Mereka baru saja pindah ke rumah barunya yang baru saja di beli seharga 1 miliar, Osin isterinya bergegas membersihkan ruangan. Menyapu semua halaman dan rumah, tugas pekerjaan rumah tangga ia kerjakan sendiri tanpa bantuan siapapun, karena ia terbiasa mandiri. Kedua anaknya yang masih balita di asuh oleh ayahnya yang bernama "Teko" mereka hidup bahagia bersama kedua anaknya lelakinya "Pecin dan Royco."
"Sayang tolong aku, sebentar saja biarkan mereka bermain di dalam rumah-rumahan itu."
Teko menghampiri osin yang saat itu sedang menggeser lemari kaca untuk televisi, "Baguskan aku menaruh televisi di sini." Osin menggunakan ikat rambutnya kemudian memeluk teko. Nampaknya teko tak bereaksi, ia karakter pria yang dingin dan sedikit romantis.
Kemudian teko mengecup bibir osin yang saat itu terlihat cantik di bawah terik sinar matahari, jendela yang luas dan belum di pasang gorden.
"Suamiku.. Jaga saja mereka, aku akan merapikan beberapa piring di dapur. Berikan mereka makanan lunak, air termos dan biskuit ada di meja taman."
"Baik, aku cinta kamu." Sahut teko. "Aku cinta kamu juga" Osin mengedipkan mata.
Ia mengeluarkan satu persatu piring dan gelas di dalam dus besar, kemudian di lap dan menaruhnya di lemari dapur. Terdengar suara tikus sangat berisik di bawah tempat cuci piring yang bertumpukan dengan barang bekas.
"Tikus.." Teriak osin kemudian memukul tikus itu dengan sapu.
"Syukurlah, aku benci tikus." Menghela napas.
Teko yang sedang mengasuh tiba-tiba merapikan rambutnya dan bercermin di kaca spion mobil, seorang perempuan cantik masih muda lewat depan rumahnya lalu tersenyum.
Pipinya berubah kemerah-merahan dan sedikit malu, kemudian melambaikan tangan. Teko pria berusia 40 tahun yang perutnya sedikit buncit itu terlihat salah tingkah.
"Mmm.. Aku harap dia duda, mobil yang bagus." Ujar perempuan itu bergumam dalam hatinya.
Mobil sedan mewah miliknya memikat perempuan. Yang ia beli dua tahun yang lalu seharga 600 juta. Itupun di bantu oleh isterinya yang sama-sama sukses sebagai pengusaha kuliner.
Anaknya hilang kemudian ia berjalan tertatih-tatih ke dalam rumah, "Pecin... Kemana ayahmu? Rupanya dia pria yang lalai." Sambil menggendong anaknya ia keluar melihat teko sedang bercermin dan bergaya.
"Teko....!!!" Apa yang kamu lakukan? Tak ada pekerjaan lain selain bercermin." Teriak osin.
"Maaf isteriku. Aku sedang menghibur anak-anak, tuh lihat royco tertawa."
"Alasan saja" Lalu memberikan pecin pada teko, ia melanjutkan pekerjaannya membersihkan kamar.
"Mmm... Punya isteri seperti harimau membuatku pusing, sudah begitu tak pernah menghias diri." Keluh teko.
Anaknya yang melihat ayahnya banyak berbicara di tampar olehnya, "Pecin apa yang kamu lakukan? Ini ayahmu." Mengelus pipi.
Ia menaruh kedua anaknya di tenda tempat mereka bermain, karena tenda itu cukup besar ia pun membaringkan tubuhnya. Royco yang tengah asyik bermain seketika memukul perut ayahnya.
"Ini bukan bola sayang, ingat baik-baik tidak boleh di pukul." Sambil memberikan susu botol.
Setelah beberapa jam ia tertidur dan kedua anaknya berjalan bersama-sama menuju ke rumah tetangga sebelah. Mereka sedang berkumpul di halaman rumah, terkejut. Anak balita sudah berada tepat di depan pagarnya.
"Anak siapa itu? Siska kemari.. Teriak seorang ibu kemudian ia menggendongnya. Lihat anak siapa ini, di tinggal kedua orang tuanya." Dengan nada kesal.
"Mungkin tetangga sebelah mereka baru saja pindah, coba ibu ke rumah mereka saja."
Setibanya di rumah ia bertemu dengan osin yang sedang memasak, terpaksa ibu yang bernama viva masuk ke dalam rumahnya. "Permisi, maaf aku lancang masuk ke rumahmu, apakah ini anakmu?"
"Oo tak apa, pecin, royco kamu baik-baik saja?" Lalu memeluknya.
"Dia baik-baik untunglah ada aku dan anak yang melihat mereka berjalan ke arah rumahku, perkenalkan namaku viva. Oo ya aku osin." Berjabat tangan.
"Lain kali hati-hati jagalah anakmu, khawatir ia berjalan cukup jauh, terlihat jalannya sudah lancar."
"Terima kasih, baik-baik. Oo ya ini ada sedikit makanan untukmu." Menyodorkan sebungkus cokelat khas jepang.
"Wah aku suka sekali makan cokelat, tapi ini cokelat berbahasa jepang ya."
"Ya, benar. Asli dari jepang."
"Baik.. Terima kasih. Permisi."
***
Malampun tiba... Osin dan teko bertengkar cukup hebat, hingga kedua anaknya menangis.
"Kamu jadi pria jangan egois, turunkan emosimu!! Aku sudah cukup sabar hingga saat ini."
"Aku tak salah, kamu yang terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah."
"Kamu tak melihat?? siapa lagi yang membersihkan rumah kalau bukan aku? Lalu, kamu yang membersihkannya?" Alisnya tertarik ke atas, emosinya meledak-ledak.
"Sudahlah, aku menyarankanmu menggunakan asisten rumah tangga saja. Tetapi kamu tidak mau. Itu salahmu sendiri."
Kemudian teko keluar kamar dan tidur di sofa, osin dengan santai menggendong kedua anaknya di ranjang. "Lihat ayahmu nak, dia sangat egois. Hanya berani kepada perempuan saja. Untunglah kalian bukan perempuan. Perlakukan wanitamu di masa depan dengan lemah lembut." Kecup kedua anaknya, walaupun mereka belum mengerti.
Sambil nonton televisi teko memeluk bantal sofa sambil tiduran dan mengunyah beberapa camilan, lagi-lagi ia nonton perempuan cantik. Ia sangat menyukai perempuan korea yang tinggi kurus juga putih.
Osin melewatinya dengan santai, tak merasa cemburu karena ia sudah tahu suaminya yang mata keranjang. Namun cintanya masih saja untuk suaminya, teko menarik osin yang saat itu sedang gosok gigi di wastafel kamar mandi.
"Diamlah, aku ingin istirahat." Sambil menggosok giginya.
Karena merasa menyentuh berlebihan ia terpaksa membersihkan mulutnya dan terjadilah kemesraan mereka di dalam kamar mandi.
Sekitar jam 11 malam teko dan osin tertidur pulas di atas sofa, yang cukup lebar. Kedua anaknya menangis cukup kencang, kemudian teko terbangun dari tidurnya. Ia takut mengganggu isterinya, maka berinisiatif memberikan sebotol susu pada pecin yang saat itu ingin minum susu.
Setelah pecin menghabiskan satu botol susu ia tertidur, royco terbangun dan menangis. Teko langsung menuangkan susu pada botol sesuai takaran, di tambah dengan air hangat. Mengocoknya beberapa detik. "Ini sayang ayo minum ya, dikit-dikit saja."
Osin yang saat itu memperhatikannya di balik pintu, menghampiri teko dan memeluknya. "Terima kasih teko"
"Ini tugas kita bersama, benarkan? Lanjutkan saja tidurmu. Aku bisa mengurus mereka."
"Yakin? Aku mencium bau, sepertinya ia buang air besar. Byee."
Ketika teko membuka pampers royco, ternyata ia mencret. "Ahhh... Tidak. Osin" Teriak cukup keras.
Ia membawa royco ke dalam kamar mandi dan membersihkan kotorannya, sambil menjepit kedua hidungnya dengan jepitan jemuran.
"Ibumu tidur, ayah yang repot nak. Lihat ayah sulit bernapas. Bau sekali, padahal hidungku sudah di jepit."
Anaknya yang melihat hidung teko di jepit jemuran terlihat tertawa dan menjerit kegirangan, kemudian menepak hidungnya hingga jepitan itu jatuh.
Bersambung....
Teko memantau pegawainya dari balik cctv, "Ya kamu pegawai baru yang cantik, melayani mereka pelanggan dengan baik. Tunggu, apa yang dia lakukan? Membuang tisu sembarangan." Matanya melotot.
"Ada apa pagi-pagi begini, berbicara sendiri dengan ponselmu." Teriak osin.
"Tak apa, aku sedang nonton bola. Ya.. Gol, aku suka nomor 5. Semangat." Lalu sudut bola matanya menoleh perlahan ke arah osin yang sibuk menyiapkan makanan.
"Kamu sudah mengecek pegawai? Sebaiknya pergilah ke resto, aku tak sempat. Lihat anak-anak kita, royco sakit perut dari semalam."
"Aku sudah memberikan dia susu, kemarinpun aku berikan susu itu yang ada di dalam toples."
"Susu yang mana? Kemari.."
Teko menghampirinya kemudian menunjukkan susu yang di berikan pada anaknya, "Ini susu bayi"
Osin teriak sekencang-kencangnya
"Susu bayi??? Kamu tidak bisa membacanya? Ini susuku waktu hamil, ya ampun teko. Tak bisakah kamu fokus tidak melamun saat menjaga mereka. Pantas saja dia mencret." Sambil mengelus dadanya.
"Maafkan aku, tapi itu salahmu tak becus menjadi ibu. Bukankah susumu lebih baik dari susu bubuk itu?"
"Ini lah.. Suami yang tak pernah mendengar ucapan dokter, air susuku tak lancar. Jadi aku gunakan susu formula." Menggeleng-gelengkan kepala.
"Tapi, aku merasa kenyang." Teko pergi dan membawa sepotong roti, menuju ke resto tanpa berpamitan.
"Dasar tak tahu diri" Sambil mengelap piring.
Beberapa mobil di jalan maju perlahan, teko menoleh ke kanan terlihat perempuan menggunakan motor terlihat manis. Lalu membuka kaca dan mengedipkan mata.
"Dasar om gendut" Perempuan itu langsung menancapkan gas cukup kencang.
"Kurang ajar, apakah aku terlihat seburuk itu?" Ia bercermin dan menekan kedua pipinya. Mobil yang berada di depannya mogok, membuatnya kesal berkali-kali menekan klakson. "Sabar, sabar. Woy" Teriak pengguna motor.
Teko yang pemarah membuka pintu mobil dengan kasar, berjalan dan mengetuk kaca mobil yang tak terlihat pengemudinya. Kacanya hitam gelap.
"Keluar...!!! Baru belajar menggunakan mobil? Ha?" Teriak teko kesal.
Kaca mobil terbuka perlahan, perempuan berambut panjang pirang dan menggunakan kacamata anti sinar matahari, yang terlihat menawan. Tersenyum manis.
"Kenapa om? Mobilku mogok, maaf ya." Sambil membuka kacamatanya, bulu matanya panjang terlihat manis, bibirnya kemerah-merahan.
Teko gugup dan kaku wajahnya yang sebelumnya terlihat marah berubah mendayu-dayu, "Oh. Nona cantik maaf, aku tak tahu. Hahaha. Akan ku panggil jasa perbaikan mobil di dekat sini. Tenang saja."
Kemejanya yang terlihat ketat membuat kancingnya lepas dan perutnya terlihat bulat, perempuan itu menjerit lalu tertawa.
Teko merasa heran apa yang ia tertawakan, kemudian menunduk. Dua kancing kemejanya lepas, karena tidak menggunakan kaus dalam sehingga perutnya jelas terlihat sangat bulat.
Duduk di dalam mobilnya dan mengganti menggunakan kaus berlogo babi memeluk kucing.
"Terima kasih sudah membantuku, om."
"Sama-sama, boleh berkenalan?" Teko menyodorkan tangan yang sudah di tetes parfum.
"Aku siska, senang berkenalan denganmu."
Teko tersipu malu ketika berjabat tangan, lalu ia pamit. "Aku tidak bisa lama-lama ada perlu, semoga mobilmu cepat selesai, Bye." Berjalan sambil melambai.
Di ruangan restonya ia duduk mengangkat kaki ke meja, mengambil sebotol minuman soda dan sendawa.
"Yosi..!!!" Teriak teko.
Seorang pegawai pria bertubuh kurus dan rambutnya sedikit kusut, membungkuk.
"Ada apa pak" Ujar yosi.
"Panggil pegawai baru itu, siapa namanya. Oh itu rika pak, ya. Panggil dia kemari. Baik pak."
"Sore pak, apakah aku melanggar sehingga di panggil kemari" Karena terlihat teko mengangkat kakinya. Dengan cepat ia menurunkan kedua kakinya.
"Kamu tinggal dimana? Sudah makan?" Sahut teko sambil menatapnya dari atas hingga ke bawah.
"Aku tinggal di komplek hito, tak jauh dari tempatku bekerja." Sedikit menunduk dan memainkan kedua jari-jarinya.
"Ayo duduk kemari, kita akan makan bersama." Lalu teko menutup cctv ruangan tersebut. Khawatir osin akan memantaunya dari jauh.
"Baik pak, terima kasih banyak."
Beberapa pegawai nampak iri dengan rika, kenapa hanya ia saja yang di ajak makan bersama. Bahkan bos nya menyediakan banyak makanan enak.
Seorang pegawai perempuan bertubuh kurus kering menghampirinya, "Yosi, tidak merasa aneh dengan bos kita? lihatlah rika menikmati makanan yang mahal, kita tak di ajak sama sekali. Adil kah?" Keluh perempuan itu.
"Mungkin dia pegawai baru, kitakan sudah pernah di berikan makanan enak malam itu. Merayakan ulang tahun pak teko."
"Tidak....!!! Jelas berbeda dia di berikan ruangan khusus, susah mengajakmu bicara." Sambil melemparkan sendok ke tempatnya layaknya bola basket masuk ke dalam ring.
Teko menyantap makanan lalu melirik, ia terus memperhatikan rika hingga pipinya berubah kemerahan.
Ia menghabiskan waktu dua jam untuk makan bersama, setelah ia memantau keadaan di restonya. Kembali pulang dengan mobil mewahnya.
***
Osin mendengar pintu rumah di gedor "Sudah larut malam begini ia baru pulang? Sudah ku duga"
Krek... Suara pintu terbuka
"Aku lelah malam ini" sambil menguap dan tidur di atas sofa, tercium bau alkohol.
"Tidur saja di sini jangan menyentuh anak-anak sebelum membersihkan tubuhmu, aku harap kamu mengerti."
Pura-pura tak mendengar lalu tertidur pulas, terdengar suara mesin mobil masih menyala.
Osin masuk ke dalam mobil dan mematikan mesin, ia mencium wangi parfum yang sangat tajam. "Tak salah ia menggunakan parfum sebanyak ini? tadi pagi aku lihat masih penuh, ia menghabiskan setengah botol sehari. Boros."
Brukk.. Suara pintu mobil tertutup.
Pecin dan royco berjalan keluar lalu diam di taman, mereka bermain mobil-mobilan. "Kalian belum mengantuk? Marilah bermain, jangan cemas. Ibu menemanimu di sini." Sambil duduk dan mengirim pesan whatsapp pada temannya.
"___Aku ambil besok ya, suami dan anakku suka bolu kukus buatanmu."
"___Baiklah della, aku tunggu. Terima kasih.
"___Kirim alamat rumahmu.
"___( kirim lokasi )
Setelah menemani anak-anaknya hingga tertidur di dalam tenda, sekitar jam 11 malam. Ia menggendong kedua anaknya. Melewati ruang tamu dimana suaminya tertidur sambil mendengkur.
Mematikan lampu lalu masuk ke dalam kamar, "Kalian lucu sekali, menggemaskan." Mengusap kening lalu mengecupnya.
Osin yang sudah lelah seharian mengasuh anak-anaknya juga membuat pesana kue, menyalakan televisi ia mencari film drama Korea tentang percintaan. Sudah season 10 episode 5.
"Aku tak sabar melihat kelanjutan hubungan mereka, terlihat seperti Romeo dan juliet. Apakah cinta sejati hanya cerita dalam film saja? jawabannya ya, aku yakin tak ada pria di luar sana yang lebih baik. Lihat saja suamiku, cinta pandangan pertama begitu indah, setelah itu?? ia berubah 80 derajat. Setelah menikah. Sulit di percaya."
Sambil meneguk secangkir kopi hangat ia menutup sebagian tubuhnya dengan selimut, menyadarkan tubuhnya dengan bantal yang empuk. Tiba-tiba suara ponsel berdering.
"Siapa malam-malam begini, menganggu saja."
"Hallo.. Siapa ini?"
Tut.. tut.. Panggilan masuk mati
Osin melihat ponselnya sambil menggerutu, ternyata hanya orang iseng. "Akan aku blokir nomormu, menganggu saja. Tak ada kerjaan." Masuk ke dalam kontak blokir.
Bersambung.....
"Kamu tak pergi ke resto?" Ujar osin sambil mengepel lantai.
"Tidak, aku bosan. Ingin menikmati kebebasanku hari ini. Nanti siang aku mau berkumpul dengan teman lamaku."
"Kamu lebih mementingkan teman dari pada keluargamu, lalu bagaimana nasib resto kita. Kalau saja lalai kita bisa rugi. Jangan menaruh kepercayaan sepenuhnya pada pegawai. Kamu harus mengawasi mereka." Sambil mengerutkan bibirnya.
"Haduh, repot sekali hidupmu. Besok aku awasi mereka. Aku mau mandi dulu."
Osin yang saat itu mengepel lantai tiba-tiba jejak kakinya membuat lantai kembali kotor.
"Teko, kamu habis main lumpur? Lihat jejak kakimu mengulang kerjaan saja."
Teko semakin kurang ajar dan menyebalkan, ia menggosok-gosok kakinya di lantai yang sudah di pel. Lalu melempar botol minuman plastik ke arahnya.
Osin yang saat itu marah menahan diri dan diam, ia kembali mengepel lantai hingga ke halaman rumah, setelah beberapa menit teko keluar dan duduk di halaman jejak sepatunya mengotori lagi lantai di dalam rumah.
"Puas? Kamu bahagia membuatku kelelahan?" Osin sedikit mengangkat kepala dan menaruh pel di tembok.
"Ah sudah, beberapa kali aku mengatakan padamu. Kita pakai asisten rumah tangga saja."
"Memang kamu mampu membayar? Pegawai kita saja belum naik gaji sudah dua tahun lamanya, aku menghemat biaya. Harusnya kamu bisa menghargai pekerjaanku. Lagi pula resto itu setengah dari uangku." Osin langsung membawa pel dan masuk rumah, menutup pintu.
"Dasar cerewet, cuma mengepel saja kelelahan. Sudah tidur saja nonton televisi." Teriak teko sambil mengelap sepatunya agar terlihat mengkilat.
Osin yang duduk di balik pintu menangis tersedu-sedu, ia berusaha menahan emosinya. Lalu mengepel lantai yang sudah di injak sepatu teko.
"Pergilah teko aku tak peduli apa yang kamu lakukan di luar sana, mungkin kamu lebih bahagia bersama teman-temanmu." Sambil menghapus air matanya.
Teko memanaskan mobilnya lalu pergi, tanpa berpamitan. Kemudian berhenti di salah satu minimarket, seorang perempuan datang dan masuk ke dalam mobil.
"Om lama sekali, aku nunggu di sini sudah satu jam lho." Sambil melirik wajahnya.
"Maaf sayang.. Tadi aku bangun kesiangan. Semalam bergadang." Pura-pura menguap.
"Jadikan membelikan aku tas?"
"Jadilah, tas saint laurent kan? jalan ini alternatif menuju toko tas."
"Makasih om.."
"Hari ini kamu terlihat sangat cantik, besok masuk kuliah?" Sambil mengelus rambutnya.
"Libur om, memang mau kemana sih." Bulu matanya yang panjang dan lentik seakan menggoda teko yang saat itu menatapnya beberapa detik
"Bulu matamu bagus, asli?"
"Ini namanya extension om, bagus kan?"
"Oo bagus sayangku"
Setelah seperempat jam akhirnya mereka tiba di salah satu tempat makan dan toko tas berada di lantai ke tiga.
"Makan dulu sayang" Teko merangkul tangannya, sambil membersihkan wajahnya yang sedikit berminyak dengan sapu tangan.
Perempuan muda itu bernama rosa, yang matrealistis dan berpenampilan sexy, bahkan tak cukup umur bergaya mirip tante-tante yang berusia lebih tua darinya. Lipstik merah terang yang ia pakai seharga motor.
"Mas, aku pesan dua taro milk tea dan steak panggang lada hitam."
"Baik pak, mohon sabar menunggu."
"Om kok tahu sih aku suka steak" Sambil menyandarkan kepalanya di bahu sebelah kiri.
"Tahulah aku kan pacarmu, Oo iya nanti beli tas harga berapa? warna abu hitam cocok untukmu."
"Setahuku harganya cuma 18 juta om, aku suka warna latte."
"Oo tenang saja, cuma tas? Mau apa lagi?"
"Tas saja, lagi pula lipstikku masih bagus kok om."
Beberapa menit kemudian mereka makan bersama saling suap dan terlihat bahagia, berbeda saat teko berada di rumahnya seperti kapal pecah.
***
Kedua tetangganya tak sengaja melihat mereka tengah asyik bermesraan, layaknya sepasang suami isteri.
"Sst.. Lihat itu bu dewi, pak teko dengan siapa? Sepertinya mereka suami dan anak."
"Bu, kira-kira saja masa sih suami dan anak semesra itu, lagi pula anaknya kan masih kecil cuma dua. Baru saja pindah, belum kenal sama isterinya sih." Sahut bu dewi.
"Oo gitu bu, aku sih kenal sama pak tekonya saja kalau dia lewat jogging depan rumah, aku dan suami hanya bertanya itu saja. Baru pindah ya." Bu hanoy terus memperhatikan mereka sambil bergosip.
"Kita pantau saja mereka bu, dasar perempuan itu mentang-mentang masih muda merayu pria sekedar untuk kesenangannya saja." Raut wajahnya sinis dan terkesan muak.
"Ya bu.. Pak teko tak bersyukur punya isteri cantik betah di rumah, nanti aku kenalin deh sama bu osin." Bibirnya maju mundur.
"Ya bu dewi, aku juga penasaran sih. Tuh tuh mereka mau kemana." Kedua ibu-ibu paruh baya itu langsung menguntitnya di belakang, mereka masuk ke dalam toko perhiasan.
"Sayang, terima kasih ya kalungnya bagus sekali aku suka berliannya."
Teko membantunya mengenakan kalung mahal seharga 30 juta, merogoh banyak uang untuk menyenangkan perempuan muda itu.
"Waduh, pak teko memanjakannya. Tahukan harga kalung itu mahal, aku pernah membeli cincin berlian di toko ini." Bisik bu dewi, sambil pura-pura memilih pakaian butik yang berjejeran di depan toko.
Sesampainya di toko tas bermerek itu, rosa langsung terpikat dengan satu tas saint laurent berwarna abu latte. Dengan gagah teko membayar tas itu, sekali gesek menggunakan kartu kredit miliknya.
"Kita pulang saja ya om, terima kasih ya semua hadiahnya." Sambil tersenyum lebar.
"Sama-sama, jangan tinggalkan aku ya sayang. Aku sudah memberikan semua yang kamu inginkan." Matanya berkaca-kaca takut kehilangan mainannya yang sudah lama ia miliki.
"Kok bilang begitu sih om, aku kan sayang kamu sepenuh hati." Sambil melirik pria muda seumurannya yang sedang duduk minum kopi di salah satu cafe, lalu melambaikan tangan padanya.
Rosa terlihat grogi kemudian mengedipkan matanya, "Kenapa matamu? Ada debu masuk?"
"Iya om.. Gatal." Teko langsung meniup matanya dengan kencang, hingga bulu matanya jatuh ke lantai"
"Bulu matamu jatuh sayang, tak apa? Katanya extension kok mudah lepas ya." Teko bingung.
"Ih om ini mahal lho, 500 ribu untuk seminggu saja pokoknya sekarang antar aku ke salon."
"Iya iya. Maaf"
Kedua ibu-ibu itu tertawa melihat sebelah bulu matanya lepas, "Lihat bu, cantik modal make up saja dan perawatan. Wajahnya kalau natural pasti tak ada yang mau sama dia." Ledek bu hanoy.
"Betul bu hanoy, sekarang mau kemana lagi tuh." Bu dewi bergegas menguntitnya lagi dari belakang, namun sayang terhalang banyak orang, yang ramai masuk ke dalam toko pakaian. Hingga kehilangan jejak.
"Sudah bu kita pulang saja, kakiku pegal. Dari tadi kita sibuk mengikuti mereka sampai lupa makan."
"Oo ya bu dewi, pantas saja perutku bunyi beberapa kali." Sambil mengelus perut.
"Ini salonnya ya? Berapa lama aku menunggumu?"
"Cuma dua jam kok om, yang sabar ya. Tuh lihat bulu mataku pendek dan tipis." Sambil bercermin di kaca besar.
Teko menunggu di kursi sambil merokok dan mengecek ponselnya, ia bertanya-tanya kenapa teko tidak menghubunginya. Biasanya ia mengirim chat berkali-kali ketika tak ada di rumah.
Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!