Vina ingin sekali mendapatkan cinta dan perhatian Matt. Dia baru saja sampai di butik, tempat dia bekerja dan berbisnis.
Ada beberapa tamu yang datang untuk memesan dan mengukur baju mereka. Tapi Vina tak bisa konsen.
"Tante, Matt kenapa sih? Itu kan sudah kejadian lama."
Vina memberikan pekerjaan ini kepada bawahannya. Dia malah mengobrol dengan Tante Merry, kedua orang tua Vina sudah meninggal, tinggal Tante Merry yang ada untuk dia. Dia adalah sahabat mendiang mamanya, sudah seperti mama sendiri untuk Vina.
"Dia juga bisa menyayangi Michele, kenapa aku tidak?" Tanya Vina lagi.
"Kamu pernah ke kantornya? Membuatkan makan siang, memasak di rumah, atau layaknya seperti seorang istri yang manis?" Tanya balik Tante Merry kepada Vina.
Vina menggeleng, dia baru sadar, kalau dia tak pernah melalukan itu.
"Apa harus melakukannya Tante?"
"Tentu. Coba ke kantor dan beri kejutan kepada Matt."
Vina mengangguk dengan saran yang diberikan Tante merry. Dia pun pamit kepada Tante Merry, menitipkan butiknya kepada Tante Merry. Mencium pipi Tante Merry.
"Sukses ya sayang." Teriak Tante Merry menyemangati Vina yang lari keluar butik.
"Iya Tante. Makasih Tante, doain ya." Vina tak kalah teriak menjawab Tante Merry. Dia senang sekali.
Vina mengendarai mobilnya Sendiri menuju ke kantor sang suami, kantor Matt corporation. Tapi di tengah jalan dia terpikir dengan ucapan Tante Merry, mungkin sekalian membawakan makan siang untuk Matt. Vina ke restoran tempat dia biasa makan. Restoran kesukaan dia, favoritnya.
"Tapi Matt suka makan apa ya?"
Bahkan setelah tujuh tahun hampir bersama. Vina tak tahu apa makanan dan minuman yang Matt suka. Dia sudah sampai di depan restorannya, baru saja masuk dan melihat menu. Tapi tak tahu apa yang harus dia pesan untuk Matt.
"pizza hut double Stuffed Crust Jumbo. Dengan saos pedas ya mbak." Kata Vina kepala pelayan yang menghampirinya.
"Sama dua cola dingin. Dibawa pulang ya mbak." Ujar Vina lagi.
"Baik nyonya. Tunggu sebentar." Pelayan itu pergi.
Vina pikir semua orang suka pizza, jadi dia membeli pizza dan minuman cola saja dua, untuk dia dan Matt. Tak lama pesanan Vina datang. Dia bergegas ke kantor Matt lagi, mengendarai mobilnya dengan penuh bahagia, membayangkan kalau Matt akan suka kejutan dia datang dan membawakan makanan. Berharap Matt bisa memaafkan dia dan memberikan kesempatan untuk dia.
Baru dia tahun ini Vina sadar, kalau dia mulai ingin memiliki Matt seutuhnya. Mencintai Matt, selama ini dia hanya main laki-laki di luar sama. Tapi dengan matt, itu berbeda. Satu tahun belakanganya Vina ragu, tapi kali ini, Vina mulai cemburu ketika tahu Matt juga suka main cewek dibelakang dia.
Vina tak mau lagi main laki-laki di belakang Matt, dia juga tak mau Matt main perempuan di belakang dia.
Mobil Vina berhenti di depan kantor Matt. Dia membawa pizza dan minumannya, masuk ke kantor Matt. Semua karyawan yang melihat Vina langsung menunduk memberi hormat. Ada yang bilang, tumben Vina ke sini. Tumben sekali istri bos ke kantor.
"Selamat siang nyonya."
Banyak juga yang menyapa. Vina tak perduli dengan tatapan aneh mereka. Vina hanya jalan lurus ke ruangan Matt.
"Dimana ruangan Matt?" Vina bertanya pada salah satu karyawan yang ada di depan lift. Vina yakin pasti ruangan Matt ada di atas kan. .
"Diatas nyonya. Mau saya antar?" Kata karyawan itu kepada Vina.
Vina mengangguk. Karyawan itu pun membantu membawakan makanan yang Vina bawa. Dia memencetkan tombol liftnya untuk menuju ke lantai dimana ruangan Matt berada. Hingga liftnya terbuka.
"Silakan nyonya."
Pelayan itu mempersilakan Vina untuk keluar dari lift yang sudah terbuka. Setelah dia keluar dan menunjukkan kembali ruangan Matt.
"Tuan Matt di ruangan?" Tanya karyawan itu kepada karyawan wanita yang berjaga di depan ruangan Matt.
"Sedang meeting di ruang meeting." Kata pelayan itu.
"Nyonya, mau kita panggilkan atau mau menunggu di ruangan tuan Matt saja nyonya?" Tanya pegawai itu kepada Vina.
"Di dalam saja. Saya ingin memberi kejutan. Jangan bilang tuan Matt ya."
"Baik nyonya."
Mereka membantu Vina masuk ke dalam ruangan Matt. Menaruh kotak pizza-nya dan kantong minuman itu di atas meja kerja Matt. Keduanya pamit undur diri, mereka keluar dari ruangan Matt dan meninggalkan Vina sendiri di sana.
***
Matt sedang meeting. Karena bertemu dengan salsa, karena mencium bibir salsa. Dia jadi kembali semangat. Sekertaris Matt yang awalnya pusing, bagaimana menjadwalkan ulang meeting yang sangat penting hari ini jadi bisa bernafas lega.
"Baik. Terimakasih meeting hari ini. Saya akhiri di sini. Permisi, selamat siang dan selamat menikmati makan siang kalian." Kata Matt meninggalkan ruangan.
"Selamat siang pak." Mereka ikut berdiri dan menunduk, memberikan hormat kepada Matt.
Mereka saling menatap heran. Aneh sekali, hari ini Matt beda sekali. Mungkin dia sedang bahagia. Mereka juga ikut senang. Biasanya kalau sudah bilang tidak mood, karyawan akan dimakan habis-habisan. Tapi untungnya ini tidak.
Matta keluar dari ruangan dengan sekertaris laki-laki dan perempuannya. Mereka mengikuti Matt, yang perempuan memberitahu pekerjaan Matt selanjutnya. Sampai Matt masuk ke dalam ruangannya.
"Hai sayang."
Matt kaget melihat Vina ada di ruangan dia. Di kantor dia, untuk apa? Ada acara apa? Vina lari memeluk Matt. Dia merangkulkan kedua lengannya di leher Matt. Cup! Vina mencium bibir Matt begitu saja di depan kedua sekertarisnya. Matt merasa kesal, bukannya senang. Matt mengangkat tangannya, meminta keduanya untuk pergi dari ruangan dia.
Semua orang tahu kalau hubungan Matt dan Vina itu baik. Matt mencoba menjaga itu. Tapi dia tak suka seperti ini. Dia mendorong Vina dari hadapannya.
"Saya tidak suka kamu main cium saya tanpa seizin saya."
Matt berjalan mendekati meja kerjanya. Dia membuka kotak pizza yang Vina taruh di meja kerjanya. Dia mengambilnya dan menaruhnya di meja yang lain.
"Saya juga tidak suka ada makanan di meja kerja saya. Banyak file penting, kalau sampai kotor dan rusak kamu mau bertanggung jawab?"
"Maaf sayang. Aku gak tahu. Tapi kan gak tumpah juga, nanti aku minta cleaning service untuk membersihkan meja kerja kamu."
Matt duduk di sofa. Dia membuka kotak pizzanya. Vina menggunakan kesempatan itu untuk memeluk Matt dari belakang. Matt yang sedang makan pizza langsung melepaskan tangan Vina yang memeluk lehernya.
"Saya sedang makan, kamu tidak tau sopan santun? Tidak tahu tata Krama?"
"Dan lagi, saya tidak suka makanan pedas. Ini terlalu pedas."
"Jangan pernah berharap hubungan kita akan menjadi normal setelah ini. Saya tidak suka memiliki barang bekas."
Matt pergi meninggalkan Vina. Moodnya kembali hancur. Pikiran Matt hanya tertuju kepada salsa.
"MATT." Vina kesal sekali. Dia berteriak memanggil Matt. Hatinya sakit sekali dengan ucapan Matt. Barang bekas?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Dewi Fuzi
harusnya Vina tau batasnya memang dari awal dia yg salah dan jgn seolah-olah matt yg harus mengalah itu egois Vina
2024-08-29
0