Blood Of Moon Slaves
⚠️WARNING!!⚠️
NOVEL INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR, ADEGAN DEWASA DAN KEKERASAN🔞 JADI HARAP BIJAK DALAM MEMBACA YAA^^
Happy reading⬇️⬇️♥️
__________________________________________________________
Malam yang dingin menusuk kulit dan membuat siapa saja merapatkan diri ke dalam selimut, Belle sedang meringkuk di kasur miliknya dan tertidur lelap karena kelelahan.
Kota London sedang di terjang badai salju, musim dingin membekukan segalanya dengan hamparan selimut putih es di mana-mana.
Krietttt~
Suara kunci pintu yang terdengar dibuka paksa dari luar bergema namun menjadi samar karena suara angin dan badai salju yang turun malam itu. Sesosok bayangan kini terlihat jelas mengintai dari celah pintu yang dibuka paksa dengan susah payah, kaki nya melangkah masuk dan berhenti di samping ranjang. Sepasang mata itu mengamati Belle yang sedang terlelap, tangannya terulur menyibak selimut yang menutupi tubuh gadis itu.
"Indah" Bisiknya.
Tangan itu bergerak meraba tubuh yang sama sekali belum terbangun tanpa izin, mengamati setiap jengkal lekuk setiap pahatan dan bentuk. Cukup lama sebelum sang pemilik tubuh benar-benar terbangun.
"ALEX!!?" Belle terkesiap dan langsung bangun, gadis itu menarik selimut miliknya dan menutup seluruh badannya walaupun masih memakai baju lengkap. "Apa-apaan..CEPAT KELUAR DARI SINI!" Pekiknya keras.
Laki-laki tinggi itu hanya berdiri dan menyilangkan kedua tangannya di dada. "Pfft, kenapa? Lagi pula apa yang membuatmu sangat tidak ingin disentuh? Tingkahmu seperti manusia paling suci saja Belle, sampah sepertimu tidak pantas berbuat seperti itu" Sinis Alex dengan nada mengejek.
Belle melihat laki-laki itu dengan tatapan seakan ingin membunuh, walaupun sebenarnya memang begitu. Namun ia tidak bisa, diam dan melawan seperti sekarang adalah satu-satunya hal yang bisa ia lakukan.
"Keluar.." Ucap Belle dingin.
"Tch, jal*ng menyebalkan" Umpat Alex sambil keluar dan menutup pintu dengan keras.
Belle terdiam di atas kasurnya, tidak menangis, tidak juga menunjukkan sedikit pun emosi. Wajahnya datar dengan tatapan kosong menatap sekujur tubuhnya. "Menyedihkan" Desisnya pelan.
Ia sangat membenci laki-laki itu, Alex adalah cucu dari orang tuanya dan merupakan anak terakhir yang memiliki darah dari keluarga mereka selain Belle. Untuk sekarang mereka diasuh oleh wanita kepercayaan sekaligus kerabat dekat Ayahnya dulu bernama Lily, dan saat ini seluruh aset keluarga yang merupakan atas nama Belle masih dipegang oleh wanita itu. Semua aset dan kekuasaan akan sepenuhnya diberikan kepada Belle jika ia sudah berusia 19 tahun.
Harta dan tahta yang membuat Alex sangat membenci Belle, ia sangat ingin menghancurkan gadis itu. Untuk kehancuran Belle sendiri sudah cukup besar setelah seluruh keluarganya terbunuh karena pembantaian yang terjadi saat ia masih sangat kecil, lalu Alex datang dan menjadi mimpi buruk hingga lengkap sudah kehancuran manis untuknya.
"Sshhh" Belle mencengkram rambutnya karena nyeri yang menusuk di kepalanya mulai menyiksa.
Dingin memang merupakan musuh terbesarnya, tubuhnya sangat lemah saat kedinginan. Kulit putihnya terlihat semakin pucat, bulir air mata mulai mengalir membasahi manik merah darah yang terlihat bercahaya di wajahnya yang putih dan pucat.
Gadis itu menangis, walaupun ia menahan air mata nya mati-matian namun tubuhnya tidak bisa berbohong untuk bereaksi saat merasakan sakit. Tidak ada suara, air matanya tidak berhenti mengalir dengan kedua tangan yang memukul kepalanya berulang-ulang berharap bisa mengusir rasa sakit itu.
Tidak ada, tidak ada perubahan sedikit pun. Sakit yang menyiksa tetap saja sama seperti menggerogoti isi kepalanya. Gadis itu terpaku sebentar menatap pisau kecil di meja riasnya, yang ada di pikirannya sekarang hanyalah ingin mengambil pisau itu lalu mengakhiri semuanya. Persetan dengan umurnya yang dalam hitungan hari sudah sampai 19 tahun dan ia bisa bebas karena memiliki kekuasaan, ia sudah tidak memikirkan itu dan hanya ingin mengakhirinya sekarang juga.
Srettt!!
Satu sayatan dan darah segar mengalir dari pergelangan tangannya, ia membaringkan tubuhnya di atas lantai yang dingin. Membiarkan darahnya keluar dan menunggu waktu mati karena kehabisan darah, lagi pula seluruh badannya sekarang seperti sudah mati rasa dan tidak bisa membedakan lagi rasa sakitnya ada dimana saja. Sakit, sakit karena perasaannya yang terluka dan tubuhnya yang lemah sudah tidak ada bedanya. Rasanya seperti meminum racun dan terbakar dari dalam lalu dikuliti dari luar. Sempurna.
Dingin, matanya menatap salju yang turun dari luar balkon kamarnya yang mengarah langsung ke taman pribadi miliknya. Setidaknya itu adalah pemandangan indah yang bisa dilihatnya sebelum mati.
Meongg! Meowww! Meowww!
Suara kucing yang begitu keras di luar sana mengalihkan perhatiannya, itu adalah tangisan seekor kucing. Suara yang terdengar sangat dekat dan sepertinya dari taman miliknya, ia ingin melihat kesana namun tubuhnya sudah mulai lemas karena kehilangan banyak darah.
"Mahluk kecil yang kesakitan.. Kenapa kau menangis" Lirihnya.
Dengan susah payah ia bangun dan berjalan keluar dari balkon kamarnya, taman kecil yang berada di balkon lantai dua rumahnya itu tertutup salju. darahnya yang terus menetes memberi warna bercak merah di atas salju yang putih.
Belle melihat seluruh taman kecil itu dengan pandangan yang sudah mulai kabur, konyol sekali di ujung hidupnya ia masih berusaha menolong seekor kucing di tengah hujan salju fikirnya. Namun tidak apa, setidaknya hanya ia yang akan mati malam ini di sini.
Di samping mawar-mawar merah yang tertutup salju, terlihat gundukan berwarna hitam. Tentu saja itu adalah pemilik suara yang sejak tadi ia cari, ia hafal dengan seluruh isi taman miliknya dan akan mengenali jika ada benda asing disana.
dengan susah payah ia mengangkat kucing itu lalu memeluknya dan kembali ke balkon kamar yang hanya beberapa langkah saja, ia ingin membawa kucing itu kembali ke kamarnya namun belum sempat melangkah masuk badannya sudah ambruk karena kesadarannya yang menipis. Kucing hitam itu juga berlumuran darah, nafasnya berat dan matanya sudah menutup.
"Pfft..s-sepertinya kita akan mati ya" Desis gadis itu lirih.
Mereka sama-sama sekarat, baik Belle maupun kucing itu. Ia merengkuh tubuh mungil yang menggigil itu kedalam pelukannya dengan tangan yang berlumuran darah, pandangannya semakin memudar. Pudar, hingga semuanya menjadi gelap.
Belle sudah sepenuhnya hilang kesadaran walaupun jantungnya masih berdetak pelan, semua tampak seperti akan berakhir. Namun itu bukanlah akhir.
Darah yang mengalir dari tangannya menetes ke mulut kucing hitam di pelukannya, tubuh hewan kecil yang menggigil itu perlahan tenang. Lidahnya mengecap cairan asin yang menetes dari pergelangan tangan Belle, mata kucing itu terbuka. Biru sapphire yang bercahaya di gelap malam, hewan berbulu itu perlahan bangun dan menjilati luka di tangan Belle.
Kucing itu duduk anggun menatap wajah pucat gadis di hadapannya bergantian dengan pergelangan tangan yang tadi mengeluarkan darah namun sekarang sudah bersih dan tidak ada luka sama sekali di sana, bayangan kucing itu membesar, semakin besar hingga terbentuk bayangan manusia.
Ya, kini seorang lelaki berdiri menatap Belle yang sedang berada diantara hidup dan mati. Untuk sekarang sebut saja tubuhnya sedang koma, gadis itu sepenuhnya masih hidup dan bernafas hanya saja kehilangan kesadaran walaupun benar-benar hampir mati.
Laki-laki itu mengangkat tubuh pucat Belle dan membawanya masuk ke kamar, meletakkannya di atas ranjang dan membalut tubuh itu dengan selimut.
"Sayang sekali kau gagal mengakhiri hidupmu, dan sepertinya kau akan terus hidup lebih lama lagi ya? Nona" Bisik suara berat yang mengalun bagai menyatu dengan dinginnya malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Queen'sleeve
Alex ank babik
2022-11-24
2