Bab 5

"Laras bagaimana kalau kita menikah dan memiliki anak?!" ucap Herman.

"Aku ingin kau melahirkan anak laki-laki, dan anak itu akan mendapatkan seluruh aset yang aku miliki. Bagaimana?" tanya Herman langsung to do poin.

Laras langsung tergiur akan tawaran itu, dan kebetulan sekali itu bisa dapat menguntungkannya. Laras pun menyetujuinya dan segera mereka menikah secara sirih setelah kembali ke Jakarta. Pikiran Laras pun sangat licik, dan dia segera memberi tahukan rencananya ke Haris kekasihnya itu.

Namun Haris tidak setuju dengan rencana Laras, tapi dia tak mendengar dan tetap menikah dengan Herman segera. Dan membeli rumah yang cukup besar untuk Laras sebagai mahar untuk Laras.

Mamanya Laras sangat senang dan bahagia anaknya mendapat rumah yang besar berlantai dua. Rumah yang di kompleks itu mereka jual sekalian sama isi-isinya, dan Laras tinggal bersama mamanya di rumah baru yang sekarang.

2 Minggu kemudian...

Kini Laras sudah menikah dengan Herman, dan Herman sangat senang dengan Laras yang selalu bisa diandalkan menurutnya. Jadi Herman selalu tidur dirumah Laras dan tak pulang kerumahnya winda sudah hampir sebulan.

Setiap malam Laras selalu melayani keinginan nafsunya, sampai puas dia rasa. Sementara Laras bermesraan dengan Herman, Haris yang sangat mempercayai kekasihnya itu Dan masih terus berusaha mengumpulkan uangnya untuk mereka menikah.

Rumah komplek itu dijual mereka dan uangnya untuk mengisi rumah baru serta shopping dan foya-foya. Kehidupan Laras sekarang menjadi sangat elit dan terlalu mewah.

Sedangkan Winda tak ada di beri uang oleh Herman, dia harus mencukupi hidupnya dan anaknya dengan uang dari usaha bisnisnya saja. Memang tercukupi, tapi bukan itu yang istri inginkan bila masih status bersuami.

Herman pulang bisa di hitung berapa kali, dan itu pun hanya ingin mengambil atau sekedar berganti pakaian saja. Awalnya Winda tak perduli dengan suaminya dan tak mau menyelidiki dimana dia.

Karena saat ini hanya ingin fokus ke bayi yang baru saja dilahirkan, dan Winda ingin cepat sembuh agar dapat menjalankan bisnisnya lagi.

Winda akan segera mengurus Herman nanti ketika semua sudah waktunya untuk di bicarakan.

Untuk saat ini Winda masih belum berdaya untuk membahasnya.

Oak...

Oak...

Bayi itu menangis mencari Winda, mamanya sedang mandi dan masih harus mengurus lukanya karena persalinan.

"Iya sayang.., anak cantik bibik. Jangan menangis lagi ya sayang... tunggu sebentar mama kamu sedang mandi disana." ujar art nya menghibur bayi itu.

Walau dia tak mengerti dengan perkataan art itu, tapi dia diam saat tubuhnya di dekap oleh mbok yang ada disana.

"Wah, dia sudah tidur kembali ya bik? kamu sangat hebat, sepertinya dia menyukai mu bik." ujar Winda yang sangat gemas melihat putrinya.

"Kalau kau sudah dewasa nanti jadilah anak yang tak melupakan orang-orang yang sudah menolong kita ya nak..?!"

"Kau harus jadi anak yang hebat dan kuat, serta bijak dalam bertindak."

"Mama akan selalu bersama mu dan mendampingi mu setiap hari." ujar Winda kepada anaknya dan membelai kepalanya.

Winda lalu memakan makanan yang diantar oleh art nya tadi ke kamarnya, dia juga tak lupa minum obatnya setelah itu. Dan Winda masih harus mengecek kondisi bisnisnya melalui laptop miliknya, dan menyamakannya dengan buku laporan yang setiap akhir bulan di bawa ke rumahnya oleh orang yang sudah menangani dari awal.

****

3 Tahun sudah berlalu

Anastasia sudah besar dan selalu di bawa Winda ke tempat kerjanya dan di jaga oleh suster jaganya. Anastasia anak yang baik dan selalu menuruti apa yang di katakan dan cepat sekali belajarnya.

Bahkan sekarang dia sudah bisa membaca huruf abjad hampir sempurna pengucapannya. Angka-angka juga dia sudah mengerti, Anastasia termaksud dalam anak yang Jenius.

Dia suka main di taman dan berlarian disana, menatap Langit dan awan. Bahkan dia sudah bisa membuat karya cipta dari awan-awan di atas sana.

Susternya itu juga heran dan sangat kagum dengan anak itu. Sampai suatu hari susternya duduk di taman dan menemaninya disana, Anastasia berjalan dan menghampiri sesuatu lalu berbicara. Susternya heran dengan semua yang dilakukannya, dia menghampiri Anastasia dan bertanya pada anak itu.

"Sayang..., kau sedang apa disini? Kenapa berbicara sendirian?" tanya suster itu.

"Ada kakak yang memanggil ku, sekarang dia sudah pergi." kata Anastasia dengan polosnya.

"Kakak, kau bilang? Tapi aku tadi tak ada melihat siapa pun disini bersama mu?" ujar suster itu.

Anastasia pun hanya tersenyum dan menatap sesuatu yang ada jauh darinya. Suster itu menjadi bingung saat mendengar apa yang dikatakan Ana dari tadi kepadanya.

"Sepertinya aku harus memberi tahu kejadian ini kepada bu Winda secepatnya agar bisa di sembuhkan dengan cepat." ujar suster itu yang mengira anak itu telah sakit mentalnya.

Dan setelah Winda pulang dari kantornya dan Ana juga sudah tidur di kamarnya, suster itu mengatakan apa yang ingin siang tadi dia katakan. Bahkan dia juga menyarankan agar membawa Ana ke dokter atau spesialis anak, agar segera Ana cepat di sembuhkan.

"Apa kau mengatakan anak ku sudah gila?!"

"Heh, kurasa kau yang sudah gila. Bilang saja kalau kau tidak sanggup untuk bekerja dengan ku lagi saat ini!"

"Atau apa karena bayarannya? Dan kau mau gaji yang cukup besar lagi?

Bukan kah itu sudah kesepakatan kita dari awal kau memintanya saat itu?!" Winda sedikit marah pada suster tersebut.

"Bukan bu.., saya minta maaf kalau ibu memang tersinggung dengan ucapan ku. Baiklah aku masih ingin bekerja disini merawat Ana." suster itu ingin masih bekerja.

"Tapi maaf, sayangnya saya tidak ingin menerima kamu lagi untuk menjaga anak saya. Kau bisa kembali ke tempat mu setelah aku mendapatkan pengasuh anak ku yang baru. Kau mengerti?!" Winda secara langsung memecatnya.

Suster itu menjadi bingung dan sedih karena Winda tak menginginkannya lagi saat ini. Tapi dia tak merasa sedih sangat, karena itu mungkin kesalahannya yang tak bisa baik dalam berkata-kata.

Dan Winda malam itu melihat anaknya dan membelainya, dia sangat yakin anaknya itu tidak sakit dan tidak perlu di bawa ke dokter spesialis.

"Semua akan baik-baik saja dan dia sangat ceria serta sehat semuanya." berkata dalam hatinya.

Malam itu Winda pun tidur di samping anaknya dengan nyaman, dia tampak terlelap karena kelelahan seharian bekerja. Ana dan Winda sangat mirip dari segi wajah, Namun sifat sedikit berbeda. Ana sangat kuat dan tegar namun berhati lembut. Sedangkan Winda berhati lembut dan suka menangis bila sedang terpuruk, namun dia tidak pernah menangis di depan anaknya.

Winda mencoba menjadi seorang mama yang tegar dan sangat kuat, padahal dia sudah sangat sesak di dadanya. Itulah yang dia lakukan kepada Ana yang tak mau terlihat lemah sampai saat ini.

Terpopuler

Comments

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

Keren sangat jenius

2023-02-02

1

Ir Syanda

Ir Syanda

Kesian ih Haris ...

2023-02-02

1

auliasiamatir

auliasiamatir

Winda gak siap menerima kritikan tentang anak atau pun tentang kekurangan anak nya.

2023-02-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!