The Villainess Decided To Be Happy

The Villainess Decided To Be Happy

New World

"Semuanya sudah selesai?" wanita cantik itu bertanya.

"Sudah, kau bisa pulang sekarang," bawahannyay membaas.

"Biar aku ingatkan, di sini aku bosnya," wanita cantik itu menggerutu pelan.

suara tawa memenuhi ruangan yang sepi itu, Kim Hye-rin, CEO muda itu menatap temannya dengan jengah.

"Ah, sudahlah, aku lelah," Hye-rin bangkit dan meninggalkan temannya yang masih sibuk meredakan tawanya.

Hye-rin turun ke parkiran, ia masuk ke mobilnya lalu mulai menjalankannya perlahan, meninggalkan gedung perusahaannya yang sudah gelap. Lampu lalu lintasmenyala merah, membuat Hye-rin menghentikan mobilnya, ia mengatur musik di mobilnya sebentar sebelum mobilnya dihantam dengan keras dari belakang.

Hye-rin terrpental, airbag di mobilnya mengempang, ia bisa merasakan kaca mobilnya pecah dan beberapa serpihannya mengenai wajah dan tubuhnya. Seluruh tubuhnya terasa sakit, kakinya mati rasa, beberapa saat kemudian, hanya butuh beberapa detik sampai mata Hye-rin tertutup sempurna.

"Ah, sial sepertinya aku akan mati!"

*

Hye-rin perlahan membuka matanya, membuat wanita berpakaian maid di sampingnya langsung mendekatinya.

"Yang mulia, Anda sudah sadar? Apa ada yang sakit,"

Hye-rin terdiam beberapa saat.

"Siapa?" tanyanya dengan suara pelan.

"Yang mulia, ini saya, Doreen," jawab Wanita itu dengan wajah paniknya.

Hye-rin duduk perlahan, ia menoleh dan terkejut melihat pantulan wajahnya di cermin besar yang ada di samping tempat tidurnya. Ia itu langsung melompat turun dan berlari ke depan cermin, tangannya menyentuh wajah mungilnya.

Astaga, bukannya aku tadi barusan kecelakaan? Apa ini? Wajah siapa ini? Dan lagi kenapa aku sangat kecil, sepertinya ini tubuh anak berusia tujuh tahun, tapi siapa? Kenapa juga aku bisa masuk ke dalam tubuhnya? batin Hye-rin kaget.

"Yang mulia, Anda baik-baik saja? Apa perlu saya panggilkan Dokter?" tanya Doreen panik.

Pintu kamar terbuka, dan seorang lelaki berpakaian prajurit masuk dengan wajah cemas.

"Doreen, apa yang terjadi?" tanya lelaki iu.

"Hei, kalian siapa? Ada apa dengan pakaian aneh kalian itu?" Hye-rin bertanya frustrasi.

"Doreen, panggil dokter, sepertinya ada yang salah dengan Tuan putri," titah lelaki itu.

Doreen berlari keluar, ia kembali beberapa saat kemudian bersama seorang dokter dan dua orang lelaki yang memiliki wajah yang mirip dengan Hye-rin. Pakaian mewah keduanya membuat Hye-rin tertegun beberapa saat, ia kesal karena ia sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di sini.

"Tuan putri, berbaringlah sebentar, biar saya periksa," pinta dokter sambil membungkuk.

"Astaga, sedari tadi kenapa kalian terus memanggilku Tuan putri?!" Hye-rin berseru kesal.

"Suzanne, kau ... tidak ingat apa pun?" laki-laki yang datang bersama Doreen.

Suzanne? sepertinya aku pernah mendengar nama itu, tapi di mana? batin Hye-rin kebingungan.

"Suzanne? Namaku Suzanne?" Hye-rin bertanya pelan.

"Ya, benar Tuan putri, Anda Suzanne Dawson, satu-satunya putri di kekaisaran Windfall," jawab Doreen sopan.

Hye-rin tertegun, sekarang ia ingat di mana ia pernah mendengar nama Suzanne. Ya, itu adalah nama karakter favoritnya dalam novel favoritnya dulu, dan ia merupakan tokoh antagonis yang berakhir menyedihkan.

Sial, bukannya pergi ke surga, aku malah masuk ke dalam tubuh antagonis batin Hye-rin sebelum tubuhnya ambruk ke lantai.

*

Suzanne membuka matanya perlahan, ia melihat dua orang yang tidak ia kenal berdiri di sampingnya dengan wajah cemas.

"Sudah sadar? Ada yang sakit?" lelaki paruh baya di sampingnya bertanya dengan cemas.

"Ah, aku baik-baik saja," jawab Suzanne pelan, "Kalian siapa?" tanya Suzanne.

Keduanya tersenyum kecut, mereka saling tatap beberapa saat lalu duduk tepat di sebelah Suzanne.

"Ini papa sayang, ini kakakmu Oliver,"

Suzanne ingat, di novel ayah Suzanne adalah kaisar Taylor Dawson, kaisar yang terkenal krena kegilaannya dalam berperang, juga sihirnya yang tak terkalahkan. Putra pertamanya Crown Prince Oliver Dawson, pewaris tahta kekaisaran, yang juga merupakan seorang sword master yang sangat hebat. Keduanya seharusnya membenci Suzanne dan membiarkannya mati terbunuh, lalu sebenarnya kenapa mereka saat ini justru terlihat sangat menyayangi Suzanne?

"Ini, tahun berapa?" tanya Suzanne pelan.

"Tahun 512 kalender kekaisaran, ada apa? Apakah kau mengingat sesuatu?" tanya Oliver balik.

Tahun 512 artinya sekitar empat tahun sebelum novel di mulai, apakah saat ini mereka belum membenci Suzanne? Tapi kalau begitu apa alasan mereka akhirnya membenci Suzanne? Ah benar juga, Suzanne dibenci karena sihirnya yang lepas kendali dan tanpa sengaja membunuh adiknya, yang artinya, saat ini adik Suzanne masih hidup kan? Di mana dia? batin Suzanne bertanya-tanya.

"Anne, kau baik-baik saja?" tanya Oliver cemas karena melihat raut frustrasi Suzanne.

Suzanne tersenyum kecil, "ah, iya aku baik-baik saja, kakak?"

Oliver tersenyum senang, "Benar, aku kakakmu,"

"Kalau begitu panggil aku Papa seperti biasanya Anne," titah Kaisar Taylor.

"Papa?" Suzanne memiringkan kepalanya.

"Bagus," Kaisar Taylor mengacak rambut Suzanne gemas.

Pintu kamar Suzanne tiba-tiba saja di buka dengan kasar, membuat ketia orang yang sedang bercengkrama itu menoleh dan mendapati seorang anak kecil yang berdiri dengan raut kesal di wajahnya.

Suzanne menatap anak itu lamat-lamat sebelum mengucapkan satu nama, "Lucian?"

Oliver dan Kaisar Taylor menatap Suzanne dengan bingung, begitu juga anak yang baru saja datang itu.

"Anne, kamu ingat Lucian?" tanya Oliver dengan nada tak terima.

Sial, melihat wajah imutnya membuat aku tidak sengaja menyebut namanya, tapi ya sudahlah, sudah terlanjur juga batin Suzanne.

"Samar-samar" jawab Suzanne sembari tersenyum canggung.

"Hei, itu tidak adil," Oliver berseru kesal.

Kaisar Taylor menatap putra bungsunya dengan tatapan kesalnya, sementara Lucian langsung melompat ke pangkuan Suzanne dengan wajah riang.

"Kakak mengingat Lucian?" tanya Lucian semangat.

"Sedikit," jawab Suzanne.

Lucian tersenyum senang, ia menatap kakak dan ayahnya dengan tatapan mengejek.

Aku menang, kakak mengingatku, batin Lucian penuh kemenangan

"Saat mendengar kakak terluka aku sangat cemas, tapi para dayang melarangku bertemu kakak, ayah dan kak Oliver juga melarangku. Saat mereka bilang kakak sadar dan melupakan semuanya aku takut, kalau kakak tidak mengingatku siapa lagi yang aka bermain denganku, siapa yang akan membacakan dongeng sebelum tidur padaku nanti," Lucian berucap pelan.

"Apa aku sering melakukannya?" tanya Suzanne.

"Apa? Bermain denganku? Tentu saja sering!" jawab Lucian semangat.

"Maksudku membacakan dongeng sebelum tidur," sela Suzanne.

"Tidak setiap hari, tapi sering. Apa kakak lupa?" Lucian bertanya pelan.

Suzanne tersenyum tidak enak, "aku hanya ingat namamu,"

Iyap, dia Lucian, namanya hanya disebutkan satu kali di novel, dia adalah adik Suzanne yang meninggal dalam tragedi mengamuknya sihir Suzanne.

"Lucian, berapa umurmu?" tanya Suzanne.

"Kakak tidak ingat? Umurku lima tahun," jawab Lucian.

Di dalam novelnya, Lucian meninggal di umur enam tahun, itu berarti satu tahun lagi. Aku harus mencegahnya, aku tidak rela kalau anak manis ini meninggal karena sihirku, batin Suzanne bertekat.

"Papa, berapa umurku?" tanya Suzanne tanpa mengalihkan pandangannya dari Lucian.

"Setidaknya tataplah ayahmu ini ketika menanyakan sesuatu, apakah Lucian lebih menarik dari papa?" Kaisar Taylor menggerutu pelan.

Suzanne menatap ayahnya dengan bingung, "hah? Papa ngomong apa sih, dari segi manapun tentu aja Lucian lebih menarik, Papa kan sudah tua," ucapan itu meluncur begitu saja dari mulut Suzanne seakan ia sudah biasa melakukannya.

Astaga, apa itu barusan? batin Suzanne kaget.

Oliver tertawa kecil, "bahkan setelah kehilangan ingatanmu, Lucian tetap menempati posisi pertama di hati ataupun pikiranmu,"

"Ah, maaf, yang tadi terucap begitu saja," ucap Suzanne menyesal.

"Tidak apa-apa kau sudah biasa melakukannya pada kami," balas Kaisar Taylor menenangkan.

Benarkah? Kalau begitu dulunya Suzanne pasti sangat dekat dengan keluarganya, tragedi sialan itu membuat nasib Suzanne ku jadi buruk. Tenang Suzanne, karena sekarang Kin Hye-rin yang ada di tubuhmu, maka aku tidak akan membiarkan tragedi itu terjadi! batin Suzanne bertekat.

"Omong-omong, kenapa aku bisa sakit?" tanya Suzanne penasaran.

Oliver dan Kaisar Taylor saling bertatapan sejenak, keduanya kemudian menatap Lucian dengan serius.

"Lucian, kelasmu akan segera di mulai, pergilah," titah Kaisar Taylor.

Lucian terdiam sejenak lalu mengangguk pelan, ia kemudian keluar dari kamar Suzanne.

"Seseorang mencoba membunuhmu," ucap Oliver begitu pintu kamar Suzanne tertutup.

Suzanne menutup mulutnya kaget, "maksudmu ...."

"Iya Anne, kau hampir mati jika saja Doughlass tidak menyelamatkanmu," Kaisar Taylor menyambung.

"Doughlass? Dia kesatria yang bersama Doreen tadi?" tanya Suzanne.

"Ya, Doreen bilang kau tersesat di taman dan terpisah dengannya, ia meminta bantuan Doughlass untuk mencarimu, dan ketika Doughlass menemukanmu, kamu sekarat," jelas Oliver.

"Doughlass tidak sempat menangkap pelakunya, ia langsung membawamu ke istana dan langsung memanggil dokter sebelum akhirnya mengabari kami," lanjut Kaisar Taylor.

"Kami sangat takut, kami pikir kau akan meninggalkan kami karena dokter pada awalnya tidak bisa merasakan nafas dan detak jantungmu, untunglah setelah ayah menyalurkan sedikit mananya, kau langsung sadar,"

Terpopuler

Comments

lyaa_mengg

lyaa_mengg

jadi keinget taylor swift

2024-05-15

0

MICE

MICE

Good luck

2022-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!