(Bukan) Cinta Terlarang
Megantara Stewart merupakan anak pertama dari keluarga Stewart. Dia lahir dari rahim ibu yang bernama Lucretia Stewart dan ayah nya bernama Barnest Stewart.
Megantara yang akrab di panggil Megan tersebut merupakan seorang CEO di salah satu perusahaan ayahnya yang bergerak dibidang pertambangan batubara.
Cuek dan kaku serta dingin itulah kepribadian yang menggambarkan dirinya, tapi tak lantas membuat pesonanya memudar dimata kaum hawa. Ketampanan dan pesonanya selalu bisa memikat hati para perempuan. Tapi sayang, tak ada satupun wanita yang bisa memikat hatinya, lebih tepatnya tidak mau melirik perempuan dulu, hatinya seperti mati pada perempuan untuk sa'at ini, entahlah, semua bermula dari penghianatan sang kekasih beberapa waktu lalu.
*****
Waktu itu...
"Sayang ... kapan kamu akan menemui orang tua ku, kapan kita nikah nya sayang?" rengek Jessica pada seorang lelaki sambil menyandarkan kepalanya dibahu sang lelaki.
"Iya sayang, sabar, tunggu proyek yang satu ini selesai ya, aku ingin mengadakan pesta yang besar untuk pernikahan kita nantinya," jawab sang pria.
Dia adalah azward Sebastian, anak tunggal dari keluarga sebastian pemilik salah satu perusahaan terbesar di kotanya. Tapi Azward memilih jadi arsitek dia belum mau bekerja di perusahaan ayahnya.
"Iya sayang, aku akan menunggumu," Jessica berkata sambil memeluk sang kekasih dari samping. Entah siapa kekasihnya yang sebenarnya, pasalnya Jessica merupakan kekasih Megan selama empat tahun ini.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi sepasang mata dan telinga telah melihat dan mendengar ucapan mereka. Dia adalah Megan, kekasih Jessica selama empat tahun ini.
Megan yang ingin membeli makanan pesanan sang adik hanya terpaku menyaksikan keyataan di depan mata.
"Ternyata dia menghianati ku."
Betapa kecewanya hati Megan, perempuan yang selama ini dianggapnya begitu mencintainya, hingga ia rela berkorban demi sang kekasih. Waktu dan materi telah dia korbankan untuk sang kekasih, tapi ternyata yang didapat hanyalah penghianatan.
Tanpa pikir panjang , Megan berbalik dan meninggal restoran tempat sang kekasih memadu kasih dengan pria lain. Entah kenapa, bukannya memergoki dan melabrak mereka, Megan malah pergi begitu saja.
"Aaarghhhh, ternyata selama ini aku memanjakan perempuan ular, untung aku belum menikahi nya." Megan memukul stir mobil untuk melampiaskan kemarahannya.
"Aku harus mencari restoran lain, persetan dengan tuh perempuan.''
Megan menyalakan mesin mobil dan mencari restoran lain, dia tidak mau adik nya terlalu lama menunggu, bisa-bisa sang adik kelaparan menunggunya.
Meskipun ada asisten rumah tangga yang memasak dirumah, tapi kali ini Bella Stewart, adiknya megan yang imut dan manis itu, ingin memakan makanan ala Jepang.
***
Dirumah Megan
"Bi ... Bella mana?" tanya Megan pada sang asisten rumah tangganya.
"Ada dikamar Den, mau bibi panggilkan?"
"Biar saya saja." Megan meletakkan makanan yang dibawanya diatas meja makan seraya berlalu menuju kamar adiknya.
Tok, tok, tok.
"Kakak udah pulang? yuk kita makan," ajak Bella pada sang kakak.
"Kakak ngak lapar, kamu aja makan sendiri, kakak mau istirahat, capek bangat," tolak Megan.
"Ngak mau, kakak harus temani Bella," rengek Bella kemudian menarik tangan sang kakak, karena Megan tidak mau menemani nya makan. Sebenarnya bukannya ngk mau, tapi dia sedang dalam situasi hati yang tidak baik.
"Hufftt..." Megan menghembuskan nafas kasar.
Di meja makan.
"Loh kok ... rasanya beda dari yang biasa kak?" tanya Bella setelah menghentikan kunyahannya pada suapan pertama. "Pasti belinya bukan direstoran langganan kita ya?" protes Bella.
"Iya, ditempat biasa udah habis makanan ini." bohong Megan.
"Udah, makan aja, enak juga kok."
"Iya sih enak." Bella kembali melanjutkan makannya.
Hening, beberapa sa'at tanpa percakapan, mereka sibuk dengan makanan masing-masing meski wajah Megan tetap kusut dan fikirannya melayang entah kemana.
"Kakak kenapa bengong?" Pertanyaan Bella mengagetkan Megan.
"Ngk kenapa-kenapa."
"Trus kenapa bengong?"
"Kakak kecapekan," jawab Megan berbohong.
"Sepertinya kakak ada masalah, masalah pekerjaan atau masalah kekasih kakak yang matre itu?"
"Kenapa kamu bilang matre?" Megan terkejut dengan pertanyaan sang adik.
"Iya matre, semua orang juga tau kalau dia matre, ketemuannya kalau ngak shopping ya kesalon, cuma ngabisin duit kakak doang. Kakak aja yang bucin, ngk tau bedain yang tulus sama yang pura-pura".
"Hufft."
"Kenapa diam, benar kan yang Bella bilang?"
"Kamu kapan perpisahan?" Megan berusaha mengalihkan bahasan.
"Uh, mengalihkan pembicaraan aja." Bella merasa kesal. "Minggu depan, kakak ikut kan?" tanya Bella.
"Kakak usahain, papa sama mama kapan pulang?"
"Mama bilang sih dua hari sebelum acara."
***
"Ma, Bella mana sih? kog lama amat? nanti kita telat, acara nya 15 menit lagi lo ini." Megan yang berdiri di depan sekolahnya Bella, tampak gelisah gegara adiknya yang mau perpisahan belum juga nyampe.
"Tuh dia." Lucia, mamanya Megan menunjuk kearah mobil yang baru datang dan terlihatlah seorang perempuan cantik keluar dari dalam mobil yang dibukakan pintu oleh sopirnya.
"Kog lama sayang?" tanya lucia pada sang anak, Bella pun lalu menggandeng sang ibu.
"Iya ma, salonnya kedatangan banyak pelanggan hari ini, jadi Bella harus menunggu."
Karena hari ini adalah hari perpisahan di sekolah ternama, maka para siswa pun kebanyakan pergi kesalon yang sama hari ini, salon yang banyak didatangi para keluarga konglomerat, karena itu, Bella pun harus sedikit menunggu.
"Yuk kita masuk!" ajak Barnest Stewart ayahnya Bella dan Megan.
"Kak, ayuk!" Bella sedikit berteriak karena melihat Megan yang terlihat bengong.
"Eh iya." Megan pun terkejut. "Ayok."
"MasyaAllah, kenapa dia secantik itu? apa karna dia didandanin dan tidak memakai seragam sekolah kayak biasanya? seperti bukan adikku yang biasa kulihat." Batin Megan, dia merasa ada yang salah dengan dirinya, pasalnya, jantungnya berdebar lebih cepat dari sebelumnya sa'at memandang sang adik sa'at ini.
Dia yang dari tadi memandang Bella merasa pangling melihat perubahan penampilan sang adik. Dengan perasaan tak menentu, Meganpun melangkah masuk mengekori adik dan kedua orangtuanya.
Didalampun Megan merasa tak tenang, dia selalu gelisah, hingga ayahnya pun menegurnya. "Kamu kenapa? kenapa kayak cacing kepanasan gitu?"
"Eh, ngk kenapa-kenapa pa, kebelet aja," dusta Megan.
"Ya udah, sana ketoilet, ngapain masih disini?"
"Ya sudah aku ke toilet dulu." Megan pun melangkah keluar, tapi bukan ketoilet, melainkan ketaman sekolah.
Hingga acara selesai, Megan tak kunjung memasuki aula, sampai papa dan mamanya kebingungan menunggunya.
"Coba telpon ma!" Saran Bella.
"Oiya, sebentar, mama telpon dulu."
Drrttt.
drrttt.
"Ya ma." Sahut Megan
"Kamu dimana?, acaranya udah selesai nich, kenapa kamu menghilanh gitu? omel mamanya.
"Di taman ma, gerah didalam" jawab Megan.
"Gerah apaan? mama sama papa kamu ngk merasa gerah kog."
"Kita mau langsung pulang nih ma?" tanya Megan mengalihkan bahasan.
"Ngak, kita mau foto keluarga dulu, kamu tunggu disitu, jangan kemana-kemana!" Perintah sang mama.
"Foto dimana, Ma?"
"Ditaman aja, kamu sih, main pergi-pergi aja."
"Iya iya, aku tunggu disini, Mama jangan ngomel-ngomel! nanti cepat tua."
"Ih dasar, anak durhaka." Lucia mematikan telepon nya.
"Dimana Megan Ma?" tanya Barnest.
"Ditaman Pa, yuk kita kesana!"
Mereka pun menuju taman, dan melakukan foto brsama disana, dan ada juga sesi foto mama dan papa saja, mama dan papa dengan Bella di tengah,ada juga Bella dan Megan saja, yang mana, Megan tidak bisa tersenyum hingga Mamanya menegur agar dia tersenyum.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
salam kenal mampir juga kecerita ku
ya say.
2023-03-16
0
Bangu Thry Wulandari
megan ada rasa sama bella kah?
2023-03-15
1
💞Aqis💞
🥰🥰🥰🥰
2023-03-15
1