Om Kucing

Om Kucing

Bab 1 Pindah Rumah

Mereka baru saja pindah ke rumah barunya yang baru saja di beli seharga 1 miliar, Osin isterinya bergegas membersihkan ruangan. Menyapu semua halaman dan rumah, tugas pekerjaan rumah tangga ia kerjakan sendiri tanpa bantuan siapapun, karena ia terbiasa mandiri. Kedua anaknya yang masih balita di asuh oleh ayahnya yang bernama "Teko" mereka hidup bahagia bersama kedua anaknya lelakinya "Pecin dan Royco."

"Sayang tolong aku, sebentar saja biarkan mereka bermain di dalam rumah-rumahan itu."

Teko menghampiri osin yang saat itu sedang menggeser lemari kaca untuk televisi, "Baguskan aku menaruh televisi di sini." Osin menggunakan ikat rambutnya kemudian memeluk teko. Nampaknya teko tak bereaksi, ia karakter pria yang dingin dan sedikit romantis.

Kemudian teko mengecup bibir osin yang saat itu terlihat cantik di bawah terik sinar matahari, jendela yang luas dan belum di pasang gorden.

"Suamiku.. Jaga saja mereka, aku akan merapikan beberapa piring di dapur. Berikan mereka makanan lunak, air termos dan biskuit ada di meja taman."

"Baik, aku cinta kamu." Sahut teko. "Aku cinta kamu juga" Osin mengedipkan mata.

Ia mengeluarkan satu persatu piring dan gelas di dalam dus besar, kemudian di lap dan menaruhnya di lemari dapur. Terdengar suara tikus sangat berisik di bawah tempat cuci piring yang bertumpukan dengan barang bekas.

"Tikus.." Teriak osin kemudian memukul tikus itu dengan sapu.

"Syukurlah, aku benci tikus." Menghela napas.

Teko yang sedang mengasuh tiba-tiba merapikan rambutnya dan bercermin di kaca spion mobil, seorang perempuan cantik masih muda lewat depan rumahnya lalu tersenyum.

Pipinya berubah kemerah-merahan dan sedikit malu, kemudian melambaikan tangan. Teko pria berusia 40 tahun yang perutnya sedikit buncit itu terlihat salah tingkah.

"Mmm.. Aku harap dia duda, mobil yang bagus." Ujar perempuan itu bergumam dalam hatinya.

Mobil sedan mewah miliknya memikat perempuan. Yang ia beli dua tahun yang lalu seharga 600 juta. Itupun di bantu oleh isterinya yang sama-sama sukses sebagai pengusaha kuliner.

Anaknya hilang kemudian ia berjalan tertatih-tatih ke dalam rumah, "Pecin... Kemana ayahmu? Rupanya dia pria yang lalai." Sambil menggendong anaknya ia keluar melihat teko sedang bercermin dan bergaya.

"Teko....!!!" Apa yang kamu lakukan? Tak ada pekerjaan lain selain bercermin." Teriak osin.

"Maaf isteriku. Aku sedang menghibur anak-anak, tuh lihat royco tertawa."

"Alasan saja" Lalu memberikan pecin pada teko, ia melanjutkan pekerjaannya membersihkan kamar.

"Mmm... Punya isteri seperti harimau membuatku pusing, sudah begitu tak pernah menghias diri." Keluh teko.

Anaknya yang melihat ayahnya banyak berbicara di tampar olehnya, "Pecin apa yang kamu lakukan? Ini ayahmu." Mengelus pipi.

Ia menaruh kedua anaknya di tenda tempat mereka bermain, karena tenda itu cukup besar ia pun membaringkan tubuhnya. Royco yang tengah asyik bermain seketika memukul perut ayahnya.

"Ini bukan bola sayang, ingat baik-baik tidak boleh di pukul." Sambil memberikan susu botol.

Setelah beberapa jam ia tertidur dan kedua anaknya berjalan bersama-sama menuju ke rumah tetangga sebelah. Mereka sedang berkumpul di halaman rumah, terkejut. Anak balita sudah berada tepat di depan pagarnya.

"Anak siapa itu? Siska kemari.. Teriak seorang ibu kemudian ia menggendongnya. Lihat anak siapa ini, di tinggal kedua orang tuanya." Dengan nada kesal.

"Mungkin tetangga sebelah mereka baru saja pindah, coba ibu ke rumah mereka saja."

Setibanya di rumah ia bertemu dengan osin yang sedang memasak, terpaksa ibu yang bernama viva masuk ke dalam rumahnya. "Permisi, maaf aku lancang masuk ke rumahmu, apakah ini anakmu?"

"Oo tak apa, pecin, royco kamu baik-baik saja?" Lalu memeluknya.

"Dia baik-baik untunglah ada aku dan anak yang melihat mereka berjalan ke arah rumahku, perkenalkan namaku viva. Oo ya aku osin." Berjabat tangan.

"Lain kali hati-hati jagalah anakmu, khawatir ia berjalan cukup jauh, terlihat jalannya sudah lancar."

"Terima kasih, baik-baik. Oo ya ini ada sedikit makanan untukmu." Menyodorkan sebungkus cokelat khas jepang.

"Wah aku suka sekali makan cokelat, tapi ini cokelat berbahasa jepang ya."

"Ya, benar. Asli dari jepang."

"Baik.. Terima kasih. Permisi."

***

Malampun tiba... Osin dan teko bertengkar cukup hebat, hingga kedua anaknya menangis.

"Kamu jadi pria jangan egois, turunkan emosimu!! Aku sudah cukup sabar hingga saat ini."

"Aku tak salah, kamu yang terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah."

"Kamu tak melihat?? siapa lagi yang membersihkan rumah kalau bukan aku? Lalu, kamu yang membersihkannya?" Alisnya tertarik ke atas, emosinya meledak-ledak.

"Sudahlah, aku menyarankanmu menggunakan asisten rumah tangga saja. Tetapi kamu tidak mau. Itu salahmu sendiri."

Kemudian teko keluar kamar dan tidur di sofa, osin dengan santai menggendong kedua anaknya di ranjang. "Lihat ayahmu nak, dia sangat egois. Hanya berani kepada perempuan saja. Untunglah kalian bukan perempuan. Perlakukan wanitamu di masa depan dengan lemah lembut." Kecup kedua anaknya, walaupun mereka belum mengerti.

Sambil nonton televisi teko memeluk bantal sofa sambil tiduran dan mengunyah beberapa camilan, lagi-lagi ia nonton perempuan cantik. Ia sangat menyukai perempuan korea yang tinggi kurus juga putih.

Osin melewatinya dengan santai, tak merasa cemburu karena ia sudah tahu suaminya yang mata keranjang. Namun cintanya masih saja untuk suaminya, teko menarik osin yang saat itu sedang gosok gigi di wastafel kamar mandi.

"Diamlah, aku ingin istirahat." Sambil menggosok giginya.

Karena merasa menyentuh berlebihan ia terpaksa membersihkan mulutnya dan terjadilah kemesraan mereka di dalam kamar mandi.

Sekitar jam 11 malam teko dan osin tertidur pulas di atas sofa, yang cukup lebar. Kedua anaknya menangis cukup kencang, kemudian teko terbangun dari tidurnya. Ia takut mengganggu isterinya, maka berinisiatif memberikan sebotol susu pada pecin yang saat itu ingin minum susu.

Setelah pecin menghabiskan satu botol susu ia tertidur, royco terbangun dan menangis. Teko langsung menuangkan susu pada botol sesuai takaran, di tambah dengan air hangat. Mengocoknya beberapa detik. "Ini sayang ayo minum ya, dikit-dikit saja."

Osin yang saat itu memperhatikannya di balik pintu, menghampiri teko dan memeluknya. "Terima kasih teko"

"Ini tugas kita bersama, benarkan? Lanjutkan saja tidurmu. Aku bisa mengurus mereka."

"Yakin? Aku mencium bau, sepertinya ia buang air besar. Byee."

Ketika teko membuka pampers royco, ternyata ia mencret. "Ahhh... Tidak. Osin" Teriak cukup keras.

Ia membawa royco ke dalam kamar mandi dan membersihkan kotorannya, sambil menjepit kedua hidungnya dengan jepitan jemuran.

"Ibumu tidur, ayah yang repot nak. Lihat ayah sulit bernapas. Bau sekali, padahal hidungku sudah di jepit."

Anaknya yang melihat hidung teko di jepit jemuran terlihat tertawa dan menjerit kegirangan, kemudian menepak hidungnya hingga jepitan itu jatuh.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!