Bab_3 (Kenangan Indah Bersama Gavin)

"Eungh ...," lenguh Elora sembari menggeliat.

Elora menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, meskipun sekarang sudah jam 11.30 siang tapi suhunya masih terasa dingin karena air hujan masih senantiasa turun membasahi permukaan bumi.

Tadi, setelah merasa cukup berbincang dengan ayahnya. Elora memutuskan untuk tidur, pasalnya semalam ia tidur saat larut malam, ditambah lagi ia lelah setelah acara pernikahannya dengan Gavin.

Pernikahan yang hanya memberikan sekejap kebahagiaan, dan kesedihan yang akan berkepanjangan.

Elora bangun dari posisi tidurnya, lantas ia pun berjalan gontai menuju kamar mandi untuk sekadar mencuci wajahnya.

Tak berapa lama kemudian, Elora keluar dari kamar mandi dengan wajah yang masih basah dengan air, ia sama sekali tidak ada niatan untuk menyeka air di wajahnya itu.

Pandangan Elora tertuju pada balkon kamarnya yang terhalang oleh jendela kaca. Pada akhirnya, ia pun memutuskan untuk pergi ke balkon kamarnya.

Tubuh Elora bergetar kala mendapat terpaan angin yang berhembus kencang membawa hawa dingin.

'Dingin ...,' batin Elora.

"Gavin ...." Tanpa sadar Elora mengatakan nama itu, ia tiba-tiba saja teringat saat-saat kebersamaannya dengan Gavin di bawah rintik hujan.

***

"El, kita berteduh dulu, yah," ucap Gavin sedikit berteriak karena kita sedang mengendarai sepeda motor.

"Ia, Vin," sahutku dengan suara yang sama kencangnya dengan Gavin.

Akhirnya Gavin pun menghentikan motornya di tepi jalan, dengan tergesa-gesa kami menuruni motor dan berlari menuju halte bus yang sepi tanpa ada seorang pun yang berada di sana, bisa jadi karena waktu itu sudah jam 9 malam.

"Vin, bukain!" Aku mengetuk-ngetuk helm yang masih terpasang di kepalaku.

Aku melihat Gavin terkekeh saat aku memintanya tolong untuk membukakan helmku.

"Gak mau, ah!" tolaknya seraya memalingkan wajah.

"Ih, Gavin ... tolong lepasin dong ...," rengekku.

"Plis ...," sambungku.

Gavin pun membalikkan wajahnya, ia menatapku dengan tatapan yang mampu membuat jantungku berdetak kencang.

"Aku bakalan bantu kamu lepasin helm, tapi aku mau kamu menjawab dulu pertanyaanku," tuturnya yang membuatku mengerutkan kening.

"Hm, okay," sahutku.

Aku lihat Gavin menghela nafasnya dengan berat, sebegitu sulitnya 'kah untuk bertanya?

Lalu, tiba-tiba saja Gavin meraih kedua tanganku, ia menggenggamnya dengan lembut. Ah, perlakuannya itu benar-benar membuatku salah tingkah.

"El, kamu mau gak jadi pacar aku?" tanyanya dengan ekspresi penuh harap.

Boom!

Rasanya jantungku akan meledak detik itu juga, aku ditembak oleh pria yang sedari dulu aku sukai. Sungguh luar biasa, mimpiku ditembak Gavin menjadi kenyataan.

"El, aku cinta sama kamu, aku harap kamu mau menerima cintaku," ucapnya.

Aku bingung harus apa, wajahku terasa panas dan kakiku menjadi lemas. Apa semua darah yang berada di kakiku merangsek naik ke wajah? Pikirku.

"A -- aku ...." Argh, sial! Kenapa sangat susah untuk mengatakan jawabannya.

Aku mengumpulkan nyaliku, lalu aku menghela nafas panjang.

"Aku mau!" jawabku dengan suara yang lantang.

Gavin menjadi speechless, tetapi tak lama kemudian ia memelukku dengan sangat erat. Aku yang kaget pun langsung berusaha melepaskan diri dari pelukan Gavin yang tiba-tiba itu.

"El, aku sangat bahagia," teriaknya lagi dan kembali memelukku dengan erat. Kali ini aku membalas pelukan hangat Gavin, tak mungkin aku mendorongnya lagi, sebab pelukan kali ini teramat nyaman.

Beberapa saat kami terlarut dengan pelukan yang mengusir jauh dinginnya hawa malam.

Sampai akhirnya aku teringat kalau helm-ku masih terpasang apik di kepalaku.

"Vin!" aku menepuk-nepuk pelan punggung Gavin, memberikan isyarat padanya untuk segera melepaskan pelukan. Gavin yang peka pun langsung melepaskan pelukan itu.

"Kenapa, El?" tanyanya dengan wajah yang berbinar-binar.

Pertanyaan Gavin itu kujawab dengan cara mengetuk-ngetuk helm-ku.

"Gak usah dibuka, El!" larang Gavin sehingga membuatku bingung.

"Kita pulang sekarang, kita hujan-hujanan." lanjutnya.

"Emang gak akan sakit?" tanyaku ragu.

"Udah gak usah ragu! Kalau sakit pun pasti barengan 'kan ujan-ujanannya juga barengan," ujar Gavin menarik tanganku, membawaku pergi dari tempat teduh yang tak terjangkau air hujan menuju motor yang sudah basah oleh guyuran air hujan.

Kami berdua pun pulang mengendarai motor di bawah guyuran air hujan, dengan aku yang memeluk Gavin dari belakang.

Ternyata benar, pada hari berikutnya kami berdua sakit secara bersamaan. Kami di rawat di ruangan yang sama di sebuah rumah sakit

***

Tanpa sadar Elora tersenyum karena terhanyut dalam bayangan kenangan indahnya bersama Gavin. Kekecewaannya terhadap Gavin mendadak sirna karena ingatan manis itu.

"Kamu bisa aja, Mas," ucap seorang wanita yang menarik atensi Elora.

Senyuman Elora pudar seketika saat melihat suaminya berada di bawah payung yang sama dengan Cantika. Suami dan adiknya itu sedang bersenda gurau, tanpa mempedulikan sekelilingnya, padahal saat ini ia dan Cantika masih belum resmi menjadi sepasang suami istri.

Bisa Elora lihat, di belakang pasangan yang tampak serasi itu ada seorang wanita paruh baya yang menatapnya dengan tatapan meremehkan. Elora sudah terbiasa dengan sikap ibu tirinya, maka dari itu ia hanya mengacuhkannya.

Merasa tak kuat dengan hawa dingin yang semakin menusuk kulitnya, Elora memutuskan untuk meninggalkan balkon kamarnya, kali ini ia tidak kembali berbaring di ranjangnya, melainkan pergi menghampiri orang-orang yang baru saja datang di rumahnya.

Sebelum menghampiri mereka, Elora berusaha menguatkan hatinya untuk tidak menangis. Ia memilih untuk bersikap tegar menghadapi segala sesuatunya, ia juga akan berusaha mengikhlaskan Gavin membagi cintanya untuk ia dan adik tirinya.

"Elora, sini sayang!" teriak si Ibu tiri ketika melihat keberadaan Elora di anak tangga.

Ibu tirinya ini sangat munafik, di belakang ayahnya si Ibu tiri itu bak menjelma menjadi ibu Cinderella yang jahat. Namun di depan ayahnya, seketika ibu tiri itu menjelma menjadi seorang Ibu yang sangat menyayangi anaknya.

Perlahan-lahan Elora menuruni anak tangga, tanpa sengaja pandangannya dan Gavin bertemu, akan tetapi dengan cepat Elora memutus pandangan itu. Elora duduk di samping ayahnya dengan pandangan Gavin yang senantiasa tertuju padanya.

"Mas ...?!" panggil Cantika membuat Gavin memutus pandangannya dari Elora.

"Kak! Liat, deh, undangan pernikahan aku sama Mas Gavin," ujar Cantika bersemangat.

Elora mengambil undangan pernikahan suaminya itu dari tangan Cantika. Undangan berwarna pink itu terlihat sangat cantik, Elora yakin kalau harga undangan itu jauh lebih mahal daripada harga undangannya. Sebegitu inginnya-kah Gavin melihat Elora sengsara?

"Gimana, Kak? Undangannya cantik 'kan?" tanya Cantika tanpa sedikitpun mempedulikan perasaan Elora, Kakak tiri yang selalu baik kepadanya.

"Cantik, cantik, kok," jawab Elora berusaha tersenyum sembari menahan air matanya yang sudah hampir menetes.

"Elora, kamu ucapin selamat dong sama calon suami istri ini," ujar sang Ibu tiri membuat Gavin, Elora, dan ayahnya tertohok.

Memberikan selamat pada suami dan madunya? Sangat gila!

"Diana!" Ayah Elora membentak istrinya.

"Apa mas? Aku ---"

"Selamat buat kalian berdua, semoga kalian bahagia ...," potong Elora.

'Elora ...,' batin Gavin dengan dada yang mendadak terasa sesak karena perkataan Elora.

Seusai mengatakan itu, Elora berlari pergi meninggalkan rumah itu.

*****

Episodes
1 Bab_1 Malam Pertama Yang Memilukan
2 Bab_2 (Ayah Adalah Yang Terbaik)
3 Bab_3 (Kenangan Indah Bersama Gavin)
4 Bab_4 (Kejahatan Ibu Tiri Elora)
5 Bab_5 (Sang penolong?)
6 Bab_6 (Perubahan Ciko)
7 Bab_7 (Elora Keracunan?)
8 Bab_8 (Kenan Vs Gavin)
9 Bab_9 (Kekecewaan Gavin)
10 Bab_10 (Kenan Lepas Kendali?)
11 Bab_11 (Keputusan Kenan)
12 Bab_12 (Dokter Arvi?)
13 Bab_13 (Kehancuran Elora)
14 Bab_14 (Mulai Dekat)
15 Bab_15 ( Kakak Ciko?)
16 Bab_16 (Ciko Marah?)
17 Bab_17 (Calon Istri Kenan?)
18 Bab_18 (Keluarga Baru?)
19 Bab_19 (Kenan Pulang?)
20 Bab_20 (Persaingan Sengit)
21 Bab_21 (Kegilaan Kenan)
22 Bab_22 (Siasat Buruk Elora)
23 Bab_23 (Kehancuran Elora)
24 Bab_24 (Putus Asa)
25 Bab_25 (Kehancuran Kenan)
26 Bab_26 (Penyesalan Gavin)
27 Bab_27 (Menyerah)
28 Bab_28 (Masa lalu Kenan)
29 Bab_29 (Kemarahan Elora)
30 Bab_30 (Gitu-Gituan?)
31 Bab_31 (Selera Kenan?)
32 Bab_32 (Kenan Semakin Menjadi)
33 Bab_33 (Kembali Lepas Kendali?)
34 Bab_34 (Saran Gila Dari Kenan)
35 Bab_35 (Elora Fazia Anderson?)
36 bab_36 (Siasat Buruk)
37 Bab_37 (Penculikan?)
38 Bab_38 (Kenan Murka)
39 Bab_39 (Pembalasan)
40 Bab_40 (Kebejatan Kenan)
41 Bab_41 (Cemburunya Kenan)
42 Bab_42 (Ambigu?)
43 Bab_43 (Meeting Bersama Kenan)
44 Bab_44 (Sepupu Tersayang?)
45 Bab_45 (Rasa yang Kembali Muncul)
46 Bab_46 (Kabar Baik)
47 Bab_47 (Restu Dari Calon Mertua)
48 Bab_48 (Kesempatan Dalam Kesempitan)
49 Bab_49 (Pertengkaran Hebat)
50 Bab_50 (Saingan Cinta Baru?)
51 Bab_51 (Permintaan Kenan)
52 Bab_52 (Hobi Baru Kenan)
53 Bab_53 (Tekad Kenan?)
54 Bab_54 (Adik Kenan?)
55 Bab_55 (Dicoret dari Kartu Keluarga?)
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab_1 Malam Pertama Yang Memilukan
2
Bab_2 (Ayah Adalah Yang Terbaik)
3
Bab_3 (Kenangan Indah Bersama Gavin)
4
Bab_4 (Kejahatan Ibu Tiri Elora)
5
Bab_5 (Sang penolong?)
6
Bab_6 (Perubahan Ciko)
7
Bab_7 (Elora Keracunan?)
8
Bab_8 (Kenan Vs Gavin)
9
Bab_9 (Kekecewaan Gavin)
10
Bab_10 (Kenan Lepas Kendali?)
11
Bab_11 (Keputusan Kenan)
12
Bab_12 (Dokter Arvi?)
13
Bab_13 (Kehancuran Elora)
14
Bab_14 (Mulai Dekat)
15
Bab_15 ( Kakak Ciko?)
16
Bab_16 (Ciko Marah?)
17
Bab_17 (Calon Istri Kenan?)
18
Bab_18 (Keluarga Baru?)
19
Bab_19 (Kenan Pulang?)
20
Bab_20 (Persaingan Sengit)
21
Bab_21 (Kegilaan Kenan)
22
Bab_22 (Siasat Buruk Elora)
23
Bab_23 (Kehancuran Elora)
24
Bab_24 (Putus Asa)
25
Bab_25 (Kehancuran Kenan)
26
Bab_26 (Penyesalan Gavin)
27
Bab_27 (Menyerah)
28
Bab_28 (Masa lalu Kenan)
29
Bab_29 (Kemarahan Elora)
30
Bab_30 (Gitu-Gituan?)
31
Bab_31 (Selera Kenan?)
32
Bab_32 (Kenan Semakin Menjadi)
33
Bab_33 (Kembali Lepas Kendali?)
34
Bab_34 (Saran Gila Dari Kenan)
35
Bab_35 (Elora Fazia Anderson?)
36
bab_36 (Siasat Buruk)
37
Bab_37 (Penculikan?)
38
Bab_38 (Kenan Murka)
39
Bab_39 (Pembalasan)
40
Bab_40 (Kebejatan Kenan)
41
Bab_41 (Cemburunya Kenan)
42
Bab_42 (Ambigu?)
43
Bab_43 (Meeting Bersama Kenan)
44
Bab_44 (Sepupu Tersayang?)
45
Bab_45 (Rasa yang Kembali Muncul)
46
Bab_46 (Kabar Baik)
47
Bab_47 (Restu Dari Calon Mertua)
48
Bab_48 (Kesempatan Dalam Kesempitan)
49
Bab_49 (Pertengkaran Hebat)
50
Bab_50 (Saingan Cinta Baru?)
51
Bab_51 (Permintaan Kenan)
52
Bab_52 (Hobi Baru Kenan)
53
Bab_53 (Tekad Kenan?)
54
Bab_54 (Adik Kenan?)
55
Bab_55 (Dicoret dari Kartu Keluarga?)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!