Pria Buta Itu Suamiku
Cahaya matahari berwarna keemasan masuk melalui pentilasi sebuah kamar seorang gadis cantik berumur 20 tahun.
BRAKK
Tiba-tiba terdengar suara bantingan daun pintu yang nyaring di ruangan itu, sedetik kemudian sesosok wajah ayu berdiri di balik pintu, matanya yang tajam mengamati ke sekeliling.
"Keyla!" Teriaknya lantang.
Namun gadis yang ia teriaki seakan telinganya tersumbat, ia malah asyik berlayar pada mimpi-mimpinya di pagi hari.
"Ya ampun ini sudah siang, kamu belum bangun juga, kebiasaan!"
Nia, selaku Ibu dari gadis itu mengomel sambil melangkah menuju jendela dan membuka tabir kamar mewah milik putri semata wayangnya itu.
"Ma, ini masih pagi, udah teriak-teriak kayak tukang sayur aja sih!" Gerutu gadis itu kesal, dia terbangun karena silau akan sinar matahari pagi.
"Bangun! Tidak ada alasan, Key, kamu itu anak cewek tapi kok malesan!"
"Hari inikan Key enggak ada jadwal kuliah, Ma."
"Iya, tapi kamu harus bangun!"
"Buat apa sih Mama gangguin Keyla yang lagi enak-enaknya tidur, lebih baik Mama urusin aja Papa."
Wajah Keyla terlihat kusut dan rambutnya acak-acakan. Ya, maklumlah baru habis bangun tidur. Keyla duduk lemas di spring bed empuknya. Dia terpaksa bangun.
"Mulutmu itu kebiasaan suka membantah orangtua, semakin lama semakin tidak bisa di atur kamu, sekarang, Mama pengen tanya, kamu masih pacaran sama si Riko?"
"Kenapa? Kok tiba-tiba Mama tanyain hubungan Key sama Rico."
"Mama, tidak akan pernah setuju, kalau kamu masih pacaran sama si Riko."
"Kenapa sih, Keyla itu cinta banget sama dia," Keyla memandang wajah Mamanya.
"Pokoknya mulai sekarang kamu harus bisa lupain dia!"
"Mam."
"Key, kamu harus menikah sama Andriek!"
"Mam, kenapa sih Mama harus maksa! Bukannya Key gak mau di jodoh-jodohin kayak begini, Keyla udah dewasa!"
"Iya, Mama tahu tapi kamu itu harus di jodohin sama lelaki yang lebih dewasa dari kamu, biar kamu berubah, Mama sudah muak sama temen-temen kamu yang bisanya cuma ngabisin duit orang tua buat hura-hura yang gak jelas!"
Keyla menghela nafas sejenak, dan kemudian beranjak dari tempat duduknya dengan wajah manyunnya.
"Key!"
Panggil Mamanya datar.
"Anak ini kalau di bilangin pasti ekspresinya bikin gak enak di lihat!"
Keyla sudah tak terlihat, dia masuk ke dalam toilet. Nia mengomel lagi sambil berjalan keluar kamar.
Setelah beberapa menit Keyla sudah rapi dengan pakaian santainya. Dia menuruni anak tangga. Di lihatnya Mama serta Papanya sudah menunggu untuk sarapan pagi.
"Selamat pagi anak kesayangan Papa." Sapa Papanya kalem dengan sebuah senyum mengembang di bibir.
"Pagi, Pa," jawabnya sedikit malas.
"Kenapa, kok pagi-pagi kayaknya udah gak mood aja, senyum dong, hari ini Papa sama Mama mau ajak kamu ke desa tempat kelahiran Papa. Dan pastinya itu akan seru sekali."
"Mau apa? Key gak ikut, males, Key mau di rumah aja."
"Gak bisa gitu dong, Kamu harus ikut!" Mama menyambung pembicaraan.
"Kenapa sih Mama itu kerjaannya selalu aja maksa, Mama kan tau, Key paling gak suka di paksa!" Bantahnya.
"Kamu itu ya Key, kalau di bilangin selalu aja ngebantah!"
"Udah Ma, Key, pagi-pagi jangan ribut, Keyla yang Mama kamu bilang itu betul." Papa segera menengahi pembicaraan.
Keduanya langsung terdiam. Itulah sebabnya kedua orang tua Keyla sangat bingung, Keyla memiliki pribadi yang sedikit kasar, keras kepala dan susah di atur.
Setelah sarapan pagi selesai, mereka langsung masuk kedalam mobil, barang-barang juga sudah di susun dengan rapi di bagasi belakang. Entahlah Keyla merasa sangat jengkel, dia duduk dengan perasaan kesalnya.
"Oke, apa kamu sudah siap, Key?"
Tanya papa sambil melihatnya yang sedang duduk dengan wajah menghadap ke luar.
"Iya, Pa."
"Kamu masih marah?"
Keyla hanya menggelengkan kepala. Papanya pun balas tersenyum dan segera menghidupkan mesin mobil.
Beberapa jam kemudian.
Ini adalah perjalanan panjang yang sangat membosankan bagi Keyla. Mobil berhenti tepat di halaman sebuah rumah kuno yang memiliki desain unik, tidak mewah dan tidak juga besar, akan tetapi rumah itu terlihat asri. Rama keluar lebih dulu, di ikuti Nia sang isteri.
"Key, kita sudah sampai, ayo," ucap papanya kemudian, sambil membuka pintu mobil.
Keyla yang tak sengaja sejak di perjalanan tertidur langsung membuka mata dan melihat ke sekeliling. Diapun turun dengan malas.
"Kamu tahu ini rumah siapa?" Mama mendekatinya. Keyla menggeleng.
"Jangan bikin malu di rumah ini, kamu harus terlihat sopan."
Keyla diam hanya menjawab dengan rona wajah datar. Merekapun berjalan menaiki satu persatu tangga di teras rumah itu dan Rama mengetuk pintu sembari mengucapkan salam, tak sampai 15 detik salah satu penghuni rumah membukakan pintu.
"Tante Nia dan Om Rama, ya?" Tanya gadis muda itu.
"Iya, kamu?" Nia menatapnya heran.
"Tante, Om, kakak kenalin aku Riana adiknya kak Andriek."
Dia tersenyum dan mengulurkan tangan, menyalami tamu satu persatu, setelah itu mempersilahkan mereka masuk.
Di ruang tamu, Rino sudah menunggu.
"Rin apa kabar?"
Rama mendekati seorang lelaki dengan wajah sedikit tirus.
"Ma. Aku baik-baik saja dan kamu, bagaimana? Sudah hampir 18 tahun kita tidak pernah bertemu dan wajah kamu tidak berubah masih tampan dan awet muda," ucap Rino datar.
"Iya itu karena hidupku gak ku bikin susah," Rama tertawa.
Begitu juga Rino, mereka saling berpelukan dan berbincang penuh kerinduan, mereka ternyata adalah sahabat sejak dulu.
"Riana, panggil Kakakmu," Perintah Rino kemudian.
"Baik, Yah." Jawab gadis belia yang tadi membuka pintu.
Tak lama kemudian datanglah sesosok pria gagah dengan wajah tampannya. Dia berjalan dengan tongkat di tangan kanannya.
"Ma, ini putraku, Andriek," Rino segera memperkenalkan.
"Andriek, apa kabar?"
Rama mendekatinya sambil menepuk pundak lelaki itu. Dia tersenyum.
"Baik Om," jawabnya pelan.
"Syukurlah, perkenalkan ini Tante Nia isteri Om." Rama masih tersenyum.
"Tante, aku Andriek," dia mengulurkan tangannya.
"Tante Nia," Nia pun menerima uluran tangannya dan mereka bersalaman.
"Dan ini Keyla puteri kami," Rama memperkenalkan seorang gadis berwajah cantik yang berada di sampingnya.
"Aku Andriek."
Andriek mengulurkan tangannya lagi. Tapi Keyla tak menerimanya, dia hanya memandangnya dengan tatapan benci.
"Key, ulurkan tanganmu."
Nia memandang Keyla, tapi Keyla tak juga memperdulikan perintah mamanya.
"Oh jadi elo yang namanya Andriek, tapi sorry ya kayaknya kita gak selevel deh!" ucapnya sinis.
"Key kamu ngomong apa?"
Nia berkata setengah geram, bercampur malu.
"Key," Rama juga ikut menatapnya.
"Apa sih maksud Mama sama Papa jodohin Keyla sama lelaki buta kayak dia? Gak mungkinkan! Kalau sampai temen-temen Keyla tahu, di simpen di mana muka Keyla, kalian emang gak punya perasaan!"
Mata Keyla tiba-tiba berbinar-binar sedih bercampur tak percaya dengan jodoh yang di pilihkan kedua orang tuanya.
"Pokoknya keyla gak mau menikah sama lelaki buta kayak dia!"
"Keyla tutup mulutmu, cukup!"
Plak!
Nia membentak dan menamparnya.
"Mama jahat, Keyla benci Mama!"
Diapun menangis dan berlari keluar.
"Key, Keyla dengerin Mama."
Nia akan mengejarnya akan tetapi Rama segera menarik tangannya.
"Sudah Ma biarin, tidak apa-apa."
"Tapi, Pa, Keyla itu sudah keterlaluan!"
"Ma, dia gak akan pergi kemana-mana," Rama mencoba menenangkannya.
Ketiga keluarga itu terdiam di buatnya.
"Rin, maafin tingkah gak sopan puteriku ya."
"Tidak apa-apa, biasalah emosi anak muda itu memang terkadang labil."
Sementara itu Andriek hanya tersenyum mendengar hinaan yang di lontarkan kepada dia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments