bermain yang dimana disana banyak anak kecil yang bermain. Mata Labeouff berbinar-binar ketika melihat rumah pohon kecil yang dijadikan tempat berkemah bagi anak-anak kecil.

“Halo teman-teman, apa aku boleh ikut bermain?” tanya Labeouff dengan melambaikan tangannya.

Anak-anak kecil menatap Labeouff dengan muka datar, mereka terdiam lalu tergesa-gesa masuk ke dalam rumah pohon. Apa mereka takut sama Labeouff?

Howloff merangkul pundak anaknya “Cobalah berbaur dengan mereka, perkenalkan dirimu dengan sopan dan tersenyumlah,”

“Tapi ayah, seperti mereka takut padaku,”

“Maka dari itulah kamu harus bergaul dengan mereka.” kata Howloff dengan tersenyum.

Labeouff memberanikan diri, dia maju pelan-pelan masuk ke pintu kecil rumah pohon. Anak-anak kecil saling berpegangan tangan dengan wajah ketakutan. Labeouff melambaikan tangan sekali lagi, dia tersenyum melihat anak-anak yang tampak takut padanya.

“Halo aku Labeouff, salam kenal semuanya!” kata Labeouff dengan mata mendelik.

Satu persatu anak bersalaman dengan Labeouff, yang awalnya ketakutan sekarang anak-anak kecil duduk berbaris rapi di depan Labeouff. Selembar kertas gambar yang sudah lusuh dilempar ke arah Labeouff. Itu adalah gambar denah rumah pohon yang bertingkat tinggi. Ada satu anak kecil  yang memakai kacamata bulat hitam memberikan selembar kertas gambar lainnya, jika dilihat itu adalah gambar manusia vampir bersayap biru. Namun anehnya disini wajah vampir tersebut sama persis dengan Labeouff.

Kenapa wajah vampir ini mirip sekali denganku batin Labeouff dalam hatinya. Mana mungkin di dunia ini ada orang atau makhluk lain yang wajahnya mirip seperti Labeouff, ini tidak mungkin. Pasti anak-anak kecil ini sedang halusinasi.

“Gambar ini bagus sekali, tetapi maaf aku adalah manusia biasa bukan vampir,”

“Kami melihat dengan mata kepala kalau ada sosok vampir yang mirip denganmu.” kata anak kecil berkacamata bulat.

Labeouff menggaruk kepalanya, dia kelihatan bingung memangnya siapa sih vampir yang dimaksud sama anak-anak kecil taman bermain. Labeouff belum percaya, dia anggap gambar ini cuma halusinasi anak kecil saja.

Tak mau membahas gambar aneh itu, Labeouff menuntun anak-anak kecil menghadap ke Howloff untuk meminta bantuan. Dia mengajak anak-anak kecil ke rumahnya. Sesampainya di rumah gubuk yang terbuat dari jerami. Labeouff menengok ayahnya sedang mengasah pedang.

Labeouff menepuk punggung Howloff yang masih mengasah pedang ukuran besar. “Ayah, tolong bantu aku untuk mengumpulkan bahan kayu bagi rumah pohon taman bermain,”

“Kasihan anak-anak kecil disana, mereka ingin rumah pohon yang lebih besar,”

Howloff menghela nafas berat, dia harus menuruti kemauan anaknya terlebih dahulu. Pedang besar yang sudah diasah ditaruh ke dalam peti besar persegi panjang.

Howloff keluar rumah mengumpulkan seluruh tukang kayu berbaris di depan rumahnya. Dia mempekerjakan mereka untuk mengirim dan membantu Labeouff dan anak-anak kecil meningkatkan rumah pohon di taman bermain.

...•••...

Ahli tukang kayu mengerjakan rekontruksi denah rumah pohon taman bermain dibantu oleh Labeouff. Anak-anak kecil duduk di kursi panjang menunggu hasil jadi rumah pohon. Sekali lagi anak-anak kecil mencocokkan postur badan Labeouff dengan gambar manusia vampir di kertas gambar. Dari bentuk atas rambut sampai dagu, Labeouff dikatakan mirip banget sama sosok manusia vampir.

Labeouff membantu menyusun bilah kayu yang akan dibuat tembok dan atap atas rumah pohon.

