Sudah seminggu ini Laras selalu pulang duluan dan ada yang menjemputnya. Herman melihat dari jendela ruangannya melihat ke arah bawah. Seorang pria suka sekali menjemputnya, tapi Laras mengatakan bahwa itu sepupunya yang selalu menjemputnya untuk membawanya ke rumah sakit tempat tantenya di rawat.
Laras mengatakan kalau tantenya itu mama dari pria yang selalu menjemputnya. Tapi Herman merasa curiga melihat mereka berdua yang selalu mencium pipi Laras saat bertemu. Laras selalu bisa mengelabui Haris kekasihnya yang terlalu mencintainya.
Namun Haris belum juga menikahinya, padahal Laras sudah sangat ingin dinikahi dan menjadi istrinya Haris. Tapi Haris ingin menyusun rencana dan membelikan rumah serta yang lainnya untuk Laras. Dan akan membuat usaha sendiri agar Laras tak ditinggal lagi setelah menikah, Haris juga ingin berhenti dari kerja kapalnya itu.
Dia sudah lelah kerja kapal selama 10 tahun dan dia ingin ada usaha dan menikah memiliki keluarga bahagia di istananya sendiri. Namun Laras selalu mendesaknya untuk segera melamar dan menikahinya saat malam itu bertemu kembali.
"Mas kapan kau akan menikahi aku? Sebenarnya kau ini serius gak sih sama ku?" tanya Laras.
"Sudahlah jangan mulai itu-itu saja yang kau tanyakan!" bentak Haris.
"Tapi mas? Aku malu kalau begini saja terus-terusan.., nanti ibu ku selalu mendesak ku dan menjodohkan ku pada yang lain." ujar Laras yang tetap mengotot juga.
"Sudahlah, aku besok akan pergi berangkat lagi saja kalau kau selalu bertanya-tanya terus." kata Haris yang sangat marah.
Haris pun pergi dan meninggalkan Laras saat itu juga, dia tak ingin bersama Laras malam itu. Namun dia masih mencintai Laras dan kali ini dia akan pergi untuk waktu yang lama. Haris ingin mengumpulkan uangnya dan segera melamar Laras saat kembali nanti.
Laras menangis dan tak terima di tinggalkan Haris begitu saja, Laras pun segera pulang dengan naik taksi malam itu. Akhirnya Laras sampai dirumah dan melihat mamanya sudah pulang kerumah bersama supir pribadinya tersebut.
Mamanya heran melihat Laras yang pulang dengan mata sembabnya, lalu Laras tak menghiraukan saat mamanya bertanya akan keadaannya.
Laras langsung masuk ke kamar dan tidur di kasurnya dengan masih berlinang air matanya.
💌 Tring...
Sebuah pesan masuk ke ponselnya Laras, pesan itu dari Haris yang berkata agar Laras menunggunya 2 tahun lagi. Haris akan kembali untuk melamarnya dan menikahinya, namun Laras hanya membacanya saja tanpa membalas pesan itu ke Haris.
💌 Tring...
"Laras, kamu sedang apa? Sudah makan apa belum? Mas jemput di rumah ya, mas sudah di jalan." ujar Herman.
"Iya mas," jawab Laras.
Laras sengaja menjawab dan setuju, dia ingin keluar untuk hilangkan penatnya lagi dan meringankan sakit kepalanya.
Tin, tin, tin...
Herman datang dan membunyikan klakson mobilnya. Laras pun keluar tanpa mengatakan apa pun ke mamanya, dia menjadi tak mau bicara pada mamanya karena mamanya terlalu sibuk menanyakan urusannya.
****
Sementara Winda dirumah menunggu kepulangan suaminya dan ingin makan bersama. Tapi tiba-tiba Winda mengerang karena kesakitan.
Argh...!
Argh...!
"Tolong perut saya sakit...! Tolong..., argh...!" Winda berteriak menahan sakitnya.
"Ibu? Ibu kenapa bu?!" tanya art nya yang panik.
"Tolong bawa saya ke rumah sakit, perut saya sakit sekali. Sepertinya saya akan melahirkan.., argh...!" Winda terus merintih kesakitan.
Art dan sopir pun pergi ke rumah sakit malam itu juga, Winda menyuruh art nya untuk menelpon dan memberi kabar kepada suaminya Herman.
Namun art nya menelpon dengan ponsel Winda tidak di jawab oleh Herman. Winda masih menahan rasa sakitnya di dalam mobil itu, dan tiba-tiba air ketubannya pecah dan perutnya Winda semakin sakit terasa.
"Argh...! Sakit...!" ucapnya.
"Pak cepatlah sedikit, ibu sudah pecah ketuban dan akan segera keluar bayi yang ada dalam kandungannya." art nya berkata pada pak supir.
"Baiklah mbok, saya akan percepat lagi laju mobilnya." pekik supir itu.
Mobil melaju dengan sangat kencang, dan menyalakan lampu belakang dengan tanda darurat urgent, agar yang berada di belakang mengerti saat itu.
Mobil mereka sampai di depan UGD dan suster jaga langsung menangani Winda dan menolong wanita itu untuk segera ke ruang persalinan. Art nya masih bingung dan panik, dia masih terus menghubungi Herman malam itu berulang kali.
"Mas siapa sih itu dari tadi menelpon kamu?" tanya Laras yang merasa terganggu.
"Istri ku, paling nungguin aku pulang ke rumah dan menanyakan keberadaan ku saat ini." ujar Herman yang tak perduli akan istrinya.
Lalu art nya mengirim pesan ke ponsel Herman dan mengatakan kalau Winda di rumah sakit dan akan melahirkan.
Herman langsung terkejut dan sangat senang, dia berharap anaknya itu adalah seorang laki-laki yang seperti dia inginkan.
"Sayang sepertinya aku harus ke rumah sakit sekarang, istri ku Winda akan segera melahirkan disana." ucapnya.
"Tapi mas, bagaimana dengan kencan kita saat ini..?" Laras pun kesal.
"Tenanglah, nanti setelah lahir anak itu kita akan pergi berdua lagi ke Eropa hanya berdua saja. Dah sayang jangan marah, ini kartu kredit ku kau boleh pakai berbelanja apa saja yang kau suka." ujar Herman yang buru-buru pergi dari Laras.
"Katanya gak perduli, tapi giliran istrinya di rumah sakit malah langsung pergi kesana. Bagaimana sih nih om-om."
"Tapi gak apa deh, kan ada kartu ini jadi aku tak terlalu sedih dan kecewa-kecewa amat lah ya..?"
"Aku pulang sajalah sekarang, besok baru akan shopping...! Yeah...," Laras terlihat sangat senang sekali.
Laras akhirnya pulang ke rumahnya dan untuk beristirahat, dia kali ini pulang dalam suasana hati yang sangat bahagia. Dan mamanya juga sedikit merasa heran dengan sikap anaknya yang berbeda-beda malam itu.
Namun mamanya tak mau menanyakannya lagi, setelah Laras pulang mamanya pun langsung mengunci pintu dan pergi ke kamarnya untuk segera tidur juga.
Karena nanti pagi mamanya akan pergi ke arisan ibu-ibu yang memang teman-temannya yang kaya raya.
Kehidupan mereka sekarang sangat mewah, dan semua itu di dapat dari Haris pacarnya Laras yang menjadi nahkoda. Haris sangat sayang dan cinta kepada Laras, sampai semua dia kasih dan sudah dia korbankan saat ini. Tetapi sekarang Laras malah bermain-main dengan suami dari Winda yang itu sudah tahu adalah suaminya orang lain.
Herman di rumah sakit...
Sampai disana Herman melihat art mereka dan dia menghampirinya.
"Dimana ibu sekarang mbak? Apakah sudah lahir?" tanya Herman kepada art nya.
"Belum pak, ibu masih ada di dalam. Dan kita tak boleh masuk kata dokternya." art itu terlihat cemas.
Herman juga terlihat cemas dan mondar-mandir di depan ruang persalinan itu. Dan tak lama kemudian terdengar suara tangisan bayi yang sangat kencang sekali.
Oak...
Oak...
"Sudah lahir pak?!" kata art nya yang sangat senang.
Dan Herman juga senang dengar suara bayi yang sangat keras itu, jantungnya terasa ingin copot sangking senangnya saat tahu sudah lahir. Namun mereka belum mengetahui jenis kelamin anak yang dilahirkan Winda malam itu pukul 12:00 pas tengah malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
🌿Leony Fernanda🔱🎻
haris ckck
2023-02-02
1
auliasiamatir
jangan bilang kamu gak mau nerima anak itu yah herman,
2023-01-31
1
🛡️Change⚔️ Name🛡️
Dah lah Haris, jangan jadi Nahkoda kapal! Meskipun sudah Nikah, nantinya Bini jadi Tante-tante 😁😁😁
2023-01-28
1