Labeouff termenung di dalam kamar rumah gubuk sambil memegang bulu kelelawar biru Rabe, dia masih teringat awal pertama kali bertemu dengannya di taman bermain. Apakah Rabe adalah manusia vampir yang baik, mengapa dia mirip banget sama Labeouff.
Howloff pulang dengan membawa jala ikan berisi bangkai kelelawar yang berhasil tertangkap oleh rekan pasukannya. Dia cek satu persatu tak ada bulu kelelawar yang nampak beda warna dan langka. Berarti kelelawar yang ada di Terraxophia hanyalah biasa, bukan jenis manusia vampir atau drakula.
Menghampiri sang anak yang sedang menatap jendela luar rumah sambil memegang bulu kelelawar biru, membuat Howloff penasaran.
“Ayah, apakah manusia boleh berteman dengan vampir?”
“Tidak, hukum desa Terraxophia menerapkan bahwa siapapun orang yang berteman dengan vampir maka dia akan diasingkan ke daerah lain.” jawab Howloff mengerutkan alisnya.
“Tetapi kalau vampir itu baik gimana? dia rela bantu orang, menemani anak kecil yang kesepian, mereka juga ingin hidup damai dengan manusia seperti kita.”
Howloff menepuk kedua pundak anaknya dengan tangannya, tatapan wajah sinis tertuju kepada anaknya yang tampak terdiam seketika.
“Dengarkan aku nak! gara-gara manusia vampir warga desa jadi ketakutan, bahkan orang terdekatku telah menjadi korban karena ulah makhluk haus darah itu.”
Menundukkan kepala di depan ayahnya, Labeouff tahu betul ungkap perasaan ayahnya mengenai jahatnya manusia vampir. Jala ikan yang berisi bangkai kelelawar diserahkan ke pemburu vampir, dari bangkai itu bisa diambil giginya sebagai bahan peluru perak nantinya.
Di luar rumah gubuk, warga desa Terraxophia beramai-ramai menjalankan aktivitas sehari-hari, mulai dari bercocok tanam, latihan menembak dan bimbingan anak-anak kecil di taman bermain. Labeouff keluar rumah untuk keliling desa, sekali-kali ada anak kecil yang mudah diajak bermain bareng.
Baru selangkah jalan dari luar rumah, seorang ibu muda tengah hamil berkoar-koar minta tolong ke Howloff untuk mencari anak tunggalnya yang hilang di hutan hujan yang jaraknya tak jauh dari daerah permukiman warga.
Kebetulan banget ketika itu salah satu pemburu vampir lain datang ke rumah Howloff, menunjukkan bekas luka cakar dan gigitan manusia kanibal.
“Howloff, kumohon cepatlah pergi ke hutan hujan, ada manusia kanibal ganas yang mengamuk mencari mangsa.” ucap pemburu vampir itu dengan menggenggam kedua tangan ke dada.
Howloff naik ke atas menara tower pengawal desa, meniupkan terompet besar warna emas yang bunyinya sangat nyaring dan bergema. Pasukan pemburu vampir berpakaian pakaian rumput yang disebut Ghillie Suit. Howloff berjalan paling depan, dia memimpin semua awak pasukan menuju area hutan hujan.
Rasa penasaran bergejolak dalam diri Labeouff, jika ayahnya sudah beraksi maka dia takkan tinggal diam. Labeouff mengambil setangkai akar daun lalu dia berjalan mengekor di barisan belakang pasukan pemburu vampir.
...•••...
Baru saja sampai di depan jalan masuk hutan hujan, Howloff dan pasukannya dikejutkan teriakan orang kesakitan. Burung-burung gagak berkicauan terbang ke atas langit pergi jauh dari hutan hujan.
“Semuanya tetap ada dibelakang, jangan ada seorang pun yang terpisahkan!” kata Howloff sambil menepuk punggung belakangnya.
Howloff serta pasukannya masuk menerobos rerumputan dan semak belukar, sementara Labeouff bukannya mengekor dari belakang, dia malah ambil jalan yang berbeda. Mungkin kalian tahu aksi Labeouff ketika menyergap musuhnya, dia akan nekat naik ke atas pohon layaknya seorang Tarzan.
Memanjat, berlari, mengendap-endap bahkan berkamuflase menyatu dengan semak belukar itulah kemampuan Labeouff ketika mencari musuhnya. Melihat ke kanan kiri tidak menemukan tanda keberadaan manusia kanibal. Arah pandangan matanya tertuju ke sebuah pohon yang tinggi banget.
Nyali tekad mencari manusia kanibal masih bergejolak dalam diri Labeouff demi membantu Howloff. Dia akan tunjukkan bahwa anak remaja 10 tahun mampu mengatasi misi yang cukup berbahaya.