“Ayo semangat Tuan Labeouff!” anak-anak kecil bersorak menyemangati Labeouff.

Labeouff naik ke atas atap rumah pohon, dia mencoba mengetok paku ke bilah kayu dengan palu besi. Tak ada angin atau dedaunan kering tersapu angin, tiba-tiba muncul kelelawar biru yang membuat anak-anak kecil jadi ketakutan.

Labeouff masih berfokus mematok paku di bilah kayu, kelelawar biru tersebut ada dihadapan mata. Suara cicit kelelawar reflek mengagetkan Labeouff.

“Hei, kelelawar ini lucu sekali!” Labeouff melongo, dia coba perlahan-lahan mendekati kelelawar biru didepannya.

Seketika itu pula kelelawar biru tersebut mengepak sayapnya lalu berterbangan mengganggu tukang kayu yang tengah bekerja. Anak-anak kecil berlarian keluar ke pagar taman bermain, melihat tukang kayu keluar dari rumah pohon.

Kelelawar biru itu berada di dalam rumah pohon, Labeouff beranjak turun dari atap rumah pohon. Kepulan asap abu-abu keluar dari rumah pohon yang masih belum jadi sempurna, masih ada kayu-kayu yang tergeletak berserakan di bawah rumah pohon.

Labeouff nekat masuk rumah pohon dan melihat dengan mata kepala sendiri proses kelelawar merubah bentuk wujudnya menjadi manusia vampir. Dari yang awalnya hewan kecil, sekarang berubah menjadi manusia vampir yang bergigi tajam dan kupingnya bersayap.

Siapa manusia vampir ini, kenapa bisa dia muncul di taman bermain, membuat anak-anak kecil ketakutan. Apakah mereka dari awal takut pada Labeouff karena dikira dia adalah manusia vampir.

Rabe

Menunjukkan wujud asli untuk pertama kalinya, Labeouff dibuat terkejut melihat rupawan wajah manusia vampir yang mirip dengannya. Mirip banget dari segi rambut model spiky, bermata biru muda, wajah imut, sampai bentuk kepala bulat. Menjewer kuping sayapnya, giginya pun kembali normal seperti manusia biasa.

“Hai aku Rabe, bolehkah kita bermain bersama di taman bermain,” dengan mengulurkan tangan kanannya.

Labeouff terdiam, dia coba sentuh pelan-pelan tangannya lalu menyalami tangan Rabe. Dia balas senyum sambil menggoyangkan jabatan tangan.

Cahaya merah bersinar terang dalam perut Labeouff membuat mata Rabe berkaca-kaca, dia terpukau dengan cahaya merah itu. Rabe meremas perut Labeouff, mencoba memegang cahaya merah.

“Aduh sakit sekali rasanya seperti terbakar,” tercengang kesakitan melangkah mundur dari Rabe.

“Maaf,” jawab singkat Rabe menundukkan kepalanya.

Labeouff bingung kenapa Rabe meremas perutnya, seperti ada sesuatu yang dia inginkan. Cahaya merah dalam perut Labeouff memancarkan sinar sampai ke tubuh Rabe. Dari yang awalnya bentuknya pure manusia vampir berkulit putih pucat, berubah jadi manusia normal mirip seperti Labeouff, seakan-akan mereka adalah saudara kembar.

“Hey, kamu mirip sekali denganku!” dengan menuding jari telunjuk ke Rabe.

“Terima kasih, berkat cahaya merahmu aku bisa jadi manusia normal tetapi hanya untuk sementara saja.” ucap Rabe sambil sal hormat membungkuk badannya.

Labeouff benar-benar nggak menyangka, sebenarnya apa yang terjadi barusan. Apa cahaya merah yang bereaksi dalam perutnya, hingga membuat Rabe jadi makin mirip dengannya. Labeouff membalas senyuman, dia tidak tahu harus menjawab apa kepada Rabe si manusia vampir ini.

Rabe melompat ke atas pohon yang sangat tinggi, dia menengok ke arah taman bermain yang dimana masih banyak anak-anak kecil yang saling berpegangan tangan duduk di kursi panjang. Rabe punya ide cemerlang, melihat wujudnya yang mirip seperti Labeouff ia ingin menyenangkan anak-anak kecil.

