Bab 2.

Herman sampai di rumahnya, dan segera mandi serta bersih-bersih. Dia ingin segera tidur di kamarnya, namun Winda istrinya sudah menunggu untuk makan bersama.

"Mas, kamu tidak makan? Aku menunggu mu pulang untuk makan bersama mu." Winda memberi tahu ke suaminya.

"Hari ini mas sudah makan, kau makanlah sana jangan sampai anak ku kelaparan nanti di dalam." ujar Herman.

Herman selalu perhatian kepada anaknya saja dan kepada Winda karena ada maunya saja. Dan Herman sekarang mulai berpikir bagaimana nanti ke depannya. Hubungan dengan Winda istrinya itu, Herman sudah merasa bosan dan jenuh.

Sementara Winda sangat mencintai suaminya dengan hati yang tulus. Bahkan dia rela untuk mengandung anak walau dokter tak mengizinkannya karena rahimnya yang tak akan bisa menahan janin itu.

Namun Winda tetap ingin hamil dan memberikan keturunan kepada Herman. Winda ingin merasakan menjadi seorang ibu dan istri yang seutuhnya, selayaknya wanita yang sudah menikah memiliki seorang anak.

Herman selalu menginginkan anak dari istrinya, karena bila Winda tak memiliki anak dan tak bisa hamil Herman akan menikah lagi tapi tak akan menceraikannya.

Winda tak ingin begitu, apa lagi Winda sudah tak memiliki siapa pun saat ini. Dia hanya sebatang kara dan tak tahu ada dimana semua sanak saudaranya.

Semenjak papanya meninggal dan tak ada sanak keluarga yang datang ke rumahnya untuk melayat. Winda pun tak tahu mengapa begitu, dan apa pun alasan mereka bersikap begitu Winda tak tahu.

***

Laras di rumahnya...

💌 "Mas, sudah sampai dirumah?" pesan dari Laras masuk di ponselnya Herman.

💌 "Sudah sayang.., mas sedang tiduran nih di kasur. Kamu sendiri lagi ngapain?" tanya Herman yang mulai melanjutkan pesan dari Laras.

💌 "Sama dong mas, tapi Laras sendirian. Kalau mas kan ada istrinya jadi gak kesepian. Sementara aku...," Laras menggantungkan pembicaraannya.

💌 "Kamu tadi gak bilang sama mas kalau kamu mau mas temani di rumah. Coba kalau kamu bilang kan Mas bisa disana saja tanpa harus pulang ke rumah." ujar Herman mulai beraksi.

Mereka pun saling membalas pesan selagi Winda makan di meja makan dan belum masuk ke kamarnya.

Suara ponsel Herman pun di silent olehnya, agar Winda tak mendengarkan suara ponsel Herman yang selalu masuk pesan dari Laras.

Winda sudah selesai makan malamnya dan dia juga sudah selesai mengecek pekerjaannya untuk besok.

Winda walau terlahir dari keluarga yang kaya tapi dia tetap bekerja dan berkarya. Karena dia sangat suka menghasilkan dan selalu kreatif dengan ide-idenya.

Herman selalu mencari cara untuk membalikkan nama aset-aset yang di miliki oleh Winda menjadi namanya.

Namun Winda tidak bodoh untuk hal itu, dia diam-diam akan membuat ahli waris dan balikkan nama aset-asetnya atas nama anaknya nanti bila telah lahir.

Kriett...

Terdengar suara pintu, Winda masuk ke dalam kamarnya dan akan segera naik ke kasurnya untuk tidur di samping suaminya. Lalu Herman meletakkan ponselnya dan berbalik membelakangi Winda.

Herman tak ingin tidur ke arah Winda, karena sudah tak suka melihat dirinya. Winda pun tak mempermasalahkannya yang terpenting Herman menyayangi anak yang ada dalam kandungannya.

Lagian kalau urusan suami istri, dokter masih melarang karena rawan untuk kandungannya. Dan Herman pun juga tak pernah menanyakannya, Winda hanya berpikiran positif dan berharap bisa rela berkorban dan menahan dirinya.

Mungkin itu yang membuat Herman bosan kepada Winda yang sekarang tengah hamil 6 bulan.

Dan setelah 3 kemudian anak mereka akan lahir ke dunia.

Winda pun tertidur dan terlelap dalam mimpinya. Winda malam itu melihat anak perempuan yang cantik, berambut panjang dan juga berkulit putih. Dia memanggil dirinya mama dan bernama clara, dia anak yang dilahirkan olehnya.

"Mama, maafkan aku ya ma."

"Mama yang tenang disana, aku akan mencari tahu semuanya dan akan merebut semua milik mama dari tangan mereka." ucap anak itu dam memeluk Winda.

"Argh...!"

Hosh..

Hosh...

Hosh...

Winda terbangun dari tidurnya dan melihat disampingnya Herman sudah tak ada. Terdengar suara orang mandi di kamar mandi dalam kamarnya, dan suara Herman yang sedang bersiul dari dalam.

"Mas Herman sudah mandi? pukul berapa kah ini?" tanya Winda dalam hatinya.

Winda pun melirik jam dinding di depannya dan melihat ternyata hari sudah siang. sekarang sudah pukul 7:00 pagi, dan Winda belum siap apa-apa saat itu.

****

Haris hari ini pulang dari pelayarannya, dan sudah memberi kabar kepada Laras. Dan hari ini pun Laras izin untuk pulang cepat karena ingin pergi bersama pacarnya Haris.

Haris bekerja sebagai nakhoda dan selalu berlayar dan kembali sekitar 6 bulan sekali. Jadi Laras sangat bebas tanpa ada kekasihnya di dekatnya, Haris juga orangnya terlalu bucin dengan Laras.

Entah kenapa Haris tak bisa lepas dari Laras dan sangat terpaut hatinya kepada Laras. Padahal diluar sana ada banyak wanita yang lebih cantik dari Laras, dan mereka juga sudah menyatakan cinta pada Haris. Tapi Haris tak menghiraukannya juga, dan malah memilih setia pada Laras sebagai kekasihnya.

"Mas Haris..!" Laras sudah datang menemui Haris di tempat biasa mereka selalu bertemu.

Laras sudah minta izin untuk pulang cepat, dengan beralasan tantenya yang sakit di rumah sakit saat ini. Herman pun memberikan izin tanpa bertanya apa pun kepada Laras.

Herman sangat banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, dan semuanya itu merupakan sumber uang untuk perusahaannya.

Winda juga setiap bulannya selalu memeriksa pembukuan bagian keuangan mereka.

Dan Winda masih memantau perusahaan papanya itu, karena hanya itu yang dia punya dari papanya yang telah tiada. Sementara rumah itu juga milik papanya Winda dan sudah di balik namakan oleh winda menjadi namanya sendiri.

Laras dan Haris...

Mereka sekarang sedang makan malam bersama di sebuah resto, dan akan berbelanja membawa Laras serta ke salon sebagai permintaannya. Namun tak semudah itu, Haris juga ada permintaan dari semua itu. Setiap dia pulang Laras harus tidur bersamanya dan menemaninya selama belum pergi berlayar kembali.

Dan Laras selalu setuju dengan hal itu, tapi Haris harus bisa memenuhi semua yang Laras mau. Dan itu tak masalah bagi Haris, karena Haris termasuk memiliki gaji yang cukup besar dan merasa dapat memenuhi semua yang Laras mau.

Dan rumah Laras yang di kompleks itu juga merupakan pemberian Haris dan sudah atas nama Laras sepenuhnya. Namun ada yang tidak di sukai Laras dari Haris, dia tak mau beralih dari pekerjaannya yang terlalu lama pulang. Laras jadi tak suka kalau di tinggal sendirian terlalu lama dan harus LDR dengannya. Maka Laras mencari kesenangannya dengan pria kaya lain yang bisa membuatnya bahagia.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

ikut ng👍like ae..

2023-02-14

0

🌿Leony Fernanda🔱🎻

🌿Leony Fernanda🔱🎻

bunga di taman orang mang menggiurkan sampai lupa daratan

2023-02-02

1

auliasiamatir

auliasiamatir

dasar si laras, wanjta gak bersyukur

2023-01-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!