Suamiku Anak SMA 3
"Tidak om, aku tidak mau." protes seorang gadis cantik berumur dua puluh tahun, bernama lengkap Indira Dania Kinanti.
"CK, Indira apa kamu benar-benar setidak tahu dirinya seperti ini, kamu bahkan tidak pernah melakukan apapun yang membuat om senang, kamu lupa siapa yang selama ini membiayai hidupmu dari kecil hingga sebesar ini, kamu lupa? apa perlu om ingatkan kembali agar kamu sadar?"
"Om aku bisa melakukan apapun untuk om, tapi tidak untuk yang satu ini, aku mohon om." Indira bersimpuh dikaki laki-laki yang berstatus sebagai om nya tersebut, dengan suara terisak.
"Tidak akan ada yang bisa kamu lakukan Indira, memangnya kamu bisa apa? bisamu hanyalah membuatku susah, kamu tahu itu?"
Indira menggeleng lemah, menatap sang om dengan tatapan sendunya.
"Jangan menatapku seperti itu Indira, karena hal itu tidak akan mengubah apapun."
"Apa semua ini karena uang, om?"
"Ya, sepertinya tebakan mu benar! aku tidak perlu berbohong bukan, benar! aku melakukan ini karena uang, kamu tahu bisnis om sedang berada diambang kehancuran Indira, dan menikahkan mu dengan Daniel adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nya."
"Om, aku akan membantu om menyelesaikan semuanya, aku yakin perusahaan om bisa bangkit kembali walau tanpa bantuan ba jingan itu."
"Tidak bisa! keputusan sudah om ambil, dan pernikahan mu dengan Daniel akan dilaksanakan segera." tegas Farhat dan berlalu meninggalkan Indira seorang diri.
Diatas lantai yang dingin, Indira memeluk kedua lututnya dengan wajah menunduk, menggigit bibir untuk mengurangi perasaan sesak yang memenuhi rongga dada.
Bagaimana mungkin sang om yang sudah ia anggap sebagai ayahnya tega menyerahkannya pada seorang pria kejam seperti Daniel yang bahkan terkenal sebagai pemain wanita.
"Urus dia."
Indira mendongak, saat suara sang om kembali terdengar, dengan empat orang berpakaian serba hitam yang berdiri dibelakangnya, dan perlahan keempat orang tersebut berjalan kearahnya dan memegangi tangannya dengan kuat.
"O-om, apa-apaan ini." protes indira berusaha melepaskan cekalan tangan mereka dengan berusaha menariknya sekuat yang ia bisa.
"Untuk memastikan bahwa kamu tidak akan kabur dari rumah ini." ucap Farhat dengan senyum semirknya.
Membuat indira menganggapnya bagaikan iblis kejam yang tidak berperasaan.
Indira tertawa sumbang, "Bahkan sekarang om menganggap ku tak bedanya dari seorang tawanan."
"Terserah kamu mau berbicara apa." Farhat berlalu dari ruangan tersebut.
"Aku kecewa padamu om." ucap Indira, membuat langkah Farhat terhenti.
"Aku pikir selamanya om akan menjadi om terbaikku, yang bertempat spesial dihatikku sama seperti ayah."
Farhat terdiam, tak berniat untuk menjawabnya, dan kembali melanjutkan langkahnya.
"Apa yang kalian tunggu, lakukanlah apa yang dia perintahkan." ketus Indira pada keempat pria tersebut yang hanya diam menatap kepergian Farhat.
"Maafkan kami nona, kami hanya menjalankan perintah." ucap salah satu dari mereka dan mengintruksikan yang lainnya untuk membawa Indira kekamarnya.
*
"Sudah selesai, anda terlihat sangat begitu cantik nona, priamu pasti akan sangat gila saat melihatnya." ujar seorang wanita yang ditugaskan Farhat untuk mendampinginya.
"Keluarlah sebentar Marla, saya ingin sendiri dulu."
"T-tapi nona_"
"Saya mohon Marla." ujar indira lirih, saat ini ia benar-benar ingin sendiri dulu dan tidak ingin berbicara banyak.
"Baiklah Nona, saya akan menunggu diluar."
Didepan Cermin kamarnya, Indira menatap wajah cantiknya yang baru saja selesai dirias oleh anggota MUA terkenal, yang secara khusus dipilihkan Daniel untuknya.
Namun bukan itu masalahnya, akan tetapi saat ini ia merasa masih tak percaya bahwa hari ini merupakan hari pernikahannya dengan Daniel.
Pria yang sangat ia benci.
Ada banyak doa-doa yang ia rapalkan dalam hati, agar hari ini pernikahannya berjalan tidak lancar.
Ya, jika biasanya seorang pengantin berharap sebuah kelancaran dalam pernikahannya maka berbeda dengan Indira yang justru mengharapkan sebuah ketidak lancaran yang akan membuat pernikahannya dengan Daniel batal.
Indira memekik, saat terdengar suara baritone sang om yang berasal dari pintu kamarnya.
"Dengar om! berhentilah menangis dan memasang wajah menyedihkan itu Indira, sebentar lagi Daniel akan sampai, kau dengar itu?''
"Iya, om!"
"Jangan membuat aku malu Indira."
Brakkk..
Setelah mengatakan hal tersebut, Farhat keluar dari kamar Indira sembari menutup pintunya dengan sangat keras, sementara Indira berjalan menuju jendela kamarnya menatap lalu lalang para tamu undangan yang mulai berdatangan memenuhi halaman rumah.
*
"Woyyy, turun Lo!" ujar tiga orang pemuda yang mengenakan seragam sekolah berwarna putih abu-abu, saat menghadang seorang pemuda dengan seragam yang sama yang tengah mengendarai motor besar berwarna merah mengkilap.
Terdengar decakan keras, dari pemuda yang kini tengah membuka penutup kepalanya.
"Lo bertiga lagi,?" ujarnya seraya berdecih.
"Urusan kita belum kelar, Lo belum menyelesaikan taruhan gue yang kedua." ucap salah satu dari mereka yang berdiri paling depan.
"Reno Bhakti Sanjaya, gue nggak akan lupa soal itu." menepuk pundak Reno dengan kekehan kecil.
"Gue nggak butuh janji, tapi gue butuh bukti."
"So?"
Reno menyeringai, "Lakukan sekarang!"
"Maksud lo_"
"Gala-Gala, Lo nggak bodoh kan?" Reno menyentil dahi Gala membuatnya tersulut emosi.
"Sialan!"
"Lakukan sekarang, atau_"
"Asal Lo tahu, gue nggak takut ancaman Lo Reno Bhakti Sanjaya." sentak Gala seraya mencengkram kerah baju milik Reno.
"Ok, kalau begitu sekarang Lo lihat itu?" Reno menunjuk sebuah rumah yang mulai dipenuhi deretan mobil mewah dengan berbagai merek.
"Lo pasti tahu kan itu artinya apa?" Reno beralih menunjuk sebuah janur kuning yang berdampingan dengan karangan bunga, bertuliskan The Wedding, Daniel & Indira.
"Gimana?"
"Lo gila." sentak Gala.
"Lakukan sekarang, atau_"
"Ini benar-benar tidak sesuai perjanjian, Lo main curang?"
ujar Gala seraya mendorong tubuh Reno hingga terhuyung ke belakang.
"Ren, Lo nggak apa-apa?" tanya Ervan dan Andres bersamaan memegangi bahu Reno.
"Lo berdua tenang aja, ini cuma masalah kecil." ujar Reno yang kemudian kembali mendekati Gala.
"CK, Galaksi Melvin Arsenio, curang Lo bilang?" Reno tergelak keras.
"Lo nggak lupa kan, kalau di perjanjian taruhan yang kedua itu, gue cuma bilang Lo harus menculik pengantin cewek, nggak berdasarkan waktunya kapan dan dimana."
"Lo_"
"Jadi gimana, Lo mau tetap jadi jagoan atau pengecut?"
"Lo benar-benar licik Ren, gue pasti bakal membalas kejadian hari ini, camkan itu!"
"Gue tunggu, looser!"
"Ayok, cabut!" Reno mengajak kedua sahabatnya untuk melanjutkan perjalanannya menuju sekolah.
Sementara itu Gala mengepalkan kedua tangannya dan mulai memikirkan cara agar ia bisa menculik pengantin wanita yang bahkan tidak ia kenal sama sekali terutama mengenai keberadaannya saat ini.
"Sial!" umpatnya, seraya menendang motornya dengan sangat keras, kemudian mengaduh saat merasakan nyeri diujung kakinya.
"Motor sialan, bukannya minggir!" gerutunya.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sukses
2023-04-15
0
N'Dön Jùañ Shakespeare
😁😁 benda mati nggak bisa gerak sendiri Gala😁
2023-03-17
0
Siti Dewi Mutmainah
ini lanjutnya novel suamiku anak SMA ya pantes Enggak asing SM namanya berarti anak nya El SM kinar cucunya Ando dan nada
2023-01-22
1