“Rabe, apa yang kau lakukan di atas sana?” tanya Labeouff dengan melihat ke atas pohon yang menjulang tinggi.

Rabe memetik bulu kelelawar biru dari rambutnya “Bawa bulu ini dan pulanglah, aku mau bantu tukang kayu membereskan rumah pohon.” jawab Rabe sambil mengamati area taman bermain dari atas pohon.

“Oke, sampai bertemu lagi!” ucap Labeouff melambaikan tangan meninggalkan Rabe.

Di tengah perjalanan pulang ke rumah, Labeouff mengelus bulu kelelawar biru yang halus dan kering. Ketika dicium baunya busuk sekali seperti tanah kuburan. Dia tak mengerti kenapa si kelelawar biru itu memberikan bulunya kepada Labeouff. Di sisi lain Labeouff mendengar perdebatan para jagal binatang yang membahas soal desas-desus kelelawar yang mulai memasuki desa Terraxophia. For Your Info Kelelawar di desa Terraxophia disebut sebagai hama atau mangsa yang diburu oleh pemburu vampir, terutama Howloff serta pasukannya.

...•••...

Di luar rumah, Labeouff melihat Howloff yang sedang memanaskan busur panah dan pisau belati ke dalam tungku. Menepuk tangan kanan ayahnya yang memegang palu besi.

“Ayah, aku dapat teman baru di taman bermain, namanya Rabe,”

Howloff mengernyitkan keningnya, berpikir sejenak dengan posisi tangan kaku memegang palu besi. Seperti ada sesuatu ingatan yang mengganjal dalam pikirannya. Labeouff melambaikan tangan ke depan muka ayahnya. Howloff mengedipkan matanya, dia tersenyum senang mendengar Labeouff yang punya teman baru.

“Wah gimana anaknya, apa dia baik sama kamu?”

“Iya, dia baik banget mau bantuin tukang kayu membangun rumah pohon di taman bermain.”

Howloff tersenyum, senangnya apabila sang anak punya teman baru yang baik. Dia memadamkan api dalam tungku, mengambil senjata busur panah, kantong berisi pisau belati dan serbuk terasi yang dibungkus dalam kain. Pasukan pemburu vampir maupun hewan liar berkumpul di depan rumah, Labeouff menggaruk kepala ketika melihat para pemburu memakai kalung yang terbuat dari selisik bawang putih.

Howloff mendapat laporan bahwa banyak kelelawar yang memasuki wilayah desa, kini dia diberi tugas untuk membasmi semuanya. Para pemburu diminta berpencar masing-masing ke seluruh area desa. Sementara Howloff mengajak 2 rekan pemburu lain.

Labeouff mengikuti ayahnya dari belakang, dia memutari Howloff sambil berjalan mengelilinginya.

“Ayah mau berburu kemana?”

“Ke taman bermain, siapa tahu disana ada banyak kelelawar.”

Gawat, aku harus cepat ke rumah pohon untuk menemui Rabe, sebelum ketahuan ayah. Labeouff menganggukkan kepalanya, dia mendahului Howloff pergi ke rumah pohon taman bermain. Labeouff juga harus mengecek rumah pohon yang seharusnya sudah di-upgrade jadi lebih besar lagi. Melihat anaknya yang berjalan cepat, Howloff ikut terburu-buru mempercepat langkahnya.

Baru sampai ke pagar taman bermain, cahaya merah di perut Labeouff berkedip-kedip, mungkin akan ada sesuatu yang terjadi pada Rabe. Labeouff izin permisi masuk sembarangan ke dalam rumah pohon yang nampak sudah semakin besar, kayu pohonnya tidak rapuh lagi.

“Rabe, dimana kau?” panggil Labeouff sambil menoleh ke segala arah melihat ruangan yang tak berpintu dan kosong.

Labeouff melirik ke berbagai ruangan kosong, cahaya dalam perutnya masih berkedip-kedip. Naik ke atas tangga mengecek ke sudut ruangan yang kosong dan gelap.

“Ouchh!!” terdengar suara dari bawah tangga.

Labeouff turun dari tangga, dan melihat Rabe menggigil dengan kulitnya yang terbakar, sayap kuping, bulu birunya telah keluar dan sebentar lagi akan berubah wujud. Labeouff mengelus tangan Rabe yang sudah terlihat bulu kelelawarnya.

“Cepat kamu harus pergi dari sini, ayahku dan para pemburu akan datang,”

“Aku butuh energi cahaya merahmu lagi, boleh?” tanya Rabe sambil memegangi bahu tangannya.

Labeouff mendekatkan cahaya merah dalam perutnya yang membuat Rabe menjadi manusia vampir seutuhnya. Dengan langkah cepat Rabe keluar dari bawah tangga, teleportasi memanjat atap rumah pohon. Seketika itu pula rekan pemburu ada yang melihat Rabe melompat dari atas atap rumah pohon ke pepohonan tinggi belakang taman bermain. Mereka membidik dengan senapan peluru perak.

Tetapi sayangnya gerakan Rabe secepat kilat, berpindah posisi memanjat pohon kabur dari bidikan para pemburu vampir. Howloff mendengar bunyi tembakan senapan berulang kali, dia tak melihat apa-apa di atas pepohonan tinggi.

Labeouff keluar dari rumah pohon menghampiri ayahnya yang berfokus memandangi lingkungan taman bermain sambil memegang panah busur, dan benar saja ternyata ada kelelawar lain yang hibernasi di balik mainan ayunan. Mengambil posisi tiarap membidik panah busur yang ditaburi serbuk terasi.

Melepas tarikan busur yang melontarkan anak panah tepat di bola mata kelelawar. Labeouff hanya bisa melongo melihat aksi busur panah ayahnya yang begitu tajam dan akurat.

“Fyuuuh! syukur bukan Rabe,” batin Labeouff dengan mengelus dadanya pelan.

Howloff menghentakkan kakinya masuk ke dalam rumah pohon, dia menggunakan indra penciuman untuk mendeteksi apakah ada yang aneh dalam rumah pohon taman bermain ini. Saking tajamnya penciuman Howloff, dengan mudah dia menemukan bekas bulu rontok Rabe di bawah tangga kayu. Ada lubang cukup longgar yang bisa dimasuki oleh anak-anak kecil. 

Menggenggam bulu rontok Rabe, Howloff menunjukkan bulu tersebut kepada Labeouff, dia menyuruhku untuk mencium bulu itu yang jelas baunya busuk banget.

“Apakah kamu melihat ada kelelawar yang masuk ke rumah pohon?”

“T—Tidak ayah, aku juga baru tahu kalau ada kelelawar di rumah pohon.” jawab Labeouff sambil menggaruk rambut.

Para tukang kayu pun juga tidak melihat ada kelelawar yang masuk ke rumah pohon, sedari tadi bekerja memang tak ada hewan yang mengganggu. Karena puas mendapatkan satu kelelawar, Howloff pun pulang walau masih kepikiran dengan bulu kelelawar warna biru.

Ketika ayahnya sudah menjauh dari taman bermain, Labeouff menghela nafasnya sambil mengedipkan matanya. Dia sadar kalau barusan berbohong kepada ayahnya soal Rabe. Jika seandainya Labeouff berkata jujur, mungkin Howloff akan tetap memburu dan mencari Rabe sampai ketemu. Labeouff berharap semoga besok dia masih bisa bertemu dengan Rabe untuk bermain bersama.

Manusia Kanibal

Labeouff termenung di dalam kamar rumah gubuk sambil memegang bulu kelelawar biru Rabe, dia masih teringat awal pertama kali bertemu dengannya di taman bermain. Apakah Rabe adalah manusia vampir yang baik, mengapa dia mirip banget sama Labeouff.

Howloff pulang dengan membawa jala ikan berisi bangkai kelelawar yang berhasil tertangkap oleh rekan pasukannya. Dia cek satu persatu tak ada bulu kelelawar yang nampak beda warna dan langka. Berarti kelelawar yang ada di Terraxophia hanyalah biasa, bukan jenis manusia vampir atau drakula.

Menghampiri sang anak yang sedang menatap jendela luar rumah sambil memegang bulu kelelawar biru, membuat Howloff penasaran.

“Ayah, apakah manusia boleh berteman dengan vampir?”

“Tidak, hukum desa Terraxophia menerapkan bahwa siapapun orang yang berteman dengan vampir maka dia akan diasingkan ke daerah lain.” jawab Howloff mengerutkan alisnya.

“Tetapi kalau vampir itu baik gimana? dia rela bantu orang, menemani anak kecil yang kesepian, mereka juga ingin hidup damai dengan manusia seperti kita.”

Howloff menepuk kedua pundak anaknya dengan tangannya, tatapan wajah sinis tertuju kepada anaknya yang tampak terdiam seketika.

“Dengarkan aku nak! gara-gara manusia vampir warga desa jadi ketakutan, bahkan orang terdekatku telah menjadi korban karena ulah makhluk haus darah itu.”

Menundukkan kepala di depan ayahnya, Labeouff tahu betul ungkap perasaan ayahnya mengenai jahatnya manusia vampir. Jala ikan yang berisi bangkai kelelawar diserahkan ke pemburu vampir, dari bangkai itu bisa diambil giginya sebagai bahan peluru perak nantinya.

Di luar rumah gubuk, warga desa Terraxophia beramai-ramai menjalankan aktivitas sehari-hari, mulai dari bercocok tanam, latihan menembak dan bimbingan anak-anak kecil di taman bermain. Labeouff keluar rumah untuk keliling desa, sekali-kali ada anak kecil yang mudah diajak bermain bareng.

Baru selangkah jalan dari luar rumah, seorang ibu muda tengah hamil berkoar-koar minta tolong ke Howloff untuk mencari anak tunggalnya yang hilang di hutan hujan yang jaraknya tak jauh dari daerah permukiman warga.

Kebetulan banget ketika itu salah satu pemburu vampir lain datang ke rumah Howloff, menunjukkan bekas luka cakar dan gigitan manusia kanibal.

“Howloff, kumohon cepatlah pergi ke hutan hujan, ada manusia kanibal ganas yang mengamuk mencari mangsa.” ucap pemburu vampir itu dengan menggenggam kedua tangan ke dada.

Howloff naik ke atas menara tower pengawal desa, meniupkan terompet besar warna emas yang bunyinya sangat nyaring dan bergema. Pasukan pemburu vampir berpakaian pakaian rumput yang disebut Ghillie Suit. Howloff berjalan paling depan, dia memimpin semua awak pasukan menuju area hutan hujan.

Rasa penasaran bergejolak dalam diri Labeouff, jika ayahnya sudah beraksi maka dia takkan tinggal diam. Labeouff mengambil setangkai akar daun lalu dia berjalan mengekor di barisan belakang pasukan pemburu vampir.

...•••...

Baru saja sampai di depan jalan masuk hutan hujan, Howloff dan pasukannya dikejutkan teriakan orang kesakitan. Burung-burung gagak berkicauan terbang ke atas langit pergi jauh dari hutan hujan.

“Semuanya tetap ada dibelakang, jangan ada seorang pun yang terpisahkan!” kata Howloff sambil menepuk punggung belakangnya.

Howloff serta pasukannya masuk menerobos rerumputan dan semak belukar, sementara Labeouff bukannya mengekor dari belakang, dia malah ambil jalan yang berbeda. Mungkin kalian tahu aksi Labeouff ketika menyergap musuhnya, dia akan nekat naik ke atas pohon layaknya seorang Tarzan.

Memanjat, berlari, mengendap-endap bahkan berkamuflase menyatu dengan semak belukar itulah kemampuan Labeouff ketika mencari musuhnya. Melihat ke kanan kiri tidak menemukan tanda keberadaan manusia kanibal. Arah pandangan matanya tertuju ke sebuah pohon yang tinggi banget.

Nyali tekad mencari manusia kanibal masih bergejolak dalam diri Labeouff demi membantu Howloff. Dia akan tunjukkan bahwa anak remaja 10 tahun mampu mengatasi misi yang cukup berbahaya.

Ketika berada di puncak batang pohon paling atas, mata Labeouff menatap ke arah spot perkemahan, ada sekitar 7 manusia kanibal yang bentrok adu kekuatan fisik lawan Howloff dan pasukannya.

Seketika itu cahaya merah terang benderang kembali menyala dalam perut Labeouff, ini pertanda apakah ada Rabe di sekitar hutan hujan ini.

“Cahaya merah ini lagi, pasti si Rabe ada disini.” kata Labeouff mengernyitkan dagunya.

“RABE, KAU DIMANA!” teriak keras Labeouff.

Tak ada sahutan maupun tanda kemunculan Rabe, Labeouff langsung turun dari pohon yang amat tinggi lalu berlari kencang menyusul ayahnya di spot perkemahan.

Tiba di spot perkemahan, para pemburu vampir maju mundur lawan manusia kanibal yang sudah tertusuk banyak busur tetapi masih hidup stabil, sayangnya Howloff malah terpojok melawan 3 manusia kanibal bergigi dan kuku tajam seperti tidak pernah dipotong pakai catut.

Baru mau jalan satu jengkal, dari belakang semak belukar, Labeouff dikagetkan oleh Rabeouff yang sedari tadi rebahan di balik semak belukar mengawasi gerak-gerik Howloff serta pasukannya.

“Sedang apa kau disini?” tanya Rabe dengan mengernyitkan alisnya.

“Aku butuh bantuan untuk menolong ayahku melawan manusia kanibal.” jawab Labeouff.

Melihat cahaya merah dalam perut Labeouff, Rabe tampak kegirangan. Membuka baju Labeouff, meremas perutnya untuk kedua kalinya.

“A—Aku tidak bisa bergerak!” ucap Labeouff kepalanya mendongak ke atas.

“Maaf Labeouff, aku harus pinjam kekuatanmu sebentar saja.” kata Rabeouff dengan tersenyum lebar.

Lagi-lagi wujud Rabe bertransformasi menjadi Labeouff, mulai dari gaya rambutku hingga setelan pakaiannya. Dirasa menguasai tubuh temannya, Rabe beraksi melawan manusia kanibal menolong pihak Howloff.

Situasi Howloff makin terdesak, ketika jumlah manusia kanibal semakin bertambah muncul menyerang pasukan pemburu vampir. Bahkan sampai ada pemburu vampir yang terpojok dan terkena gigitan manusia kanibal di bagian leher.

Siapapun yang terkena gigitan manusia kanibal, dampaknya akan bertingkah seperti orang gila yang sangat kelaparan. Ketika giliran Howloff dikepung, ditahan kedua kaki dan tangannya. Tiba-tiba Rabe datang menendang manusia kanibal yang mengepungnya.

Matanya terbelalak reaksi melihat anaknya Labeouff yang datang menolongnya, padahal itu adalah Rabe yang wujudnya menyerupai Labeouff.

“Labeouff?” Howloff keheranan dengan raut wajah bingung.

Rabe tidak menggubris ucapan Howloff, dia berfokus melawan manusia kanibal dengan tangannya sendiri. Kuku panjang tajam, terlihat urat-urat kulit wajahnya yang keluar. Howloff tidak menyangka jika melihat anaknya Labeouff yang perawakannya seperti vampir.

Menggigit musuhnya dengan gigi tajam yang berlumuran darah, mengoyak tubuh manusia kanibal memastikan bahwa musuhnya telah tumbang. Mata Howloff melotot, gemetaran dicampur ras deg-degan melihat wujud anaknya yang berubah menjadi vampir.

Howloff mendekati anaknya, dia pegang kedua telapak tangannya yang tampak kusut dan pucat. Mengelus rambutnya yang terasa kusut, rontok dan kering.

“Labeouff, kenapa kamu jadi seperti ini nak!” kata Howloff dengan gelagapan meraba kulit tubuh Rabe.

“Howloff, minggir!” ucap salah satu pemburu vampir yang membidik senapan ke arah Rabe.

Rabe mendorong Howloff sampai jatuh ke semak belukar, tetapi ketika Howloff baru bangkit,

“Hey, jangan tungg—”

Dorrrr

Labeouff sempat menghadang Rabe dari depan, raut wajahnya tersenyum setelah terkena peluru senapan perak di bagian punggung belakang. Cahaya merah dalam perutnya menghilang, wujud Rabe pun kembali normal menjadi manusia vampir berbulu kelelawar biru tepat ketika dilihat dengan mata kepala Howloff.

Rabe begitu ketakutan melihat dirinya yang ketahuan Howloff dan tubuh Labeouff didepannya yang jatuh tersungkur. Dia langsung mendadak kabur terbang mengepakkan sayapnya ke udara guna melarikan diri dari hutan hujan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!