Ketika berada di puncak batang pohon paling atas, mata Labeouff menatap ke arah spot perkemahan, ada sekitar 7 manusia kanibal yang bentrok adu kekuatan fisik lawan Howloff dan pasukannya.
Seketika itu cahaya merah terang benderang kembali menyala dalam perut Labeouff, ini pertanda apakah ada Rabe di sekitar hutan hujan ini.
“Cahaya merah ini lagi, pasti si Rabe ada disini.” kata Labeouff mengernyitkan dagunya.
“RABE, KAU DIMANA!” teriak keras Labeouff.
Tak ada sahutan maupun tanda kemunculan Rabe, Labeouff langsung turun dari pohon yang amat tinggi lalu berlari kencang menyusul ayahnya di spot perkemahan.
Tiba di spot perkemahan, para pemburu vampir maju mundur lawan manusia kanibal yang sudah tertusuk banyak busur tetapi masih hidup stabil, sayangnya Howloff malah terpojok melawan 3 manusia kanibal bergigi dan kuku tajam seperti tidak pernah dipotong pakai catut.
Baru mau jalan satu jengkal, dari belakang semak belukar, Labeouff dikagetkan oleh Rabeouff yang sedari tadi rebahan di balik semak belukar mengawasi gerak-gerik Howloff serta pasukannya.
“Sedang apa kau disini?” tanya Rabe dengan mengernyitkan alisnya.
“Aku butuh bantuan untuk menolong ayahku melawan manusia kanibal.” jawab Labeouff.
Melihat cahaya merah dalam perut Labeouff, Rabe tampak kegirangan. Membuka baju Labeouff, meremas perutnya untuk kedua kalinya.
“A—Aku tidak bisa bergerak!” ucap Labeouff kepalanya mendongak ke atas.
“Maaf Labeouff, aku harus pinjam kekuatanmu sebentar saja.” kata Rabeouff dengan tersenyum lebar.
Lagi-lagi wujud Rabe bertransformasi menjadi Labeouff, mulai dari gaya rambutku hingga setelan pakaiannya. Dirasa menguasai tubuh temannya, Rabe beraksi melawan manusia kanibal menolong pihak Howloff.
Situasi Howloff makin terdesak, ketika jumlah manusia kanibal semakin bertambah muncul menyerang pasukan pemburu vampir. Bahkan sampai ada pemburu vampir yang terpojok dan terkena gigitan manusia kanibal di bagian leher.
Siapapun yang terkena gigitan manusia kanibal, dampaknya akan bertingkah seperti orang gila yang sangat kelaparan. Ketika giliran Howloff dikepung, ditahan kedua kaki dan tangannya. Tiba-tiba Rabe datang menendang manusia kanibal yang mengepungnya.
Matanya terbelalak reaksi melihat anaknya Labeouff yang datang menolongnya, padahal itu adalah Rabe yang wujudnya menyerupai Labeouff.
“Labeouff?” Howloff keheranan dengan raut wajah bingung.
Rabe tidak menggubris ucapan Howloff, dia berfokus melawan manusia kanibal dengan tangannya sendiri. Kuku panjang tajam, terlihat urat-urat kulit wajahnya yang keluar. Howloff tidak menyangka jika melihat anaknya Labeouff yang perawakannya seperti vampir.
Menggigit musuhnya dengan gigi tajam yang berlumuran darah, mengoyak tubuh manusia kanibal memastikan bahwa musuhnya telah tumbang. Mata Howloff melotot, gemetaran dicampur ras deg-degan melihat wujud anaknya yang berubah menjadi vampir.
Howloff mendekati anaknya, dia pegang kedua telapak tangannya yang tampak kusut dan pucat. Mengelus rambutnya yang terasa kusut, rontok dan kering.
“Labeouff, kenapa kamu jadi seperti ini nak!” kata Howloff dengan gelagapan meraba kulit tubuh Rabe.
“Howloff, minggir!” ucap salah satu pemburu vampir yang membidik senapan ke arah Rabe.
Rabe mendorong Howloff sampai jatuh ke semak belukar, tetapi ketika Howloff baru bangkit,
“Hey, jangan tungg—”
Dorrrr
Labeouff sempat menghadang Rabe dari depan, raut wajahnya tersenyum setelah terkena peluru senapan perak di bagian punggung belakang. Cahaya merah dalam perutnya menghilang, wujud Rabe pun kembali normal menjadi manusia vampir berbulu kelelawar biru tepat ketika dilihat dengan mata kepala Howloff.
Rabe begitu ketakutan melihat dirinya yang ketahuan Howloff dan tubuh Labeouff didepannya yang jatuh tersungkur. Dia langsung mendadak kabur terbang mengepakkan sayapnya ke udara guna melarikan diri dari hutan hujan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments