Kesedihan

Sepulang ngampus Elisa segera pergi ke tempat bekerjanya di sebuah restoran yang cukup terkenal, di sana Elisa hanya bekerja sebagai pencuci piring dan membersihkan area restoran, karena Elisa mengambil jadwal kuliah pagi sehingga saat sore hari dia bisa bekerja di restoran tersebut, namun kali ini karena Elisa mendapatkan masalah di kampus sehingga dia tidak dapat datang tepat waktu ke restoran tempatnya bekerja sehingga sang meneger restoran memarahi dia dengan kasar.

"Ohh... Bagus yah sudah berapa kali kamu telat begini hah?, Seenaknya masuk kerja kamu pikir ini restoran milik nenekmu!" Bentak sang meneger restoran,

"Ma..maafkan saya pak, saya janji ini yang terakhir kalinya" jawab Elisa meminta maaf.

Namun sang meneger tetap tak mau memberikan kesempatan lagi kepada Elisa meski Elisa berusaha meminta waktu untuk dia menjelaskan alasannya telat, sang meneger tetap tak mau tau dan dia memecat Elisa di depan pengunjung yang tengah ramai.

"Pak saya mohon, tolong beri saya waktu untuk menjelaskan" ucap Elisa memohon dengan memegang tangan sang meneger,

"Tidak bisa Elisa apapun alasannya ini sudah ke tiga kalinya kamu telat, kamu saya pecat, pergi dari sini!" Bentak sang meneger dan menghempaskan lengan Elisa dengan kasar.

Elisa hanya bisa membuang nafas kasar dan dia tertunduk lesu berlenggang pergi keluar dari restoran tersebut, keluar dari sana Elisa menatap langit yang mulai mendung seakan awan turut bersedih dengan semua yang dia alami hari ini.

"Awan saja tau aku tengah sedih, kenapa nasibku seburuk ini" ucap Elisa sambil menatap langit yang mendung.

Gerimis mulai turun dan hujan akhirnya membasahi bumi dengan perlahan namun pasti, Elisa memutuskan untuk menunggu hujan hingga reda di depan restoran tersebut karena dia tidak mau jatuh sakit hanya karena kehujanan, Elisa sadar dia memiliki ketahanan tubuh yang kurang baik dan tidak tahan dengan dingin sehingga selalu memakai pakaian tebal saat musim hujan seperti saat ini.

Elisa berjongkok sambil memeluk tas di dadanya, dia berjongkok dan melihat beberapa orang yang berlalu lalang keluar masuk ke dalam restoran meskipun cuaca sedang hujan, melihat banyaknya orang orang kaya yang mengenakan pakaian mewah dan memiliki payung yang cantik.

"Apa hanya aku yang tidak punya payung" ucap Elisa lagi dengan tersenyum miris.

Lama menunggu hujan yang tak kunjung reda Elisa memutuskan untuk menerobos hujan karena hari sudah mulai larut, dia berjalan berlari kecil menyusuri pinggiran toko agar tidak terlalu basa, sampai saat Elisa hendak berlari di pinggir jalan untuk menghentikan sebuah angkot tiba tiba saja sebuah mobil mewah melaju dengan cepat hingga memuncratkan genangan air hujan mengenai sekujur tubuh Elisa.

Wajah dan pakaian Elisa habis basah kuyup dengan genangan air yang kotor karena mobil tersebut, Elisa marah dan merutuki mobil itu namun dia tidak bisa melakukannya dengan puas karena angkot yang akan dia naiki sudah menunggu di depannya.

"Aishh... Hei kau dasar orang gila semoga saja mobilmu itu rusak huuh!" Teriak Elisa merutuki sang pemilik mobil.

*****

Sedangkan orang yang ada di dalam mobil itu adalah Devinka Bramasta bersama kedua temannya Reksa dan Dika, awalnya dari kejauhan Reksa sudah memberi tau dan memperingati Devinka agar mengendarai mobil dengan kecepatan rendah karena banyaknya genangan air di jalanan akibat hujan, namun Devinka yang tidak mau di beri tau dia malah sengaja melajukan mobil dengan cepat dan tertawa terbahak bahak saat genangan air yang dia bebabkan mengenai Elisa.

"Dev... Lo gila yah, memuncratkan air pada orang lain seperti itu, wahh... Lo benar benar" ucap Reksa yang tak habis pikir dengan kelakuan Devinka,

Sedangkan Dika hanya bisa menggelengkan kepala karena dia sudah mengenal dengan baik kelakuan dan sifat temannya itu.

"Sudahlah Rek, dia juga tidak akan mendengarkan kita meski kita memberi tahunya sampai kapanpun" ucap Dika yang sudah pasrah,

"Iya tapi kan kasihan cewek tadi, pasti dia marah besar" balas Reksa sambil melihat ke belakang,

"Kalo Lo kasian sama dia, Lo bisa turun dari mobil Rek" sahut Devinka dengan tatapan tajamnya.

Seketika Reksa pun terdiam dan dia tidak mau lagi memberitahu seorang Devinka yang keras kepala dan selalu ingin menang sendiri.

Devinka terus melajukan mobilnya tanpa memiliki rasa bersalah sedikitpun, meski sudah diberitahu oleh Reksa namun dia tetap keras kepala dan tidak mau mendengarkan, tanpa dia ketahui saat itu orang yang terkena cipratan genangan air adalah Elisa seorang gadis malang yang harus berjuang untuk hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri.

Elisa naik ke dalam angkot dengan pakaian yang basah, beberapa penumpang lain bergeser dan menjauh darinya karena melihat penampilan Elisa yang kotor, selama berada di dalam angkot Elisa terus saja menunduk dan merasakan kedinginan, dia malu karena tatapan banyak orang yang merendahkan, dia juga marah namun tak bisa melampiaskannya.

Hingga saat sampai di panti dia juga melihat kepala panti tengah duduk termenung di depan teras, Elisa segera menghampirinya dengan perasaan cemas.

"Assalamu'alaikum Bu, Elisa pulang" ucap Elisa memberi salam,

"Waalaikumsalam, El akhirnya kamu pulang kenapa pakaianmu basa kuyup begini?, Ayo cepat masuk kamu kan tidak tahan dingin" ujar ibu panti dan segera membawa Elisa masuk.

Elisa yang tadinya hendak bertanya mengenai keadaan ibu panti yang melamun kini dia urungkan karena justru ibu panti malah sibuk mengurusnya dan membantu Elisa mengeringkan rambut juga membuatkan dia susu hangat, Elisa begitu bahagia meski dia tidak pernah tau bagaimana wajah kedua orang tuanya namun dia masih bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu meski pun hanya ibu panti.

"Ibu Maya terimakasih karena sudah mengurusi Elisa sejak kecil hingga sekarang" ucap Elisa dengan menatap lekat,

Ibu Maya yang selaku kepala panti sungguh kaget mendengar ucapan Elisa dia juga terharu karena Elisa memeluknya tiba tiba.

"Sama sama El, kamu jangan sungkan, anggap ibu ini sebagai ibumu, ibu juga sangat menyayangimu" jawab ibu Maya dengan membalas pelukan Elisa dan mengusap lembut rambutnya.

Setelah berpelukan dan saling sayang Elisa mulai menanyakan hal yang membuatnya penasaran sedari tadi.

"Bu kenapa tadi ibu melamun di teras sendirian, dan kemana pengurus panti yang lain?" Tanya Elisa,

Ibu Maya nampak menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan lalu dia menggenggam tangan Elisa dengan lembut dan mulai menjelaskan.

"Begini El, sebenarnya panti ini sudah cukup terbengkalai, tidak ada yang mau menyalurkan dananya untuk panti ini lagi, sementara usaha kue ibu juga tidak mencukupi untuk menghidupi anak anak panti, sehingga terpaksa ibu harus memberhentikan para pelayan dan ibu juga sudah memindahkan anak anak ke panti lain yang jauh lebih bagus serta terjamin masa depannya untuk mereka" jawab ibu Maya dengan senyum yang lembut.

Elisa tertunduk dia merasa gagal dan merasa bersalah karena tidak berhasil mengumpulkan uang untuk mempertahankan panti ini, padahal dia sudah mengantongi sejumlah uang yang lumayan besar untuk semua anak panti dan uang di tabungannya itu dia dapatkan dari hasil bekerja paruh waktu serta menjual tandatangan The Boys tadi pagi.

Ibu Maya yang melihat Elisa menunduk sedih dia segera mencoba menghibur Elisa.

"Kenapa kamu sedih El, kamu harusnya senang mereka bisa mendapatkan masa depan yang lebih cerah, dan kamu juga tidak perlu banting tulang bekerja paruh waktu sepanjang sore dan malam untuk membiayai mereka, kamu harus fokus pada masa depan dan cita citamu, jika kamu sukses di masa depan ibu dan anak anak panti lainnya juga akan bangga padamu kamu bisa membantu mereka lebih besar lagi" ucap ibu Maya diiringi senyum yang membuat Elisa sedikit terobati,

"Maafkan Elisa ya Bu, Elisa gagal untuk mempertahankan panti ini" jawab Elisa yang masih merasa tidak enak,

"Tidak papa, dan ibu juga minta maaf mulai besok kamu juga harus pergi dari panti ini, ibu bukan mengusirmu El, namun tanah panti ini sudah dijual oleh pemiliknya dan dia tidak mengijinkan ibu untuk menempatinya lagi" ucap ibu Maya yang membuat Elisa benar benar kaget,

"Apa?, Tapi kenapa Bu, kenapa mereka tega melakukan ini, bukankah orang tua pemilik tanah ini sudah mewakafkan tanahnya untuk panti kita?" Tanya Elisa yang masih tidak percaya,

"Mereka menggugatnya sudah dari lama, dan ibu juga sudah bersiap untuk semua ini, maaf karena menyembunyikan semua ini darimu" ujar ibu Maya,

"Tapi kalau begitu ibu mau kemana, apa tidak bisa jika Elisa ikut bersama ibu saja?" tanya Elisa penuh harap,

"Ibu akan kembali ke desa dan tinggal di sana, kamu harus tetap kuliah El, kamu harus belajar hidup mandiri dan mengejar semua mimpimu, ibu akan selalu mendoakanmu" jawab ibu Maya dengan menahan kesedihan.

Elisa tak bisa menahan air matanya lagi, dia menangis tersedu sedu dan kembali memeluk ibu Maya, tidak pernah terbayangkan sebelumnya dia harus berpisah secara tiba tiba dan dalam waktu yang singkat ini, bahkan Elisa tidak sempat membelikan hadiah pada anak panti sebagai ucapan selamat tinggal, kini ibu Maya juga akan meninggalkannya.

Episodes
1 Di Kampus
2 Emosi
3 Kesedihan
4 Menjengkelkan
5 Mencari Pekerjaan
6 Bertengkar dengan Lili
7 Berdebat Di Kantin
8 Pulang Kuliah
9 Rumah Devinka
10 Menjahili Elisa
11 Mencari Ikat Rambut
12 Mamih Lili
13 Pesanan Devinka
14 Cemas
15 Kesialan
16 Karena Dia
17 Bertemu Lili
18 Dikejar Devinka
19 Melampiaskan Amarah
20 Dipecat
21 Menolong Seorang Wanita
22 Mengantar Pulang
23 Bekerja Menjadi Bodyguard
24 Di Dandani
25 Di Pesta
26 Berdebat
27 Satu Kelompok
28 Kalah Taruhan
29 Pemotretan
30 Membantunya
31 Menebus Obat
32 Devinka yang Menjengkelkan
33 Menahan Tawa
34 Mimpi Buruk
35 Hampir Ketahuan
36 Di Perusahaan
37 Hari Pertama
38 Gosip
39 Rekan Kerja yang Baik
40 Hampir Tertabrak
41 Mencari Elisa
42 Bertemu Elisa
43 Perpisahan
44 Persaingan
45 Di kantor polisi
46 Mendapat bahan berita
47 Sebuah Berita
48 Salah Sangka
49 Berhasil Membujuk
50 Menabrak
51 Pertemuan Reksa dan Eril
52 Melapor
53 Selesai Wawancara
54 Makan dengan Devinka
55 Alergi
56 Kembali ke Perusahaan
57 Menemui Devinka
58 Bertemu kak Eril
59 Gemetar
60 Di culik
61 Perkelahian
62 Di rumah sakit
63 Ciko yang menyebalkan
64 Di tolong Devinka
65 Narsis
66 Jatuh
67 Keluar dari rumah sakit
68 Di sambut
69 Hampir jatuh
70 Amarah kak Kris
71 Tidak Makan enak
72 Ditolong Devinka
73 Dengan Devinka
74 Minum di botol yang sama
75 Bercanda dengan Devinka
76 Tertidur
77 Pagi hari
78 Melawan Devinka
79 Kehilangan satu pekerjaan
80 Mengirit uang
81 Perihal mie instan
82 Kehilangan Ponsel
83 Reaksi Devinka
84 Berhasil Menemukan Ponselnya
85 Sadar diri
86 Di basecamp
87 Tidak Peka
88 Ketiduran
89 Bertengkar
90 Ke panti
91 Tersedak
92 Makan Pizza
93 Lembur
94 Hampir Terserempet
95 Panik
96 Tumpangan
97 Mengantar Pulang
98 Keterlaluan
99 Bertengkar dengan kak Kris
100 Merasa Malu dan Gugup
101 Dibantu Devinka
102 Sebuah Pelukkan
103 Menjelaskan
104 Terakhir Magang
105 Merasa sedih untukku
106 Menangis
107 Pekerjaan Baru
108 Cemburu
109 Bersama Devinka
110 Merasa Kasihan
111 Aneh
112 Salahpaham
113 Berbohong
114 Hutang
115 Bertengkar di kampus
116 Ibunya?
117 Di Bandara
118 Satu Minggu Kemudian
119 Pemberian Devinka
120 Hari Wisuda
121 Menangis di pojokan
122 Makan Bersama
123 Ke Perusahaan
124 Menyatakan Perasaan
125 Kabar Baik
126 Di taman
127 Mencicipi banyak minuman
128 Dika yang murung
129 Berkemas
130 Kekesalan Reksa
131 Emosi Ciko
132 Kebohongan Devinka
133 Wawancara
134 Di terima bekerja
135 Pergi Lusa
136 Di bantu Devinka
137 Pulang Kerja
138 Di perjalanan
139 Menaiki Wahana
140 Di taman hiburan
141 Menyatakan Perasaannya
142 Rafat
143 Menyadari
144 Ibu Dika
145 Tante Michael
146 Menolong Tante Merina
147 Sadar
148 Devinka Gelap Mata
149 Pulang Saat Itu Juga
150 Memberikan Kesempatan Dika
151 Tamparan
152 Melawan Nyonya Merisa
153 Mencicipi Makanan Penutup
154 Melawan Keysa
155 Dengan Dika
156 Tidak mendapatkan pekerjaan
157 Di Restoran
158 Memilih Dika
159 Dika yang sakit
160 Ending
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Di Kampus
2
Emosi
3
Kesedihan
4
Menjengkelkan
5
Mencari Pekerjaan
6
Bertengkar dengan Lili
7
Berdebat Di Kantin
8
Pulang Kuliah
9
Rumah Devinka
10
Menjahili Elisa
11
Mencari Ikat Rambut
12
Mamih Lili
13
Pesanan Devinka
14
Cemas
15
Kesialan
16
Karena Dia
17
Bertemu Lili
18
Dikejar Devinka
19
Melampiaskan Amarah
20
Dipecat
21
Menolong Seorang Wanita
22
Mengantar Pulang
23
Bekerja Menjadi Bodyguard
24
Di Dandani
25
Di Pesta
26
Berdebat
27
Satu Kelompok
28
Kalah Taruhan
29
Pemotretan
30
Membantunya
31
Menebus Obat
32
Devinka yang Menjengkelkan
33
Menahan Tawa
34
Mimpi Buruk
35
Hampir Ketahuan
36
Di Perusahaan
37
Hari Pertama
38
Gosip
39
Rekan Kerja yang Baik
40
Hampir Tertabrak
41
Mencari Elisa
42
Bertemu Elisa
43
Perpisahan
44
Persaingan
45
Di kantor polisi
46
Mendapat bahan berita
47
Sebuah Berita
48
Salah Sangka
49
Berhasil Membujuk
50
Menabrak
51
Pertemuan Reksa dan Eril
52
Melapor
53
Selesai Wawancara
54
Makan dengan Devinka
55
Alergi
56
Kembali ke Perusahaan
57
Menemui Devinka
58
Bertemu kak Eril
59
Gemetar
60
Di culik
61
Perkelahian
62
Di rumah sakit
63
Ciko yang menyebalkan
64
Di tolong Devinka
65
Narsis
66
Jatuh
67
Keluar dari rumah sakit
68
Di sambut
69
Hampir jatuh
70
Amarah kak Kris
71
Tidak Makan enak
72
Ditolong Devinka
73
Dengan Devinka
74
Minum di botol yang sama
75
Bercanda dengan Devinka
76
Tertidur
77
Pagi hari
78
Melawan Devinka
79
Kehilangan satu pekerjaan
80
Mengirit uang
81
Perihal mie instan
82
Kehilangan Ponsel
83
Reaksi Devinka
84
Berhasil Menemukan Ponselnya
85
Sadar diri
86
Di basecamp
87
Tidak Peka
88
Ketiduran
89
Bertengkar
90
Ke panti
91
Tersedak
92
Makan Pizza
93
Lembur
94
Hampir Terserempet
95
Panik
96
Tumpangan
97
Mengantar Pulang
98
Keterlaluan
99
Bertengkar dengan kak Kris
100
Merasa Malu dan Gugup
101
Dibantu Devinka
102
Sebuah Pelukkan
103
Menjelaskan
104
Terakhir Magang
105
Merasa sedih untukku
106
Menangis
107
Pekerjaan Baru
108
Cemburu
109
Bersama Devinka
110
Merasa Kasihan
111
Aneh
112
Salahpaham
113
Berbohong
114
Hutang
115
Bertengkar di kampus
116
Ibunya?
117
Di Bandara
118
Satu Minggu Kemudian
119
Pemberian Devinka
120
Hari Wisuda
121
Menangis di pojokan
122
Makan Bersama
123
Ke Perusahaan
124
Menyatakan Perasaan
125
Kabar Baik
126
Di taman
127
Mencicipi banyak minuman
128
Dika yang murung
129
Berkemas
130
Kekesalan Reksa
131
Emosi Ciko
132
Kebohongan Devinka
133
Wawancara
134
Di terima bekerja
135
Pergi Lusa
136
Di bantu Devinka
137
Pulang Kerja
138
Di perjalanan
139
Menaiki Wahana
140
Di taman hiburan
141
Menyatakan Perasaannya
142
Rafat
143
Menyadari
144
Ibu Dika
145
Tante Michael
146
Menolong Tante Merina
147
Sadar
148
Devinka Gelap Mata
149
Pulang Saat Itu Juga
150
Memberikan Kesempatan Dika
151
Tamparan
152
Melawan Nyonya Merisa
153
Mencicipi Makanan Penutup
154
Melawan Keysa
155
Dengan Dika
156
Tidak mendapatkan pekerjaan
157
Di Restoran
158
Memilih Dika
159
Dika yang sakit
160
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!