Pesona Janda Muda

Pesona Janda Muda

Kesan Pertama

"Berhenti di depan aja, Mbak." Ucapku sedikit berteriak agar si pengemudi bisa mendengarnya.

Seorang wanita memakai celana abu-abu dengan jaket hijau di hiasi logo ojek online mengangguk mengiyakan.

Udara dingin pagi menemani perjalanan kami menempuh waktu lebih dari 20 menit lamanya. Arus lalu lintas sedang padat-padatnya, itulah alasan aku memesan ojek online ketimbang naik taksi. Motor bisa menyelip melintasi jalanan yang padat, menghemat sedikit waktu untuk sampai di tujuan.

Laju motor perlahan berhenti di depan gerbang perusahaan.

"Aku bayar pakai Gopay ya, Mbak." Ucapku memperlihatkan layar ponsel kepadanya. Dia mengangguk mengucap terimakasih, hampir tidak terdengar karena wajahnya ditutupi masker dan helm.

Setelah berpamitan, dia melajukan kembali sepeda motor metik warna merah, menjauh, lalu hilang dari pandangan, membaur dengan kendaraan yang penuh sesak di sana, di jalanan ibu kota.

"Kamu terlambat lima menit Arsen," suara berat menyambut ketika aku memasuki ruangan utama.

Seorang pria setengah baya duduk di kursi kebesaran yang dibalut kulit asli berwarna hitam, dibawahnya terdapat enam roda kecil, memudahkan penggunanya bergerak.

Pria itu menatap tajam ke arahku, menyilangkan kaki kanannya ke atas, duduk bersender dengan posisi tangan melipat di dada.

Di atas meja kantor, papan nama Arsenio Werner sudah terpasang dengan awalan CEO di depannya, sebuah jabatan yang tidak kuinginkan namun terpaksa dijalani karena tidak ingin mengecewakan orang yang sedang menatapku dengan tajam ini, mengunci pandangan, seperti meminta penjelasan mengapa aku datang terlambat.

"Maaf, Pah. Aku sudah berusaha secepat mungkin untuk tiba di sini, sampai naik ojek. Lagian kan cuma telat lima menit toh." Aku melepas jas hitam, menggantungnya ke stand hanger yang terletak di pojok ruangan.

"Bagi pembisnis, time is money! Terlambat lima menit sama dengan membuang banyak uang."

Aku membuang nafas kasar, perdebatan ini tidak akan selesai kalau aku terus membela diri, karena kenyataannya aku memang salah.

"Maaf, Pah." lirihku tidak ingin memperumit perkara terlambat lima menit.

"Sudahlah, makanya kamu pindah saja ke rumah, tinggalkan apartemen itu. Rumah kita sangat besar, tapi di dalamnya sepi. Untuk apa kamu terus-terusan tinggal di apartemen? Kuliahmu sudah selesai, tidak ada lagi alasan menetap di sana."

Pria itu bangkit dari kursi, mengelus rambutnya yang rapi, mendekat ke arahku, dia menoleh ke arah jam dinding yang berputar tanpa suara.

"Ayo, rapat pergantian CEO akan segera dimulai. Persiapkan dirimu, jangan mengecewakan Papa."

Kini beban itu ada di pundakku, memimpin perusahaan tekstil yang memiliki 5000 karyawan di sini, dan 3000 karyawan di cabang lainnya.

Aku menghela nafas, merapikan dasi merah yang melingkar di leher. Sudah bukan saatnya lagi bagiku bermain-main, kini ada ribuan orang yang bergantung hidup kepadaku.

Beginilah rasanya menjadi anak semata wayang, dituntut tumbuh sempurna, sedari kecil sudah menjadi harapan orang tua. Diminta untuk meneruskan bisnis mereka yang sudah dibangun susah payah, tanpa perduli cita-cita si anak itu sendiri.

Sudah bukan waktunya lagi bagiku menikmati hobby mendaki gunung berkeliling negara, berpetualang dari gunung satu ke gunung lainnya, menikmati suasana puncak yang sunyi dan indah.

Bangun Arsenio! Kini waktunya untuk serius menjalani hidup.

"Baik, Pah." Aku mengekor di belakang Papa. Berjalan menuju podium untuk menguarkan pengumuman penting, yakni pergantian CEO.

Papa memilih pensiun, kini jabatan itu adalah tanggung jawabku, tapi masih tetap diawasi olehnya.

Seluruh tamu undangan, karyawan, dan orang-orang dengan jabatan penting sudah berjejer rapi duduk di kursi masing-masing, beberapa diantara mereka berbisik-bisik penasaran dengan CEO baru, beberapa lagi seolah tidak perduli, yang penting mereka bisa tetap bekerja dan mendapat gaji.

Acara di mulai, MC menaiki podium, membaca rangkaian acara, memanggil orang-orang penting untuk memberi sambutan, hingga tiba waktu dimana Papa maju memberikan pidato pergantian CEO.

"Kepada yang terhormat Bapak Tony Werner Buana, selaku Direktur utama, kami persilahkan untuk menaiki podium." Ucap MC wanita berkacamata itu, wanita yang wajahnya sudah tidak asing, karena dia adalah MC terkenal yang sering wara-wiri di televisi.

Papa menaiki podium, meraih microfon, berdiri dengan gagah meski usianya tidak lagi muda. Dia mulai bercakap-cakap mencairkan suasana, lalu beranjak membicarakan alasan mengapa dirinya pensiun, terakhir dia memanggil namaku yang menggema ke seluruh ruangan.

"Berikan tepuk tangan kepada CEO baru kita agar dia bersemangat melaksanakan tugas di hari pertamanya, inilah putra kesayangan saya, kebanggaan saya, dan harapan saya satu-satunya, Arsenio Werner."

Riuh tepuk tangan meramaikan suasana yang sejak tadi datar, ribuan mata menatap serius, memperhatikan langkahku yang berjalan menaiki podium. Sedikit gugup, tapi berhasil ditepis dengan menarik nafas dalam, dan menghembuskannya pelan.

Aku melambaikan tangan, jepretan kamera dengan lampu flash membuat silau penglihatan, para wartawan antusias mengambil gambar dari berbagai angle.

Besok, wajahku pasti memenuhi kabar berita di mana-mana. Namaku akan dikenal banyak orang, wajahku akan menjadi familiar, kini tidak hanya menjadi CEO, tapi juga seleb dadakan.

Bagaimana tidak? Perusahaan Papa adalah perusahaan besar, banyak dikenal masyarakat dari penjuru negeri, wajah Papa banyak wari-wiri di televisi, koran, situs berita online, media sosial, bahkan papan iklan yang berdiri kokoh di tepi jalan, karena dikenal sebagai pengusaha sukses, dia sering menjadi motivator yang membagikan kiat-kiat meraih kesuksesan.

Berita Papa pensiun secara mendadak tentu menjadi perbincangan panas di media, yang lebih menarik bagi mereka adalah diriku, sosok penggantinya.

"Halo, kalian sudah dengar nama saya dari Papa tadi. Tapi saya ingin secara resmi memperkenalkan diri. Nama saya Arsenio Werner, jabatan ini merupakan tanggung jawab besar bagi saya. Saya tidak menjamin bisa sehebat Papa, tapi saya akan berusaha yang terbaik dan membuat Papa bangga kepada saya." Aku membungkukkan badan ke kanan, tengah, dan kiri podium, menelungkupkan tangan, mengucap terimakasih atas antusias mereka menyambutku di perusahaan ini.

Sebenarnya, ini bukan perusahaan satu-satunya. Kami memiliki beberapa perusahan lain di bidang usaha yang berbeda. Tapi tidak sebesar perusahaan ini. Perusahaan itu di handle oleh kaki tangan dan kerabat Papa.

Kalau aku menyanggupi, dia menyuruhku menghandle semuanya, tapi aku tidak sehebat yang dibayangkan. Aku memilih fokus mengembangkan perusahaan ini.

Setelah acara selesai, seluruh karyawan beranjak ke tempat kerjanya masing-masing. Aku mengagumi Papa, dia pekerja keras sampai memiliki karyawan sebanyak ini. Dari sini, aku melihat mereka seperti perkumpulan semut yang membubarkan diri.

Warna seragam yang dipakai menandakan identitas jabatannya di perusahaan. Ada yang memakai seragam merah, golongan seragam ini adalah operator produksi.

Ada pula seragam biru muda sebagai staff. Yang terakhir ada kumpulan orang-orang dengan jas dan kemeja rapih, mereka adalah orang yang menjabat posisi penting di perusahaan.

Papa menepuk pundakku, mengelusnya dengan lembut, memberi semangat, meyakinkan diriku bahwa aku bisa menjalankan tugas ini dengan baik.

"Papa percaya kamu bisa lebih lebih hebat dari Papa."

Kalimat sederhana itu seperti cambuk yang memukul keras ulu hati.

Kini tidak hanya tanggung jawab CEO saja yang dipikul, tapi juga kepercayaan Papa yang harus berhasil diwujudkan.

Sesampainya di ruang kerja, aku bersender di kursi, mendongakkan kepala menatap langit-langit.

Aku mengingat wanita tadi, yang menjemputku di apartemen dan mengantarku ke sini, perjalanan 20 menit yang memberi energi positif.

Saat menjemput, dia membuka helm dan maskernya sebagai syarat dari pihak keamanan untuk memasuki area apartemen.

Dari lobby, aku memperhatikannya semakin mendekat, mata menolak berkedip kala wajahnya yang cantik menyihir penglihatan. Rambutnya yang panjang menari-nari mengikuti semilir angin. Dengan wajah cantiknya, dia tidak gengsi mencari uang menjadi ojek online. Istimewa bukan? Ditengah gempuran gaya, masih ada wanita sederhana yang mengesampingkan gengsi.

Untuk mencairkan suasana, aku mengajaknya ngobrol. Tapi sepertinya dia tidak suka, atau mungkin karena dia sedang fokus berkendara.

"Kenapa Mbak ngojek?" Tanyaku saat kami berada di lampu merah pusat kota. Ini lampu merah terlama, nyalanya bisa lima sampai sepuluh menit. Kupikir tidak ada salahnya mengajak dia ngobrol, itung-itung menghilangkan jenuh menunggu lampu merah berganti warna.

"Terdesak, Mas." jawabnya singkat.

Aku tidak puas mendengar jawabannya. Pasti ada alasan lebih spesifik bukan? Sampai dia terdesak menjalani pekerjaan yang tidak cocok untuk perempuan. Apalagi dia sangat cantik, bagaimana kalau dia bertemu customer nakal? Lebih menakutkan lagi kalau bertemu customer nekat, bisa saja dia diculik, diperkosa, atau bahkan dibunuh. Mengerikan!

Ini tidak berlebihan. Kenyataannya dunia ini memang kejam, apalagi dia bekerja menjual jasa, bertemu banyak orang dengan karakter yang berbeda-beda.

"Kan ada profesi lain yang lebih aman untuk seorang wanita." tuturku memberi pencerahan.

"Nyatanya menemukan profesi itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Setelah kematian suamiku, tidak mungkin aku terus-terusan diam menunggu keajaiban datangnya profesi yang menurut anda aman. Sementara ada anak yang harus kuurus."

Skakmat!

Dia membungkam mulutku dengan jawabannya. Apakah dia tahu kalau dirinya sangat keren. Pertemuan singkat ini membuatku terkesan.

Ya, informasinya hanya sebatas itu. Hanya setakat itu yang dijawab olehnya, tapi menciptakan kesan yang dalam di sini___

Di hatiku.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

fiendry🇵🇸

fiendry🇵🇸

ijin mampir ya...

2022-12-10

0

Laras Azfar

Laras Azfar

aku mampir thor

2022-12-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!