Rahim untuk Tuan Muda
Ada kalanya, kehidupan tidak selalu berjalan dengan mulus. Terkadang, dunia seakan tidak mengizinkanmu untuk hidup bahagia. Meski sudah berusaha sekuat tenaga. Tapi di penghujung jalan, muncul sebuah jurang yang begitu dalam.
Dan membuat semangatmu yang berawal membara, berubah patah. Hingga merasa tak ada lagi harapan tuk maju.
Dia bernama Alesia. Seorang gadis berusia 22 tahun. Yang hidup dengan sederhana. Berlatar belakang keluarga miskin. Hidup hanya berdua dengan ibunya bernama Amora. Wanita single parent sekaligus ayah untuknya.
Alesia tak memiliki adik atau pun kakak. Saat ini ia menjalani status nya sebagai mahasiswi penerima beasiswa di salah satu universitas negeri yang ada di ibu kota Jakarta.
Sayangnya, penyakit sang ibu yang sudah lama ada justru semakin memburuk. Batuk-batuk pada kondisi kesehatan Amora sang ibu semakin tak terkontrol. Hingga terjadilah, dimana Amora jatuh pingsan dan tak sadarkan diri.
Krek...
"Bu... Ales pulang!" gumam Alesia sedikit berteriak kecil. Memanggil-manggil sang ibu setelah menyelesaikan kuliahnya hari ini.
Dari sudut mata mencari, Alesia tak menemukan ibunya di kamar. Bahkan di ruang tengah pun tidak ada. Gadis itu semakin khawatir dan sedikit berlari kecil mencari-cari ke segala ruangan.
Sampai akhirnya...
"Ibu!!!" teriak Alesia. Saat menemukan ibunya yang jatuh tersungkur dan pingsan di dalam kamar mandi. Ada bercak darah di telapak tangan nya.
Buru-buru, Alesia menggotong dan membawanya ke luar. Wajahnya begitu panik dan lesuh. Ia terus berteriak meminta tolong pada tetangga sekitar. Hanya ada beberapa orang yang membantu.
Beruntung, Alesia bisa membawa sang ibu ke rumah sakit dengan tepat waktu. Karena kalau tidak...
"Untunglah, kamu membawa ibumu kesini tepat waktu. Kalau sedikit saja terlewatkan, nyawa nya sudah tidak bisa tertolong," ujar sang dokter mengatakan.
Kedua mata Alesia terlonjak kaget tak menyangka. Pupilnya sedikit bergetar dan melebar.
"Memangnya, ibu saya sakit apa, dok?" tanya Alesia bingung.
"Pasien terindikasi adanya jaringan sel kanker di dalam tubuhnya. Lebih tepatnya di bagian paru-paru. Kanker paru-paru sangat berbahaya bila tidak segera dilakukan tindakan operasi," jelasnya lagi.
"Apa, dok? Operasi?"
"Iya, operasi. Mohon untuk segera melunasi biaya administrasinya hari ini."
'Operasi? Uang dari mana aku bisa mendapatkan semua itu? Kuliah saja pun, dari bantuan beasiswa pemerintah. Apa yang harus kulakukan sekarang?' gumam Alesia dalam hati kebingungan.
"Dok, kira-kira sampai kapan ya? Batas waktu pembayarannya? Apa tidak bisa diberikan sedikit waktu lagi? Karena kalau untuk hari ini, saya belum ada uang. Tapi saya usahakan, pasti." Kata Alesia memohon dengan wajah sedu.
Dokter itu terlihat menghela napas panjang. Mungkinkah ia tampak iba dan kasihan pada Alesia?
"Saya beri waktu hingga dua hari dari sekarang. Selebih itu, saya tidak bisa menjamin keselamatan ibu anda ke depannya akan bagaimana."
"B-baik dok, terima kasih. Saya janji, saya pasti akan usahakan untuk mencari uang nya. Tapi tolong dok, lakukan apa saja agar ibu saya bisa selamat!" lagi-lagi Alesia memohon.
Dokter itu lantas mengangguk pelan, seraya menampilkan senyum kecutnya.
Entah apa maksudnya?
Alesia lalu pergi meninggalkan area rumah sakit. Setelah membawa ibunya kesana, ia sekarang kebingungan harus pergi kemana. Mencari pekerjaan baru di waktu singkat seperti ini rasanya tidak mudah.
Kesana-kesini mencari pekerjaan untuk biaya pengobatan ibunya, tapi semuanya nihil. Tak ada satu pun yang menerimanya. Bahkan kalau pun melamar di perusahaan, akan banyak memakan waktu. Dan tidak mungkin diterima saat itu juga.
Apalagi untuk menerima bayaran gaji satu bulannya. Tentunya harus menunggu pada bulan berikutnya. Alesia tak bisa menunggu itu.
Tiba-tiba pikirannya mengarah pada ingatan lalu. Teman kampus nya pernah menawarkannya pekerjaan di sebuah club malam. Menjadi penjual dan pengantar bir atau minuman alkohol di bar. Gaji yang di tawarkan oleh pemilik bar itu pun tidak sedikit.
Dalam waktu 15 hari, bisa mendapatkan gaji senilai 40 juta. Jika berhasil menjual banyaknya botol bir ke para pelanggan atau pun tamu yang datang ke bar itu.
'Apa pilihan ini sudah tepat? Kalau tidak bekerja disana, kemana lagi aku harus mencari pekerjaan yang lain? Kondisi ibu semakin memburuk kalau tidak secepatnya di operasi.' Alesia berkata dalam hati.
Hati dan pikirannya mengalami kegundahan. Akhirnya, ia pun memberanikan diri untuk mendatangi sebuah club malam itu. Sesuai yang direkomendasikan oleh teman kampus nya pada waktu lalu.
Hanya berbekalan diri dan tanpa membawa uang sepeser pun. Alesia memakai baju ala kadarnya. Ia langsung di sambut oleh pemilik dari bar itu. Seorang pria dewasa yang usianya mungkin sudah sekitar 45 tahunan.
"Kau teman nya Maura?" tanyanya. Setelah Alesia memperkenalkan diri.
Spontan, Alesia menganggukkan kepalanya pelan.
"Dia memang pernah bekerja disini sebelumnya. Tapi dua bulan yang lalu dia kabur. Setelah membawa uang setoran cocktail yang harus dia setorkan padaku. Sekitar 250 juta, uang yang dia bawa kabur itu."
Kedua mata Alesia melonjak kaget. Ia tak percaya, Maura bisa melakukan hal nekat begitu. Bahkan mengambil apa yang bukan menjadi miliknya.
"Pencariannya masih terus dilakukan sampai sekarang, melalui pantauan anak buahku. Aku harap, kau tidak meniru apa yang temanmu lakukan. Karena mau pergi sejauh mana, akan tetap ku temukan. Bukan uang yang ku kejar. Tapi, nyawa nya yang harus ia bayar. Dengan ketidak jujuran nya itu. Apa kau mengerti?"
Alesia hanya diam dan mengangguk sedari tadi. Ia takut salah bicara, karena ini pertama kalinya ia mendapat pekerjaan seperti ini.
"Siapa namamu?"
"Alesia."
"Hm... Alasanmu bekerja disini untuk apa? Beri aku satu alasan yang lebih spesifik. Agar aku bisa menerimamu di tempat ini."
Alesia mulai menceritakan penyakit ibunya. Untuk apa dan mengapa ia datang ke tempat ini. Pria itu pun akhirnya mengerti. Dan tampaknya ia pun iba pada keadaan serta situasi yang dialami oleh gadis sepertinya.
"Malam ini kau sudah boleh bekerja. Tapi, ganti pakaianmu dengan yang lain. Para penikmat cocktail akan silau dengan bajumu yang seperti ini."
"A-aku harus memakai baju yang seperti apa, Pak?"
"Pak? Jangan panggil aku 'pak'. Panggil tuan saja. Di belakang ada baju khusus pelayan wanita. Kau pakai saja itu. Setiap malam, kau harus bisa menjual banyak botol cocktail. Minimal 100 cocktail dalam semalam nya. Apa kau mengerti?"
"M-mengerti, tuan."
"Kalau begitu, mulailah bekerja sekarang."
Alesia mengangguk pelan, dan pergi meninggalkan ruang itu menuju ke area belakang. Langkah kakinya agak sedikit gemetar. Rasanya gugup baginya. Yang tidak pernah menginjakkan kaki ke tempat seperti ini. Tapi sekarang jadi harus terbiasa untuk setiap harinya.
Semua itu ia lakukan demi biaya pengobatan ibunya yang sakit keras. Apa pun, dan bagaimana pun. Alesia harus mendapatkan banyak uang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ema Rahmawati
mampir gara2 liat di fb,,, komen ny bnyak yg minta lanjut jd penasaran🤗🤭dlu prnh update novel ny emng bnyak yg menarik sama gratis ya😁
2023-02-08
0
Mawar Nu Endah
mampir gegara d fb
2023-01-30
0
Noona_Jamal127
gue kesini gegara promo an di fb...
gue mampir nih thor..
2023-01-24
2