"Huhft."
Setelah memastikan pemuda yang bernama Gala itu pergi, Indira bergegas mengganti pakaiannya, dan keluar meninggalkan rumah tersebut dengan sedikit tergesa-gesa.
Ya, Indira memilih pergi karena ia bukanlah gadis yang mudah percaya kepada siapapun, terutama kepada Gala pemuda yang telah menculiknya beberapa jam yang lalu.
Hal ini tentu merupakan pengalaman pertamanya bagi Indira, diculik kemudian ditempatkan disebuah rumah kosong yang bahkan tidak memiliki banyak tetangga.
Meski ia menyadari Gala bukanlah seperti kebanyakan penculik yang sering diceritakan orang-orang pada umumnya, yang terkenal dengan kegarangan dan wajah seramnya, namun bagi Indira sebuah penculikan tetap tidak dibenarkan.
"Gue harus pergi." ucapnya dan sesekali menoleh kebelakang, untuk memastikan bahwa keadaan nya saat ini benar-benar aman.
Indira mengusap peluh di dahinya yang mengucur, kemudian beristirahat sejenak di salah satu emperan toko kosong yang terletak dipinggir jalan.
Menghela napas panjang, untuk menyetabilkan debaran jantung yang kian berpacu.
Kini ia sudah cukup jauh meninggalkan tempat tadi, dan sekarang tujuannya adalah menemui Sherina sahabatnya, karena hanya Sherina lah yang menjadi harapan satu-satunya untuk ia mintai pertolongan.
*
"Neng Sherin, ada temannya tuh didepan Kost an, sudah menunggu dari tadi siang." ujar Bu Fatma yang merupakan ibu-ibu pemilik kost-an khusus Putri yang salah satunya di sewa Sherina.
"Yang mana ya bu?" Sherina bertanya, sembari mengembalikan helm kepada tukang ojek yang telah mengantar nya sore ini.
"Itu lho, yang sering kesini."
Sherina tampak berpikir sebentar.
"Umm, Indira bukan ya."
"Ya, itu neng Indira."
"Oh yaudah Bu, kalau begitu saya permisi."
"Iya."
Sherina membuka gerbang yang menjadi pembatas antara jalan raya dan kost-kostan khusus Putri milik Bu Fatma, tersenyum saat melihat Indira yang tengah merenung disebuah kursi plastik yang berada didepan kostannya.
"Indira?"
"Sherin." Indira beranjak dan memeluk Sherina.
"Ra, gue kira Bu Fatma bercanda lho tadi, kok tumben sih kesini sore-sore." ujar Sherina dengan raut wajah yang terlihat terkejut sekaligus terlihat senang.
"Gue kesini mau minta tolong sama Lo She, gue lagi dalam masalah."
"Kayaknya serius banget, yaudah sekarang kita masuk dulu, Lo ceritain semuanya didalam aja."
"Sini, duduk disini." Sherina menepuk sofa bed yang berada didalam kostannya.
"Bentar gue bikinin minum dulu ya."
"Makasih She."
"Udah, santai aja.''
"Nih minum dulu, abis ini Lo wajib cerita." Sherina menyodorkan segelas jus jeruk ke hadapan Indira, kemudian mendudukkan dirinya disamping sahabatnya itu.
"Makasih She."
"Sama-sama, diminum dong!"
"Iya."
"Jadi apa yang terjadi sama Lo Ra?"
"Gue diculik She."
"What?! elo di culik, seriusan Ra."
Indira mengangguk.
"Kenapa bisa?"
"Gue juga nggak tahu."
"Yaampun Ra, tapi ini L-lo Lo nggak apa-apa kan?"
"Gue nggak apa-apa Sherina."
"Ihs serem banget sih, hari gini kok masih ada orang model begituan ya."
"Gue juga nggak tahu She, tapi semua ini terjadi di hari pernikahan gue tadi pagi."
"Terus?"
"Terus_"
"Eh tunggu-tunggu Ra, Lo bilang apa tadi, hari pernikahan? Lo_"
"Ya."
"Ra, Lo married? dan elo sama sekali nggak ngasih tahu gue, ngundang gue, Ra Lo_"
"Sorry banget She, gue minta maaf! gue pikir Lo nggak perlu tahu soal pernikahan gue, karena menurut gue semua itu nggak penting banget."
"Gimana bisa Lo bilang ini nggak penting sih Ra,?"
"Gue dipaksa sama om gue, karena dia punya banyak hutang."
"Om Lo?
"Iya, dan Lo tahu siapa calon suami gue?"
"S-siapa?"
"Daniel."
"CK, playboy psikopat itu, ini benar-benar gila! Terus Lo kenal sama penculik Lo itu?"
"Nggaklah She, tapi yang gue heranin dia masih muda lho, anak SMA, bahkan saat dia nyulik gue dia memakai seragam SMA She, dan lebih gue nggak ngertinya lagi dia mengiyakan candaan gue yang minta tinggal dirumah kosong itu, dan bukan hanya itu She, dia benar-benar ninggalin gue disana tanpa mengikat gue atau mengunci pintunya dari luar, aneh nggak sih menurut Lo?"
"Serius Ra?"
"CK, Sherina."
"Kok bisa ya?"
"Aduh nggak tahu deh She, dan sekarang gue bingung musti gimana, gue nggak bawa ponsel, dompet, semuanya ada dirumah om gue, tapi gue juga nggak bisa balik lagi kesana, karena gue yakin om gue pasti murka banget."
"Lo tenang aja Ra, mulai sekarang Lo tinggal sama gue, dan untuk sementara Lo pake uang tabungan gue aja ya"
"Tapi She?"
"Nggak usah banyak tapi, bilang iya aja."
"She?"
Sherina men desah, kemudian memegangi kedua bahu Indira.
"Lo sahabat gue Ra, dan gue tahu Lo nggak punya siapa-siapa lagi selain om Farhat, jadi lo terima bantuan dari gue ya."
"Tapi gue pasti bakalan ngerepotin Lo terus She."
"Nggak! gue sama sekali nggak repot."
"Gini aja She, kira-kira ditempat Lo kerja ada lowongan nggak, karena gue udah ngundurin diri dari FlorinCafe, gue pengen kerja lagi, seenggaknya gue bisa cepat-cepat balikin uang Lo yang gue pinjam nanti."
''Ditempat kerja gue sih nggak ada lowongan Ra, tapi besok gue coba cari info ke teman-teman kerja gue, siapa tahu salah satu dari mereka punya kenalan orang yang lagi membutuhkan tenaga kerja ya."
''Thanks Sherina, Lo emang benar-benar sahabat gue banget."
"Sama-sama Ra."
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-04-15
0