Elisa sangat merasa sedih namun perkataan dari ibu Maya ada benarnya bagi dia, bersedih juga tidak akan mengubah keadaan saat ini, akhirnya Elisa segera berkemas dan memasukkan semua pakaian juga beberapa barang penting miliknya ke dalam koper, karena ibu Maya sudah mengatakan dia harus pergi besok terpaksa Elisa harus bersiap siap saat itu juga karena besok dia ada kelas pagi di kampus, semalaman Elisa tidak bisa merasa tenang dan tidur dengan nyenyak pikirannya terus melayang memikirkan bagaimana dan harus kemana dia melangkahkan kakinya besok pagi untuk mencari tempat tinggal.
Hingga pagi datang dan Elisa dibangunkan oleh ibu Maya, dia segera bergegas dan bersiap pergi ke kampus sekaligus mengantar ibu Maya menuju terminal bus, saat di terminal Elisa kembali menahan tangis dan memeluk ibu Maya dengan erat, ada rasa tak terima atas semua takdir yang dia rasakan saat ini, namun Elisa hanya bisa berusaha tegar dalam menjalani setiap takdir di hidupnya.
Ibu Maya sudah masuk ke dalam bus dan Elisa pun bergegas pergi ke kampus namun sebelum itu dia mencoba menghubungi Lili berniat untuk menitipkan koper miliknya di rumah Lili untuk sementara waktu, setelah berhasil mengubungi Lili dan Lili memintanya untuk datang ke rumahnya, Elisa sedikit senang dan segera pergi menuju kediaman Lili, sesampainya di sana Elisa langsung menitipkan kopernya di rumah Lili dan dia berangkat ke kampus sedangkan Lili hari ini hanya menitipkan absen pada Elisa, entah apa yang membuat Lili tidak bisa masuk kuliah, biasanya dia selalu rajin dan jarang sekali bolos.
Karena sudah siang dan Elisa takut telat dia tidak banyak bertanya mengenai alasan Lili tak bisa masuk kuliah, dia pun langsung bergegas dengan terburu buru, seperti biasa Elisa naik angkot menuju kampusnya, berdesakkan dengan ibu ibu yang hendak pergi ke pasar juga para siswa yang berangkat ke sekolah. Sesampainya di kampus tak sengaja Elisa melihat mobil merah yang tak asing dimatanya.
"Mobil itu sepertinya aku tidak asing..." Ucap Elisa pelan sambil berjalan mendekati mobil itu,
Saat melihat dan memperhatikannya lebih dekat Elisa langsung ingat kalau mobil itu adalah mobil yang sama dengan mobil yang kemarin memuncratkan genangan air ke tubuhnya saat hujan.
"Ahhh... Iya mobil ini yang membuat wajahku terkena genangan air hujan yang kotor, sialan euhh... Buk...buk...buk.. rasakan ini" ucap Elisa yang langsung kesal dan dia menendang mobil itu dengan kakinya sekuat tenaga.
Tak puas sampai di situ Elisa juga sengaja membuat ban mobil belakang kempes dia mengeluarkan anginnya hingga ban mobil itu benar benar kempes barulah dia tersenyum puas dan langsung masuk ke dalam gedung menuju kelasnya.
"Haha.. aku senang sekali, tapi siapa yah pemilik mobil itu sepertinya orang kaya deh" ucap Elisa sambil menduga duga.
Namun dia malas memikirkan nya lebih jauh dan mengabaikan semuanya, Elisa sudah masuk di kelasnya dan saat dia melihat para mahasiswi sudah berkerumun di koridor dengan banyak barang dan spanduk alay yang bertuliskan nama Devinka juga ketiga anggota The Boys yang lain, Elisa sangat muak melihat pemandangan seperti itu di pagi hari, sehingga dia memutuskan untuk masuk ke dalam kelas karena dia sana jauh lebih tenang.
Elisa duduk di bangku baris paling belakang dan dia membuka buku novel kesukaannya, Elisa larut tenggelam dalam kisah yang dia baca, tanpa dia sadari wajahnya itu tersenyum dan murung tiba tiba karena terbawa emosi dalam kisah yang tengah dia baca dan para mahasiswi lain menatap dengan tatapan aneh kepada Elisa.
Karena terlalu fokus membaca dia tidak menyadari hal itu sampai seorang mahasiswi yang duduk di sampingnya menegur dan memberitahu.
"Hei.. apa kau gila yah?, Jangan membaca seperti itu orang orang membicarakanmu lihatlah" ucap mahasiswi itu yang membuat Elisa seketika sadar dan menyudahi membaca novelnya.
Elisa menyimpan kembali novel itu dan dia merasa kesal karena setiap hal yang dia lakukan selalu saja menjadi perbincangan orang orang dan mereka hanya membicarakan hal buruk sepanjang waktu tentangnya hingga ketika sudah ada dua anggota The Boys masuk ke dalam kelas perhatian mereka langsung saja beralih pada mereka, bahkan ada seorang perempuan yang dengan suka rela membersihkan meja Devinka menggunakan syal yang dia kenakan, Elisa menatap miris penuh kebencian.
"Memangnya dia sesuci itu sampai orang orang memperlakukannya bak pangeran" gerutu Elisa dalam hati kecilnya.
Diantara mahasiswa yang lain hanya Elisa yang duduk santai di bangkunya sendiri dan tidak mendekati anggota The Boys, Devinka dan Reksa mereka terus saja bertingkah seperti seorang selebritis, dimana ada mereka pasti ada saja orang yang meminta foto dan tandatangan.
Reksa tak sengaja melirik ke arah Elisa yang hanya duduk dengan kepala ditaruh di atas meja, dia merasa heran melihat hanya ada satu orang mahasiswi yang tidak tertarik dengan pesona dirinya juga Devinka, Reksa membisikan keheranannya pada Devinka yang mulai kesal dengan banyak perempuan yang mendekati dirinya.
"Dev... Dev... Coba kau lihat ke sana, bukankah itu perempuan yang berebut kursi denganmu waktu itu" ucap Reksa sambil menyenggol tangan Devinka,
Devinka yang tak fokus dan kesal karena para mahasiswi berkerumun di dekat mejanya dia pun langsung menggebrak meja dengan keras dan memarahi para mahasiswi itu.
"Aishh... Brakkk.. Diam... kalian ini berisik sekali, minggir kalian semua, mulai sekarang jangan dekat dekat denganku pastikan jarak kalian dua meter dariku atau aku tidak akan kuliah di sini lagi!" Bentak Devinka sambil menggebrak meja dan bangkit berdiri.
Reksa bahkan membelalakkan matanya kaget ketika melihat amarah Devinka yang memuncak awalnya Reksa pikir Devinka marah kepadanya karena membicarakan Elisa namun ternyata Devinka marah karena kesal selalu diikuti para perempuan centil di sekelilingnya.
Reksa segera melerai amarah Devinka dan menyuruhnya agar kembali duduk dengan tenang, sedangkan para mahasiswi langsung bubar kembali ke kelas dan mejanya masing masing tapi mereka tetap saja memberikan kado kado yang entah berisi apa saja di atas meja Devinka dan Reksa sampai meja itu dipenuhi dengan kado berwarna warni.
"Dev.. sudah sabar, reputasimu akan hancur kalau kau kasar seperti itu, ingat kau itu pewaris perusahaan, citramu harus baik kalau tidak kau sendiri yang akan dijadikan pemberitaan" ucap Reksa mengingatkan Devinka.
Devinka langsung duduk diam dengan nafas yang menderu dan menyingkirkan semua kado di atas meja itu dengan kasar sampai berserakan di lantai, lalu dia bangkit pergi begitu saja dari kelas, Reksa segera berlari menyusul dan meminta pada anak anak lain untuk mengambil kado kado itu siapapun yang menginginkannya.
Dan para mahasiswa yang ada di kelas saat itu langsung saja berebut mengambil kado dengan antusias hanya Elisa yang tetap tak tertarik dan duduk di mejanya dengan tenang hingga dosen datang dan memulai kelasnya.
"Apa hanya aku yang normal di sini, sudah bertahun tahun satu kelas dengan orang itu tapi suasananya masih sama membosankan" gumam Elisa.
Kelas berjalan dengan lancar dan Elisa penuh semangat dalam mengikuti kelas karena tidak ada Devinka dan Reksa di sana, selesai kelas Elisa langsung pergi ke kantin dan dia hanya membeli sebotol teh juga sebungkus roti selai nanas kesukaannya, dia duduk di salah satu meja dan siap menyantap roti yang sudah dia sobek sebelumnya, tapi baru saja Elisa hendak menggigit roti itu di depan mulutnya ehh tiba tiba saja sebuah tangan menyambar dan mengambil roti di tangan Elisa dengan cepat.
"Heh... Sialan seenaknya kau mengambil rotiku kembalikan!" Bentak Elisa dengan kesal dan meminta rotinya kembali,
Saat Elisa bangkit dan melihat wajah orang tersebut ternyata dia adalah Dika si pria playboy yang berlaga kaya dan seenaknya mengambil roti milik Elisa.
Saat Elisa meminta rotinya kembali Dika malah menaikkan tangannya sehingga Elisa tak bisa menjangkaunya karena terlalu tinggi.
"Ambil saja jika kau bisa" ucap Dika dengan senyum meremehkan,
"Kau pikir aku akan mengambilnya?, Lalu kau mempermainkan ku dan mempermalukanku di depan semua orang iya?, Itu kan yang mau kau lakukan, dasar pembuat onar, jangan harap kau bisa membodohiku, minggir!" Ucap Elisa dengan tegas melawannya dan pergi dari sana.
Elisa sebenarnya lapar dan dia tidak memiliki uang lagi untuk membeli makanan lain itupun dia sudah berusaha mengirit uangnya agar cukup sampai dia bisa mendapatkan pekerjaan baru, Elisa sangat geram karena roti yang harusnya bisa mengganjal perut dia malah di rampas oleh Dika padahal Elisa tau Dika pasti akan membuang Roti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments