Rumah Tua Peninggalan Papa
Winda istri dari Herman yang seorang pengusaha camilan di pabrik kecilnya.
Selalu membantu ibu-ibu di sekitar pabriknya untuk bekerjasama dengannya, agar bisa menghasilkan walau dari rumah.
Banyak dari ibu-ibu disana yang sangat antusias masuk ke tempat Winda. Usia pernikahan Winda dan Herman sekarang sudah 5 tahun, dan baru saat ini Winda hamil anak pertamanya.
Herman seorang pengusaha dan setiap hari bekerja di kantornya sibuk dengan beberapa berkas-berkasnya setiap hari. Herman memiliki sekretaris yang muda dan seksi, bahkan sangat cantik sekali.
Laras nama sekretarisnya, dia masih gadis namun sudah hampir kepala tiga. Sekarang Laras suka menggoda Herman di kantor, karena Herman memang tampan dan yang paling penting bagi Laras adalah dia pria tajir yang sangat masuk ke kriterianya.
***
Pagi itu Herman sedang masuk ke gedung kantornya, Laras melihat dari kejauhan. Dia segera cepat-cepat pergi membuatkan teh untuk Herman di ruangannya. Dengan tergesa-gesa dia masuk ke dalam ruangan dan berpura-pura membersihkan dan menata ruangan itu.
Herman masuk ke dalam ruangannya, dan berjalan menghampiri Laras disana.
"Ehem," Herman bersuara.
"Selamat pagi pak Herman, silahkan duduk pak. Ini ada teh yang baru saya siapkan untuk bapak pagi ini." Laras menyuguhkannya.
Tetapi Laras masih berdiri di samping Herman dengan rok pendeknya yang mini. Herman sedikit melirik ke arah rok itu dan menikmati pemandangan yang ada di hadapannya.
"Bagaimana pak tehnya? Apa ada yang kurang dengan tehnya pak?" tanya Laras dengan manja.
"Tak ada, tehnya sangat manis dan hangat sekali." Herman berkata tapi masih melirik matanya.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya pak, mau mengerjakan tugas lagi. Nanti saya akan kesini lagi membawa tugas itu kemari." ucap Laras yang sedikit menggoda.
Herman tersadar akan hal itu, dan dia juga tergoda dengan sekretarisnya yang baru. Dia masih terlihat belia tak seperti dari usianya yang sudah cukup matang untuk berkeluarga.
Namun Laras belum berkeluarga dan belum menikah sampai saat ini.
Laras tinggal bersama ibunya yang sudah sedikit tua, dan ibunya sangat senang dan bangga melihat anaknya bisa di terima perusahaan itu.
Besar harapan ibunya untuk bisa merubah nasib anaknya yang dulu selalu dicemooh orang-orang kampung mereka.
Sekarang setelah sekian lama gak pulang ke kampung, ibunya Laras sangat rindu semuanya itu. Jadi Laras pun mengizinkan ibunya untuk pulang ke kampung mereka. Besoknya ibu pergi dengan supir pribadi Laras, dan baru akan pulang setelah beberapa hari disana, Laras pun sendirian dirumahnya.
Saat itu hujan turun dengan derasnya, gemuruh dimana-mana, dan Laras bingung mau pulang. Sedangkan supir bersama ibu di kampung, kalau mau naik taksi harus pesan atau jalan kedepan terlebih dahulu.
Sementara hujan deras dan tak bisa memesan taksi, jadi Laras menunggu sampai hujannya reda dan berhenti.
Pas saat itu Herman melintas dengan mobilnya, yang kebetulan melihat Laras belum pulang dari depan gedung kantornya.
"Laras, kamu kenapa duduk disitu dan bukan pulang kerumah?" tanya Herman.
"Iya pak, saya lagi nunggu hujan reda dan nanti akan pulang dengan taksi." ucap Laras.
"Laras ayo naik ke mobil saya, biar saya antar kamu pulang kerumah." Herman berinisiatif untuk mengantarnya.
Laras segera naik dan tak berpikir lagi atau menolaknya. Dia sangat senang dan langsung berniat sesuatu kepada Herman atasannya.
"Dimana mobil mu dan supir mu?" tanya Herman.
"Supir dan mobil dibawa ke kampung sama ibu pak, kasihan ibu kalau pergi naik angkutan. Jadi saya suruh ikut sama ibu saja ke kampung dan mengantarnya."Laras bersikap baik dan manis.
"Dia wanita yang baik, dan memikirkan ibunya saat itu. Sungguh berkepribadian yang menawan. Sudahlah cantik, seksi dan baik hati lagi." Herman berkata dalam hatinya.
"Pak?!"
"Kenapa melamun dan dari tadi melirik saya terus, lihat ke jalan lah pak. Nanti bisa kenapa-kenapa sama kita, dan saya belum menikah lagi." Laras mulai menggoda.
"Hahaha..., kalau kenapa-kenapa sama kamu mas mau kok bertanggung jawab. Dan menikahi kamu juga mas bersedia." Herman termakan umpan yang Laras berikan.
"Ah, bapak bisa saja.., mana mungkin orang seperti saya dinikahi sama bapak yang kaya, dan tampan." Laras semakin memuji Herman.
"Jangan panggil saya bapak dong.., apa saya sudah sangat tua sekali ya dipandang? Kesannya saya bapak kamu saja sih..?" Herman sedikit kesal.
"Maaf pak, eh mas.., Laras masih canggung menyebutnya. Karena tak biasa memanggil begitu. Laras juga belum pernah memiliki kekasih sih mas...," Laras mulai gombal dan berbohong.
"Mana mungkin wanita cantik dan seksi seperti kamu tak pernah memiliki kekasih?" Herman mulai mengulik.
"Pernah sih pak.., eh mas, tapi disakiti terus. Jadinya saya tak ingin mengingatnya kembali." Laras bersikap sedih.
Laras mencari simpati kepada Herman, dia sengaja sedikit menangis agar Herman iba dan kasihan padanya. Herman pun mulai terkena tipu muslihatnya Laras malam itu. Laras memang ingin membuat Herman tak akan lepas dari dirinya. Dan Laras tak perduli walau Herman sudah memiliki istri dan menikah.
Laras akan tetap ingin bersama Herman karena kekayaannya, dan ingin bisa menjadi nyonya besar serta bergelimang harta hidupnya.
Tentang istrinya Herman Laras tak perduli dan menurutnya nanti bisa di sembunyikan pernikahan mereka.
"Mas, belok ke kiri masuk ke komplek sebelah kanan, nah itu rumah saya." kata Laras menunjukkan arah.
"Oke, baiklah kalau begitu." Herman tersenyum manis.
Tak beberapa lama mobil itu berhenti di depan rumah Laras dan hujan belum juga reda. Malam itu terlalu dingin dan petir di mana-mana.
"Mas, mampir dulu biar Laras buatkan teh jahe hangat untuk kamu. Diluar sangat dingin nanti kamu bisa masuk angin mas." kata Laras.
Herman pun menyetujuinya dan segera ikut turun ke rumahnya Laras.
Mereka masuk kedalam rumah karena di luar sangat dingin sekali.
"Sebentar ya mas, biar aku siapkan tehnya, silahkan duduk mas." Laras dengan sopan mempersilahkannya.
"Iya Laras, terima kasih." kata Herman yang langsung duduk di sofa.
Laras menyiapkan tehnya dan mengganti pakaiannya yang basah. Lalu berjalan menyuguhkan teh jahe yang ada di tangannya kepada Herman.
"Silahkan mas, ini teh jahenya biar tak masuk angin nanti. Terima kasih ya mas sudah mengantar Laras, kalau tak ada mas pasti entah bagaimana diluar sana." Laras tersenyum.
Herman meminum tehnya dan sambil melirik ke Laras dengan bajunya yang sedikit mini. Dia memakai setelan bercelana pendek dan itu adalah baju piyama untuk tidur. Herman menjadi gelisah melihatnya dan tak bisa menahan diri, ditambah cuaca yang sangat pas menurutnya.
"Kenapa mas?" tanya Laras.
"Ah, gak apa-apa." kata Herman yang malu karena ketahuan gelisah di hadapan Laras.
Tak beberapa lama Herman pun pamit pulang kerumahnya, dan meninggalkan Laras di rumahnya sendirian.
Dan Herman berkata lain kali akan main lagi ke rumahnya Laras, kalau Laras nya tak keberatan. Laras sangat senang dan sedikit bertepuk tangan, karena permainannya sudah berhasil dimainkan.
"Tinggal menjalani peran yang baik hati dan sedikit lagi akan menjadi nyonya di kediaman Herman." berkata dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
🌿Leony Fernanda🔱🎻
hadir thor
2023-02-02
1
🎯™ Zie ⍣⃝కꫝ 🎸
kucing di kasi ikan mana bisa nolak ya 😂😂😂 semangat thor
2023-02-02
1
Radiah Ayarin
🤣🤣🤣tp cuma menggoda sementara saja
2023-01-31
1