"Tunggu..Jadi maksudmu kau akan tinggal di sini?!" Belle bertanya dengan tatapan seperti tidak terima.
"Lalu aku harus tinggal dimana lagi? Kau adalah inangku dan tentu saja aku akan tinggal bersamamu" Sahut Luoise santai.
Belle terlihat gelisah, sebenarnya tidak masalah jika Luoise tinggal disini. Toh, ia juga tinggal sendiri. Ada banyak sekali kamar kosong di dalam rumah besar ini, Luoise bahkan bebas ingin tinggal di ruangan yang mana saja.
"Ah terserah saja, tinggal saja di ruangan mana pun kau mau," Ucap Belle pasrah, "Oh benar juga, lantai tiga rumah ini tidak terpakai, aku bahkan sudah lebih dari satu bulan ini tidak pernah naik kesana, kau bisa tinggal disana" Tambahnya.
Luoise mengangguk paham, ia tidak menyangka jika gadis itu menerimanya lebih cepat dari perkiraan.
"Terimakasih" Ucapnya datar.
Belle tidak menghiraukan perkataan laki-laki itu dan beranjak bangun dari kasurnya, "Kemarilah, akan aku tunjukkan ruangan milikmu" Ucapnya sambil melenggang keluar pintu.
Luoise mengikuti gadis itu seperti anak anjing yang mengekor majikannya, bercanda.
"Rumahmu cantik" Celetuk Luoise di sela-sela langkahnya.
Belle menoleh sebentar kearah Luoise, "Bibi bilang Ayahku dulu sangat menyukai seni, dia merancang sendiri rumah ini," Belle berhenti sebentar di depan anak tangga menuju lantai tempat tujuan mereka, "Cantik, pfft..Tentu saja, itulah alasan kenapa aku masih berada disini" Belle melanjutkan langkahnya menaiki deretan anak tangga.
Di sepanjang dinding dipenuhi dengan lukisan-lukisan yang merupakan karya Ayah Belle sendiri, rumah itu memang seperti kastil kecil yang indah.
"Kau bisa tinggal disini" Ucap Belle sambil membukakan pintu yang merupakan satu-satunya akses masuk ke lantai tiga.
Luoise terkesima, bangunan itu benar-benar membuatnya takjub. Sebagai seorang bangsawan yang pastinya sudah terbiasa dan dikelilingi oleh barang dan semua hal yang berkaitan dengan seni, ia terpana dengan tempat ini. Rasanya seperti tidak ada bedanya dengan rumahnya sendiri.
"Indah sekali" Takjub Luoise.
Bangunan di lantai tiga itu memang lebih kecil dari bangunan lantai yang ada di bawahnya karena di sana merupakan bagian atap, Belle sendiri tinggal disalah satu kamar di lantai dua yang juga sangat luas hingga membuat ruangan itu benar-benar tidak terpakai sama sekali. Mengagumkan mengingat fakta gadis itu betah tinggal sendiri di rumah besar seperti ini.
"Hari ini Bibiku akan datang kesini, kau tau apa yang harus kau lakukan untuk menyelamatkan dirimu sendiri bukan?" Ucap Belle sambil membukakan pintu kamar yang ada di ruangan itu.
"Tidak usah menghawatirkan itu, aku bukan monster yang datang dari dalam gua" Jawab Luoise ringan.
Belle berdecih pelan, "Kau bisa tinggal di sini, jika ingin makan turun saja ke bawah," Gadis itu beranjak ingin pergi namun langkahnya terhenti dan membalikkan badan, "Tunggu, apa kau..Pakaianmu.." Ucapnya ragu sambil melihat Luoise dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Ya aku hanya punya ini" Luoise menghela napas berat.
"Uhmm baiklah..Nanti aku akan mengurusnya, uangku cukup untuk membelikanmu segudang setelan baju bermerk" Ucap Belle sambil melenggang keluar pintu.
Krieettt~ Blamm~
Suara pintu itu agak brutal karena usianya sudah tua, Luoise bergidik karena benda itu sungguh tidak elegan dimatanya.
Hening, Ia berdiri di tengah-tengah ruangan kamar baru yang dipinjamkan oleh inangnya, yaitu Belle. Luoise membuka satu kancing kemejanya di bagian leher, melonggarkan kerah pakaiannya agar lebih leluasa.
"Menyedihkan" Lirihnya.
Ia membuka kancing kemejanya satu persatu, di depan cermin besar ia bisa melihat badannya. Sebuah tanda hitam besar seperti akar yang saling melilit berbentuk bulan sabit terpampang jelas di dadanya, terlihat sangat jelas pada kulit putihnya yang pucat.
Luoise meraba tanda itu, wajahnya terlihat gusar. Tanda itu adalah semacam segel kutukan yang muncul jika seorang Demon kehilangan kekuatannya, dan ia sekarang adalah salah satu dari para demon itu. Akan sangat berbahaya sekali jika ada demon lain yang melihat dan mengetahuinya, kemungkinan para penerima tanda itu akan segera dibunuh atau pun menjadi incaran untuk hal yang kejam sangat lah besar.
Luoise menghela napasnya dengan kasar entah untuk yang ke berapa kalinya, untuk sementara ia hanya akan bersembunyi di sini dulu bersama dengan inangnya hingga kekuatannya kembali pulih. Ya, hanya itu yang bisa ia lakukan.
**
Belle turun kebawah dan kembali ke kamarnya, sesaat setelah menutup pintu ia berjalan dan duduk di depan meja rias miliknya.
Sebenarnya masih agak sulit mencerna atau pun mempercayai apa yang terjadi padanya sekarang, Belle meraba leher mulusnya yang bersih tanpa bekas luka sedikit pun. Padahal Luoise menggigitnya tepat di sana lalu menghisap darahnya sampai rasanya ia ingin mati saja, nyawanya benar-benar seperti sedang ditarik keluar secara paksa dari raganya.
Membayangkan bahwa ia harus memberi Luoise darah dengan cara seperti itu lagi membuatnya bergidik ngeri, "Apa tidak ada cara lain selain menggigitku?! Akhhh ayolahh!" Frustasi Belle.
Belle kembali berdiri, ia berjalan keluar kamar dan bergegas menuju lantai tiga tempat Luoise berada.
Brakkk!
Suara pintu dibuka cukup mengganggu telinga orang yang menyukai ketenangan, bahkan Belle sendiri kaget padahal ia sendiri yang membuka pintunya. Sesampainya di sana, gadis itu langsung berjalan menuju kamar Luoise, mengetuk pintunya dan langsung masuk, "Dengar, ada yang ingin aku tanya..Akhhhh!" Belle segera membalikkan badan sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, "DIMANA PAKAIANMU?!" Jeritnya.
Luoise tertegun, ia berjalan santai mengambil mantel yang menggantung di samping lemari dan memakainya, "Aku ingin mandi, lagi pula kenapa kau masuk tanpa permisi lebih dulu?" Luoise berjalan dan berdiri tepat di hadapan gadis itu.
"Buka matamu, aku sudah memakai mantel" Ucap Luoise sambil mengamati Belle yang sekarang terlihat seperti bocah ketakutan dan menutup matanya karena takut melihat hantu.
Belle membuka jemarinya perlahan dan langsung melepaskan tangannya ketika melihat Luoise sudah memakai mantel dan menutup badannya. Ya, tadi laki-laki itu hanya memakai celana. Sebenarnya Belle hanya melihat punggungnya saja, namun karena sepanjang hidupnya Belle tidak terbiasa dengan laki-laki maka tentu saja reaksinya akan seperti itu.
"Ekhmm..Maaf, aku buru-buru tadi" Cicit Belle.
Luoise mengangkat sebelah alisnya heran, "Memangnya apa yang membuatmu tergesa-gesa seperti itu?"
Belle mundur beberapa langkah, menjauh dari Luoise yang berdiri sangat dekat dengannya.
"Soal kau yang membutuhkan darahku, apakah tidak ada cara lain untuk mengambil darah dari tubuhku tanpa harus melukaiku seperti tadi? Ayolahh rasanya sangat menyakitkan!" Protesnya kesal.
Luoise terlihat berpikir sejenak, "Sebenarnya ada saja, tapi.."
"Tapi apa?!" Potong Belle.
"Tapi aku tidak yakin kau mau memakai cara itu" Sambung Luoise.
Dahi Belle mengkerut, "Apa? Memangnya cara seperti apa? Jika tidak menyakitkan aku tidak masalah" Ucapnya tidak sabar dengan wajah frustasi.
"Yah..hanya saja itu agak tidak sopan, Nona.." Jelas sekali terlihat keraguan di wajah laki-laki itu.
"Seperti apa?!" Paksa Belle.
Luoise hanya diam menatapnya tanpa suara, hal itu membuat Belle frustasi. Gadis itu kehilangan kesabarannya, ia benar-benar ingin menyembur laki-laki itu agar mau bicara.
"Kenapa kau suka sekali membuat aku harus mengulangi pertanyaan yang sama?! Apa kau tidak bisa bica..Hmphhh!"
Belum sempat ia selesai bicara, Luoise menarik gadis itu dan menciumnya. Ya, "menciumnya". Laki-laki itu mencium Belle tepat di bibir ranumnya, bukan sekedar kecupan. Namun benar-benar ciuman yang diiringi dengan ******* lembut olehnya. Ya, cara yang dimaksud Luoise tadi adalah lewat ciuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments