"Kamu tak pergi ke resto?" Ujar osin sambil mengepel lantai.
"Tidak, aku bosan. Ingin menikmati kebebasanku hari ini. Nanti siang aku mau berkumpul dengan teman lamaku."
"Kamu lebih mementingkan teman dari pada keluargamu, lalu bagaimana nasib resto kita. Kalau saja lalai kita bisa rugi. Jangan menaruh kepercayaan sepenuhnya pada pegawai. Kamu harus mengawasi mereka." Sambil mengerutkan bibirnya.
"Haduh, repot sekali hidupmu. Besok aku awasi mereka. Aku mau mandi dulu."
Osin yang saat itu mengepel lantai tiba-tiba jejak kakinya membuat lantai kembali kotor.
"Teko, kamu habis main lumpur? Lihat jejak kakimu mengulang kerjaan saja."
Teko semakin kurang ajar dan menyebalkan, ia menggosok-gosok kakinya di lantai yang sudah di pel. Lalu melempar botol minuman plastik ke arahnya.
Osin yang saat itu marah menahan diri dan diam, ia kembali mengepel lantai hingga ke halaman rumah, setelah beberapa menit teko keluar dan duduk di halaman jejak sepatunya mengotori lagi lantai di dalam rumah.
"Puas? Kamu bahagia membuatku kelelahan?" Osin sedikit mengangkat kepala dan menaruh pel di tembok.
"Ah sudah, beberapa kali aku mengatakan padamu. Kita pakai asisten rumah tangga saja."
"Memang kamu mampu membayar? Pegawai kita saja belum naik gaji sudah dua tahun lamanya, aku menghemat biaya. Harusnya kamu bisa menghargai pekerjaanku. Lagi pula resto itu setengah dari uangku." Osin langsung membawa pel dan masuk rumah, menutup pintu.
"Dasar cerewet, cuma mengepel saja kelelahan. Sudah tidur saja nonton televisi." Teriak teko sambil mengelap sepatunya agar terlihat mengkilat.
Osin yang duduk di balik pintu menangis tersedu-sedu, ia berusaha menahan emosinya. Lalu mengepel lantai yang sudah di injak sepatu teko.
"Pergilah teko aku tak peduli apa yang kamu lakukan di luar sana, mungkin kamu lebih bahagia bersama teman-temanmu." Sambil menghapus air matanya.
Teko memanaskan mobilnya lalu pergi, tanpa berpamitan. Kemudian berhenti di salah satu minimarket, seorang perempuan datang dan masuk ke dalam mobil.
"Om lama sekali, aku nunggu di sini sudah satu jam lho." Sambil melirik wajahnya.
"Maaf sayang.. Tadi aku bangun kesiangan. Semalam bergadang." Pura-pura menguap.
"Jadikan membelikan aku tas?"
"Jadilah, tas saint laurent kan? jalan ini alternatif menuju toko tas."
"Makasih om.."
"Hari ini kamu terlihat sangat cantik, besok masuk kuliah?" Sambil mengelus rambutnya.
"Libur om, memang mau kemana sih." Bulu matanya yang panjang dan lentik seakan menggoda teko yang saat itu menatapnya beberapa detik
"Bulu matamu bagus, asli?"
"Ini namanya extension om, bagus kan?"
"Oo bagus sayangku"
Setelah seperempat jam akhirnya mereka tiba di salah satu tempat makan dan toko tas berada di lantai ke tiga.
"Makan dulu sayang" Teko merangkul tangannya, sambil membersihkan wajahnya yang sedikit berminyak dengan sapu tangan.
Perempuan muda itu bernama rosa, yang matrealistis dan berpenampilan sexy, bahkan tak cukup umur bergaya mirip tante-tante yang berusia lebih tua darinya. Lipstik merah terang yang ia pakai seharga motor.
"Mas, aku pesan dua taro milk tea dan steak panggang lada hitam."
"Baik pak, mohon sabar menunggu."
"Om kok tahu sih aku suka steak" Sambil menyandarkan kepalanya di bahu sebelah kiri.
"Tahulah aku kan pacarmu, Oo iya nanti beli tas harga berapa? warna abu hitam cocok untukmu."
"Setahuku harganya cuma 18 juta om, aku suka warna latte."
"Oo tenang saja, cuma tas? Mau apa lagi?"
"Tas saja, lagi pula lipstikku masih bagus kok om."
Beberapa menit kemudian mereka makan bersama saling suap dan terlihat bahagia, berbeda saat teko berada di rumahnya seperti kapal pecah.
***
Kedua tetangganya tak sengaja melihat mereka tengah asyik bermesraan, layaknya sepasang suami isteri.
"Sst.. Lihat itu bu dewi, pak teko dengan siapa? Sepertinya mereka suami dan anak."
"Bu, kira-kira saja masa sih suami dan anak semesra itu, lagi pula anaknya kan masih kecil cuma dua. Baru saja pindah, belum kenal sama isterinya sih." Sahut bu dewi.
"Oo gitu bu, aku sih kenal sama pak tekonya saja kalau dia lewat jogging depan rumah, aku dan suami hanya bertanya itu saja. Baru pindah ya." Bu hanoy terus memperhatikan mereka sambil bergosip.
"Kita pantau saja mereka bu, dasar perempuan itu mentang-mentang masih muda merayu pria sekedar untuk kesenangannya saja." Raut wajahnya sinis dan terkesan muak.
"Ya bu.. Pak teko tak bersyukur punya isteri cantik betah di rumah, nanti aku kenalin deh sama bu osin." Bibirnya maju mundur.
"Ya bu dewi, aku juga penasaran sih. Tuh tuh mereka mau kemana." Kedua ibu-ibu paruh baya itu langsung menguntitnya di belakang, mereka masuk ke dalam toko perhiasan.
"Sayang, terima kasih ya kalungnya bagus sekali aku suka berliannya."
Teko membantunya mengenakan kalung mahal seharga 30 juta, merogoh banyak uang untuk menyenangkan perempuan muda itu.
"Waduh, pak teko memanjakannya. Tahukan harga kalung itu mahal, aku pernah membeli cincin berlian di toko ini." Bisik bu dewi, sambil pura-pura memilih pakaian butik yang berjejeran di depan toko.
Sesampainya di toko tas bermerek itu, rosa langsung terpikat dengan satu tas saint laurent berwarna abu latte. Dengan gagah teko membayar tas itu, sekali gesek menggunakan kartu kredit miliknya.
"Kita pulang saja ya om, terima kasih ya semua hadiahnya." Sambil tersenyum lebar.
"Sama-sama, jangan tinggalkan aku ya sayang. Aku sudah memberikan semua yang kamu inginkan." Matanya berkaca-kaca takut kehilangan mainannya yang sudah lama ia miliki.
"Kok bilang begitu sih om, aku kan sayang kamu sepenuh hati." Sambil melirik pria muda seumurannya yang sedang duduk minum kopi di salah satu cafe, lalu melambaikan tangan padanya.
Rosa terlihat grogi kemudian mengedipkan matanya, "Kenapa matamu? Ada debu masuk?"
"Iya om.. Gatal." Teko langsung meniup matanya dengan kencang, hingga bulu matanya jatuh ke lantai"
"Bulu matamu jatuh sayang, tak apa? Katanya extension kok mudah lepas ya." Teko bingung.
"Ih om ini mahal lho, 500 ribu untuk seminggu saja pokoknya sekarang antar aku ke salon."
"Iya iya. Maaf"
Kedua ibu-ibu itu tertawa melihat sebelah bulu matanya lepas, "Lihat bu, cantik modal make up saja dan perawatan. Wajahnya kalau natural pasti tak ada yang mau sama dia." Ledek bu hanoy.
"Betul bu hanoy, sekarang mau kemana lagi tuh." Bu dewi bergegas menguntitnya lagi dari belakang, namun sayang terhalang banyak orang, yang ramai masuk ke dalam toko pakaian. Hingga kehilangan jejak.
"Sudah bu kita pulang saja, kakiku pegal. Dari tadi kita sibuk mengikuti mereka sampai lupa makan."
"Oo ya bu dewi, pantas saja perutku bunyi beberapa kali." Sambil mengelus perut.
"Ini salonnya ya? Berapa lama aku menunggumu?"
"Cuma dua jam kok om, yang sabar ya. Tuh lihat bulu mataku pendek dan tipis." Sambil bercermin di kaca besar.
Teko menunggu di kursi sambil merokok dan mengecek ponselnya, ia bertanya-tanya kenapa teko tidak menghubunginya. Biasanya ia mengirim chat berkali-kali ketika tak ada di rumah.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments