Bos Ternyata Musuhku
Saat itu Elisa tengah berjalan menuju kantin bersama sahabatnya Lili, namun di perjalanan tiba tiba saja datang kerumunan orang yang berdesakkan dan membuat Elisa juga Lili terjatuh ke samping hingga menghantam dinding cukup keras.
"Brukkk...aduhh... Sakit sekali, mereka ini kenapa sih" ucap Elisa sambil bangkit dan memegang bokongnya yang kesakitan.
Elisa pergi menghampiri Lili dan membantunya untuk berdiri, saat dia melihat lebih dekat ke arah kerumunan mahasiswa tadi ternyata mereka berebut memakai bangku bekas seorang pria yang selalu menjadi bayang bayang dalam hidup Elisa.
Ya dia adalah Devinka Bramasta, seorang pewaris tunggal keluarga kaya raya yang merupakan musuh bebuyutan Elisa sejak SMP.
"Hah... Ternyata dia lagi biang keladinya, menyebalkan sekali kenapa aku harus satu kampus dengannya sangat bosan" gerutu Elisa yang tak sengaja terdengar oleh Lili,
"Elisa apa yang barusan kau katakan?, Awas yah jangan merutuki pangeranku" ucap Lili memberi peringatan.
"Iya iya maaf" ucap Elisa meminta maaf.
Lili adalah gadis culun berkacamata namun dia itu cantik hanya saja otaknya eror karena mengagumi pria seperti Devinka, aku berteman dengan Lili sejak SMA dan sampai sekarang dia selalu saja memuja Devinka sama seperti kebanyakan wanita pada umunya, tak jarang dia juga menyebut Elisa gadis yang bodoh dan buta karena hanya Elisa yang tidak menyukai Devinka selama di SMA.
Bukan tanpa alasan mengapa Elisa tidak menyukai Devinka karena sejak dari SMP hingga lulus SMA dia selalu berada di kelas favorit dimana itu adalah kelas untuk anak anak yang pandai dan disiplin sedangkan Devinka tidak seperti itu bahkan dia hanya membuat kekacauan dan kegaduhan dalam setiap ujian yang berlangsung, namun anehnya dia selalu ditempatkan di kelas favorit hanya karena kewenangan orang tuanya.
Penyalahgunaan kekuasaan itu yang Elisa sangat benci, di mana ada Devinka Elisa selalu pergi menjauh dia tidak ingin berdekatan dengan pria so keren seperti Devinka yang selalu memamerkan barang barang mahal dan ber- merk, jika gadis lain mungkin menyukainya tapi itu tidak berlaku untuk Elisa, dia bukan tipe wanita yang memuja pria karena fisik dan hartanya, Elisa justru malah lebih dekat dengan Lili orang yang banyak dijauhi oleh siswa lain karena dia memakai kacamata, itu juga mengapa persahabatan mereka lekat dan utuh hingga saat ini, karena Lili memang tidak memiliki teman lain selain Elisa begitu pun sebaliknya.
Melihat kantin yang dipenuhi kerumunan mahasiswa yang mencari perhatian pada Devinka, dan saling berebut untuk duduk di bangku bekasnya, Elisa muak melihat suasana yang sama sejak SMP hingga sekarang, dia pun memilih untuk pergi namun tangannya ditahan oleh Lili yang bersikeras ingin melihat sosok Devinka.
"Eh.. eh... Tunggu Elisa, ayo antar aku ke sana aku mau meminta tanda tangannya Devinka setelah itu kita bisa menjualnya kepada para gadis kita bisa dapat uang dengan itu" ucap Lili mencoba membujuk Elisa dengan akalnya,
"Memangnya kamu yakin dia mau memberikan tandatangan yang banyak hah?" Tanya Elisa,
"Aku yakin serahkan saja padaku, ayo" balas Lili sambil menarik Elisa ke arah kerumunan itu.
Terpaksa Elisa harus ikut berdesakkan dengan banyak siswa lainnya hingga akhirnya dia berhasil berada di barisan paling depan dan meminta Devinka untuk memberikan tandatangan padanya, namun suara Elisa yang kecil karena gengsi dan benci pada Devinka membuat dia di abaikan oleh Devinka dan ke tiga temannya yang lain.
Elisa yang kesal dia memilih keluar dari kerumunan itu dan menarik Lili yang masih antusias dan berusaha keras untuk mendapatkan tandatangan dari Devinka dan ketiga pria lainnya.
"Eishhh... Lili sudahlah ayo kita pergi" ucap Elisa dengan wajah yang sudah kesal,
"Ell... Aku belum mendapatkan apapun dari mereka ayolah" ucap Lili memohon dengan wajahnya yang membuat Elisa merasa kasihan,
"Ya sudah terserah kau saja aku tunggu di sini" jawab Elisa membiarkannya,
Lili tersenyum senang dan dia kembali ke kerumunan itu berdesakan dan tak memperdulikan apapun, sementara Elisa berdecak muak melihat semua orang begitu mengagumi dan mengidolakan pria sombong seperti Devinka.
"Aku tak habis pikir kenapa semua wanita bodoh menyukai pria sepertinya, mereka ber empat itu selalu menggunakan kekuasaan orang tua dalam hidupnya sejak kecil, menyusahkan!" Gerutu Elisa dengan wajah yang sinis.
Devinka dan ketiga temannya yang tak lain Reksa, Dika, dan Ciko mereka ber empat sering dijuluki The Boys, dan nama itu sudah terkenal sejak SMP, mereka selalu pergi bersama sama kemanapun dan sudah menjadi tradisi jika mereka adalah anak anak dari 4 keluarga ternama di negara ini, Devinka adalah ketua dari The Boys karena kekayaannya memiliki nilai paling tinggi diantara empat keluarga berpengaruh yang lain, dan dia adalah yang paling sombong serta menyebalkan menurut Elisa.
Dan yang lebih menyebalkannya lagi Elisa harus memiliki sahabat yang juga mengidolakan pria sombong itu, meskipun yang paling Lili sukai adalah Ciko pria dingin dan jarang ikut campur dengan semua permasalahan yang sering dibuat oleh Devinka juga ke dua temannya yang lain, namun tetap saja itu membuat Elisa harus melihat sosok Devinka karena Ciko dan Devinka berada di satu grup yang sama.
Ciko adalah kakak tingkat kami yang berbeda satu tahun usianya denganku juga Lili hanya dia yang jarang terlihat bergabung dengan The Boys meski termasuk ke dalam salah satu anggotanya, sejak SMP memang Ciko dikenal dengan pria yang dingin dan lembut, itulah mengapa Lili menyukainya, Ciko juga sempat membantu Lili dalam beberapa kesempatan dan Elisa mengetahui semua itu dari cerita Lili, karena Lili menyukainya Elisa juga tidak bisa melarang dan dia hanya bisa bersabar di saat Lili selalu membuatnya harus melihat wajah menyebalkan The Boys.
Sudah cukup lama Elisa berdiri di sudut kantin menunggu Lili yang masih belum selesai juga dengan urusannya, sampai beberapa saat kemudian dia datang dan menghampiri Elisa dengan wajah yang sangat ceria.
"Elisa... Hehe aku sudah mendapatkan banyak tandatangan mereka, apalagi tandatangan kak Ciko aaahhh aku senang sekali" ucap Lili sambil memeluk buku yang penuh dengan coretan tandatangan,
"Ya sudah ayo kita pergi" ajak Elisa sambil menarik lengan Lili.
Merekapun kembali ke kelas dan segera mencari bangku yang mereka sukai, seperti biasa Elisa selalu memilih bangku kedua di samping jendela karena bagi Elisa tempat duduk itu yang paling baik untuknya selain bisa mendapatkan cahaya matahari yang cukup dia juga bisa mendapatkan pemandangan lain di luar jendela saat kepalanya pusing dengan materi pembelajaran.
Semetara Lili duduk tepat di samping Elisa mereka selalu duduk bersama dan kini juga duduk berdekatan, Lili selalu meminta contekan pada Elisa dengan begitu baru dia bisa masuk ke kelas favorit bersama dengan Elisa, Elisa juga tidak keberatan dan selalu membantu Lili sepenuh hati, baginya nilai hanyalah angka yang terpenting dia paham dengan pembelajaran yang diberikan guru sehingga tidak membuat semua biaya yang dia keluarkan sia sia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments