Elora
Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi seorang gadis yang bernama Elora Fazia. Gadis yang berusia 23 tahun itu telah melangsungkan pernikahan dengan suskes tanpa ada suatu kendala apapun.
Sekarang ia sedang menunggu suaminya, ia duduk di pinggir kasur dengan perasaan yang tidak karuan. Senyumnya senantiasa mengembang kala pikirannya di penuhi dengan bayangan-bayangan kejadian yang akan terjadi di malam pertama ia dan suaminya, nanti.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang. Namun, ada sesuatu yang aneh pada suaminya, ekspresi wajah suaminya tampak muram tidak secerah tadi.
Elora pun tidak tinggal diam, ia bangun lalu menghampiri suaminya yang terdiam dengan tatapan kosong.
"Mas Gavin, kamu kenapa?" tanya Elora memegang tangan kiri Gavin.
Tatapan Gavin menjadi tertuju pada Elora yang kebingungan akan tingkahnya, lalu ia menghempaskan tangan Elora dengan kasar.
"Mas Gavin ...," lirih Elora dengan eskpresi yang seperti meminta sebuah penjelasan.
"Kamu kenapa, Mas?" sambung Elora yang membuat Gavin mengusap wajahnya dengan kasar.
Gavin merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa foto. Ia pun memberikan foto-foto itu kepada Elora, lantas ia pun memalingkan wajahnya dari Elora.
Mata Elora terbelalak kala melihat foto-foto tersebut, hanya ada satu pertanyaan dalam benaknya, siapa yang telah mengambil foto ini?
"Sekarang jawab aku, apa benar kamu yang ada di foto itu?" tanya Gavin dengan suara yang bergetar.
Elora tak menjawabnya, ia bingung harus menjawab apa.
"El, jawab aku!" bentak Gavin seraya mengguncang-guncang tubuh Elora.
"Iya, itu aku," jawab Elora membuat Gavin melepaskan cengkeramannya pada kedua bahu Elora.
Tubuh Gavin membeku, hatinya nyeri mendengar jawaban Elora. Gadis yang ia cintai ternyata mengkhianatinya, dan pengkhianatannya itu terbongkar di malam pertama pernikahan mereka.
"Tapi aku gak ada hubungan apapun sama dia, Mas. Aku cuman ngebantuin dia," tutur Elora berusaha meyakinkan Gavin.
"Apa? Membantu? Kalau benar kamu membantu dia harusnya kamu membawa di ke rumah sakit bukan ke hotel," ucap Gavin sengit.
"Dia sendiri yang ---"
"Cukup! Aku gak mau denger apapun lagi, sekarang kamu keluar dari sini!" teriak Gavin menunjuk pintu kamarnya yang sedikit terbuka.
"Cepat keluar dari sini!" Gavin kembali mengusir Elora yang masih enggan untuk bergerak.
"Aku bersumpah, aku gak pernah sekalipun ngehianatin kamu. Malem itu aku benar-benar murni nolong laki-laki itu," ujar Elora berderai air mata.
"Mau kamu bersumpah atau apapun itu, aku tetep gak akan percaya. Kamu udah ngerusak kepercayaan aku, El," balas Gavin dengan nada yang meninggi.
Gavin mencengkeram lengan Elora, ia menarik Elora dengan kasar. Elora tidak tinggal diam ia berusaha lepas dari tarikan kasar Gavin, tetapi usahanya itu tak berguna lantaran tenaga Gavin jauh lebih besar daripada ia.
Gavin menarik Elora menuju ke lantai bawah, tempat di mana kedua keluarga tengah berkumpul. Sementara itu Elora yang ditarik olehnya tidak berhenti menangis sembari memohon-mohon kepada Gavin, seolah-olah tuli, Gavin tak sedikitpun menggubris setiap kata yang terlontar dari mulut Elora.
"Akh!" ringis Elora kala tubuhnya tersungkur menghantam lantai.
"Kakak gak papa?" tanya seorang wanita yang berjongkok di depan Elora.
Elora mendongakkan kepalanya menatap wanita yang tampak lugu itu, wanita itu adalah adik tirinya. Namun, meskipun mereka saudara tiri mereka berdua selalu akur, tak jauh berbeda dengan saudara kandung.
Elora pun bangun dengan di bantu oleh adik tirinya.
"Wanita tidak tahu malu," ketus seorang wanita paruh baya yang menatap benci Elora.
"Kakak gak usah dengerin ucapan Mami, mending kita duduk dulu kita bicarain semuanya baik-baik," ucap adiknya itu.
Elora mengangguk, ia dan adiknya duduk di sofa.
"Keluarga kita jadi harus menanggung malu, karena kelakuan kamu." Wanita itu kembali berbicara dengan lebih ketus dari sebelumnya.
Elora menunduk, Ibu tiri dan adik tirinya sangat jauh berbeda. Apalagi sekarang ayahnya tidak ada di sana, sifat aslinya akan keluar semuanya.
"Gavin, kamu duduk dulu. Kita harus berbicara dengan tenang agar kita bisa menyelesaikan permasalahan ini," tutur Ayah Gavin yang juga merupakan Ayah mertua Elora.
Gavin menuruti perkataan sang Ayah, ia duduk dengan pandangan yang tak lepas dari wanita yang dianggapnya telah mengkhianati dirinya, yaitu Elora.
"Aku mau menikahi Cantika, adik tiri Elora," ucap Gavin yang membuat semua orang tersentak dengan mata mereka yang tampak membulat.
Elora kembali menitikkan air matanya, hatinya seperti teriris sembilu mendengar ucapan sang suami. Mereka baru saja resmi menjadi sepasang suami istri, tapi Gavin ingin menikahi lagi, apalagi wanita yang ingin Gavin nikahi tidak lain adalah adik tirinya.
"Gavin! Kamu jangan asal bicara!" bentak sang Ayah.
Gavin tersenyum kecut ketika mendapat bentakan dari sang Ayah.
"Wanita itu telah menduakan aku, maka aku pun akan membalas menduakannya," ucap Gavin tajam.
Wanita itu? Gavin bahkan menyebutnya degan wanita itu, semudah itukah Gavin menyingkirkan ia dari hatinya?
Demi apapun, Elora sangat sakit hati mendengar setiap kata yang terlontar dari mulut Gavin.
"Gavin!" Ayahnya kembali membentaknya.
"Gavin, jika dengan menikahi Cantika bisa membuat kamu memaafkan Elora. Maka Tante akan menyetujuinya," tutur Ibu tiri Elora tiba-tiba.
Elora menoleh ke arah sang Ibu tiri, bagaimana bisa ia membiarkan anaknya menjadi istri kedua? Pikir Elora.
"Cantika, kamu mau 'kan? Ini demi Kakak kamu," ujar sang Ibu menggenggam erat tangan Cantika dengan tatapan penuh harap.
Cantika menatap satu persatu orang yang ada di sana, ada rasa keraguan pada dirinya untuk menjawab pertanyaan sang Ibu. Namun, setelah termenung cukup lama Cantika pun angkat suara.
"Demi kebaikan Kakak, aku mau menikah dengan Mas Gavin dan menjadi istri kedua Mas Gavin," ujar Cantika mantap.
Boom!
Hancur sudah hati Elora, ia harus rela berbagi suami dengan adiknya. Sungguh, ini semua jauh di luar dugaannya.
"Acara pernikahan akan dilaksanakan minggu depan, acaranya akan jauh lebih megah daripada hari ini," ucap Gavin dengan entengnya tanpa mempedulikan perasaan Elora.
Elora pun tidak mempedulikan perasaannya ketika selingkuh, maka jangan salahkan ia yang tak peduli akan perasaan Elora.
Merasa urusannya sudah selesai, Gavin melenggang pergi meninggalkan Elora yang masih menangis tersedu-sedu.
"Karena semuanya sudah selesai, saya dan Cantika pamit pulang," pamit Ibu tiri Elora yang bernama Dewi.
Sebelum pergi dari sana, Cantika menyempatkan diri untuk memeluk Elora, menyalurkan rasa sayangnya kepada sang Kakak tiri.
"Berhati-hatilah, Kak ...," bisik Cantika kemudian berjalan menyusul sang Ibu yang sudah berada jauh di depan.
Tubuh Elora menegang saat mendengar bisikan sang adik, apa semua yang terjadi hari ini ada campur tangan adiknya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments