JUAL DIRI
"Berapa satu bulan?"
Laki-laki tampan, dengan tinggi badannya yang mungkin mencapai seratus delapan puluh lebih itu, dengan badan kekar dan berotot, walau dibalut jas kerjanya itu menawar langsung.
"Biasanya kita sekali pakai tuan. Bukan bulanan. Kalau anda mau bulanan, beda lagi harganya."
Seorang laki-laki dan perempuan yang duduk di salah satu kursi di dalam restoran Jepang itu menjawab, wanita cantik, manis, dengan dress merah yang duduk di sebelahnya hanya diam mendengarkan mereka berdiskusi.
"Hitung saja. Saya mau bulanan, dia selalu ada kapan pun saya butuh. Masih virgin kan? Saya gak mau yang bekas?"
Dia duduk dan baru menunjuk wanita berdress merah itu. Namanya salsa. Salsa memandang dua orang yang mau memberikan dia pekerjaan.
"Kami sudah melakukan tes ke klinik. Dia masih virgin." Yang wanita menjawab.
"Ok, berapa jadinya saya transfer full satu bulan."
Dua orang yang duduk berdamping itu terlihat sedang berdiskusi. Sampai keluar kesepakatan dari mulut mereka, kalau mereka mau satu hari 100 juta, artinya tiga puluh hari, 300 juta.
"Lima ratus kalau mau?" Kata wanitanya.
"Ok."
Laki-laki itu mengeluarkan ponselnya. Dia mentransfer sejumlah uang yang disebutkan.
"Sudah masuk tuan."
Laki-laki berkaca mata itu menerima satu pesan di ponselnya. Dia menunjukkan layar ponselnya.
"Bisa ikut saya sekarang kan? Saya butuh dia?"
Namanya Mattew, dia seorang pengusaha real estate terkenal. Usianya hampir tiga puluh tahun.
"Iya silakan tuan. Sa, ikut ya." Kata sang wanita.
"Iya kak." Salsa hanya mengangguk.
Mattew jalan lebih dulu. Salsa mengikuti Mattew keluar dari restoran. Di depan ada mobil alfard hitam. Seorang pelayan, laki-laki, berdiri di depan mobil itu, di samping mobil itu, dia membukakan pintu mobil itu. Menunduk mempersilakan Mattew masuk ke mobil.
"Ladies firs."
Mattew malah menyuruh salsa untuk masuk lebih dulu. Salsa mengangguk dan masuk ke mobil lebih dulu. Setelahnya baru Mattew yang masuk.
"Ke hotel ya pak." Katanya kepada sang supir di depan. Pelayan laki-laki satunya, seperti pengawal, dia masuk mobil dan duduk di sebelah supirnya.
"Baik tuan." Jawab sang supirnya.
Sepanjangan jalan Mattew dan salsa hanya diam. Suasana di dalam mobil sangat canggung untuk salsa. Salsa memilih melihat keluar kaca mobil, menikmati pemandangan. Entah dia mau diajak kemana. Salsa harus menurut.
"Kamu sudah siap kan?"
Salsa gugup. Dia menoleh menatap laki-laki yang pertama membuka pembicaraan di dalam mobil itu. Salsa hanya mengangguk.
"Butuh sesuatu? Tadi sudah makan di restoran belum?" Tanya dia lagi, dia menatapku.
"Boleh ke supermarket sebentar tuan?" Tanya salsa dengan gugup.
"Boleh."
Mattew meminta supirnya untuk mencari supermarket terdekat. Tak lama mereka menemukannya. Salsa turun, Mattew meminta pengawalnya untuk mengikuti salsa.
Salsa yang mau mengambil beberapa barang wanita, barang pribadi, malu melihat pengawal Mattew yang terus mengikutinya. Dia mau mengambil sikat gigi, pasta gigi dan yang lainnya, seperti pewangi untuk organ intimnya.
“Tuan, boleh tidak balik badan dulu. Saya mau ambil sesuatu malu.”
Salsa terpaksa mengatakannya kepada sang pengawal Mattew. Dia mengangguk dan langsung membalikkan badannya, tak melihat apa saja yang diambil Salsa. Selesai Salsa belanja, dia menuju ke kasir. Pengawal Mattew lagi-lagi berdiri di dekat Salsa. Salsa sedikit risih.
“Jangan dekat-dekat dengan nona saya.”
Salsa terkejut, tiba-tiba saja pengawal Mattew mengatakan itu. Ada apa? sampai semua orang yang ada di sana, yang sedang mengantri, bahkan penjaga kasirnya melihat kearah Salsa. Bagi Salsa, yang tak pernah dilakukan seperti itu, bukankah ini memalukan.
“Ada apa?” tanya Salsa kepada pengawalnya.
“Dia tadi mau mencolek pantat nona.” Katanya.
“Tidak! Gila ya kamu, main tuduh begitu saja.” laki-laki muda itu marah dan pergi.
“Biar saya kejar nona. Dia kurang ajar, kalau nona tak percaya kita bisa lihat rekaman cctvnya.”
Pengawal itu mau mengejar laki-laki tadi. Tapi Salsa langsung menarik bajunya, menahan dia. Tak perlu diperpanjang lagi, takut Mattew juga menunggu mereka terlalu lama. Pegawal itu diam menurut dengan perintah salsa. Salsa tidak bawa uang, dia melirik pengawalnya. Pengawalnya memberikan kartu milik Mattew yang diberikan kepada dia tadi, Mattew lupa memberikannya kepada Salsa. Setelah selesai berbelanja mereka kembali ke mobil.
“Sudah?”
Sejak tadi Mattew main ponsel. Melihat beberapa laporan kantor dan yang lainnya.
“Iya, sudah tuan.”
Salsa kembali duduk di samping Mattew. Mereka melanjutkan perjalanan ke hotel pribadi milik Mattew. Hotel di pusat kota yang terkenal. Hotel itu memiliki seratus lantai. Salsa yang baru turun dari mobilnya melirik sampai keatas, takjub melihat hotel itu dari dekat. Dia selalu lewat di depan hotel itu, tak menyangka kalau sekarang bisa masuk.
Salsa jalan di belakang Mattew, di belakang Salsa ada pengawal Matter. Mereka naik lift pribadi untuk menuju ke lantai seratus. Tak ada orang, sepi satu lantai.
“Ini tempat pribadi saya. Tak ada yang saya bolehkan ke sini. Jadi kalau kamu nanti butuh sesuatu, telelpon dengan telepon hotel saja.”
Salsa hanya mengangguk-angguk dengan penjelasan yang diberikan mattew sambil jalan menuju ke ruangan. Melewati lorong-lorong. Hingga terlihat pintu paling besar diantara ruangan yang lain.
Pengawal mattew mendahului. Dia membukakan pintu untuk mattew. Mattew mempersilakan Salsa masuk.
“Ke kamar, siap-siap. Saya mau melakukannya sekarang. Kamu bisa kan? tahu caranya kan?” dia tiba-tiba berbalik menatap Salsa. Salsa yang sedang jalan mengikuti dia, tiba-tiba berhenti.
“Iya. Saya sudah melihat vidio-vidionya.” Salsa tak berani menatap mata mattew.
Mattew mengangguk puas. Dia menyuruh Salsa untuk menunggunya di kamar. Dia akan datang dan memakai salsa kalau kembali nanti. Salsa pun masuk ke kamar. Dia ke kamar mandi, menyemprot badannya dengan parfum badan, menggunakan segala wewangian. Padahal tubuhnya sendiri sudah mandi. Menyikat gigi dan mengganti pakaiannya dengan lengire seksi yang sudah disiapkan di lemari. Banyak sekali lengire di sana. Salsa memilih yang warna merah.
Dia gugup menunggu kedatangan Mattew. Sampai pintu yang sejak tadi itu tertutup, kini pintunya terbuka. Dari balik pintu terlihat Mattew yang masih memakai baju lengkap. Dia berjalan masuk dengan kerennya, melepas jasnya, lalu mendekati Salsa, mendorong tubuh salsa perlahan ke atas ranjang. Mattew melepaskan kardigan merah yang Salsa pakai, membuat lengan dan bahu Salsa terekpos sempuran.
“Indah.” katanya.
Mattew mulai menciumi seluruh badan salsa, dari mulai bahunya, hingga ke lehernya dan bibirnya.
"Saya mau masuk."
Mattew tak bertanya. Dia lebih memberitahu salsa harus bersiap. Salsa juga sudah terlalu menikmati permainan Mattew, dia mengangguk begitu saja.
Keduanya menikmati permainan diatas ranjang bersama.
Salsa melengguh keenakan, mendesak yang membuat Matter menyunggingkan senyum puasnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments