Bab. 3. Pindah

Keyla melihat kearah Andriek yang tengah duduk.

"Semua ini gara-gara kamu! Kalau saja mama sama papa aku gak kenal papa kamu gak mungkin aku nikah sama kamu!" Hardiknya kemudian.

"Maafkan aku, tapi---" Lelaki itu menjawab.

"Tapi apa? Hah, sue aku nyesel harus ketemu kamu!" Geramnya.

Keyla hanya bisa mengepalkan tangannya penuh keegoisan.

"Tapi jodoh itu dari Tuhan, Tuhanlah yang berhak mengaturnya, dan kamulah tulang rusukku itu."

"Apa? Kamu bilang aku ini tulang rusukmu? Hari gini masih aja sok romantis. Kamu itu harusnya ngaca udahlah buta gak tau diri lagi!" Keyla tersenyum sinis.

"Sok..sok an!" Sambungnya lagi.

Mendengar hal itu Andriek hanya bisa terdiam dan bersabar karena dia sudah paham kalau Keyla itu sungguh kasar.

Keyla mendekat.

"Minggir!" Hardik Keyla kasar.

"Eh, inget ya jangan pernah tidur di ranjangku!"

Mendengar larangan itu Andriek langsung meraih tongkatnya dan berdiri.

"Terus aku harus tidur di mana?"

"Ya terserah kamulah yang terpentingkan jangan tidur di ranjangku! Jijik!"

Keyla mendorongnya kesamping, sehingga membuat tubuh Andriek jatuh ke lantai.

"Haha... Syukurin!"

Keyla tertawa sambil merebahkan badannya ke Spring Bed empuknya.

Andriek mengelus dadanya pelan, dia tahu dunia ini belum cukup adil untuk bisa membuatnya melihat seseorang menghargai perasaan orang lain, dengan tenaga yang lemah Andriek mencoba memapah tubuhnya berdiri.

Dia yakin di luar sana masih banyak orang yang lebih sakit daripada dia hari ini. Andriek sudah berdiri, dia berjalan sambil menggerakan tongkatnya, meraba-raba lantai. Perasaannya bingung. Ini adalah malam pertama nya menikah, bukannya bermesraan, akan tetapi dia malah mendapatkan perlakuan kasar dan di hina habis-habisan. Pernikahan mereka bisa terjadi karena Ayahnya dan Papa Keyla adalah sahabat. Demi memperkokoh persahabatan, mereka berdua akhirnya bersepakat untuk menjodohkan anak mereka.

Andriek bukanlah pengecut yang begitu saja menyerah, dia yakin bahwa dia akan baik-baik saja. Keyla sama sekali tak perduli padanya. Sampai akhirnya Andriek hanya bisa duduk bersandar di dinding, dia cukup lelah sekali. Jam juga sudah menunjukan pukul 22.00 wib. Matanya terasa begitu mengantuk dan berat alhasil diapun tertidur sembarangan.

"Sial, belum aja satu jam udah gampang banget tidur!"

Keyla memperhatikannya sambil mengumpat. Namun tiba-tiba ponselnya berdering. Riko pacarnya menelpon.

Keesokan harinya pukul 06.00 wib.

Matahari mulai bersinar di ufuk timur sinarnya begitu menghangatkan. Duniapun seolah memberikan senyumnya menyapa dengan keindahan yang tak terlukis. Apakah hidup akan selamanya abadi? Sama sekali tidak.

"Bangun!"

BYUURR!

Air menusuk di pori-pori wajah tampan milik Andriek, Keyla menyiramnya.

"Bangun udah siang! Mandi sonoh, habis itu keluar mama dan papa udah nungguin kamu untuk sarapan!" ucapnya lagi.

Andriek tak menjawab, dia hanya mengelap air yang membasahi wajahnya.

"Mandinya gak usah lama-lama ya karena percuma, toh aku udah terlanjur jijik liat kamu."

Maki Keyla lagi dan akan segera pergi meninggalkannya. Tapi Andriek segera memanggil namanya.

"Keyla."

"Apa? Jangan bilang kamu minta bantuin aku buat tuntun kamu ke kamar mandi, ogah banget!"

"Biar bagaimana pun kamu adalah isteriku, tidak seharusnya kamu berbicara seperti itu pada suamimu."

"Cih, dia udah mulai melawan, siapa suruh jadi orang buta! Pergi aja ke toilet sendiri." Bentak Keyla kesal dan tanpa adanya rasa iba Keyla langsung pergi meninggalkan Andriek.

Andriek menggenggam erat kepalan tangannya, dia benar-benar ingin marah tapi apa yang di katakan Keyla memang ada benarnya juga. Dengan insting yang dia punya, Andriek berusaha bangkit dari duduknya dan mencari tas pakaiannya.

Sementara itu di meja makan.

"Key, Andriek sudah kamu panggil?"

Nia memandangnya yang tiba-tiba mengambil posisi untuk duduk.

"Udah, bentar lagi juga keluar!"

"Ya, udah kalau begitu."

"Key, hari ini papa sama mama berencana akan bantuin kalian pindah ke apertemen kalian yang baru," Rama menatapnya.

"Makasih Pa," Sesaat kemudian wajahnya berubah.

"Apa kamu baik-baik saja sayang?"

"Tentu, Keyla, baik-baik aja kok!"

Keyla pun tersenyum kecil, demi membahagiakan hati papanya.

Satu jam kemudian di Apartemen.

"Andriek kamu gak perlu bantuin, cukup papa aja."

Nia berkata, ketika di lihatnya Andriek tampak membawa sebuah kotak besar. Dia sangat mengkhawatirkan menantu nya, jika harus meraba-raba sambil menenteng kotak besar, karena dia pikir, bahwa mata Andriek buta.

 "Gak apa-apa kok ma."

 "Kamu yakin?"

 Andriek hanya mengangguk dan tersenyum.

 "Sok!"

Keyla yang berada di belakang langsung nyeletuk.

 "Keyla."

Nia pun memperhatikannya.

"Sopan banget kamu bicara kayak gitu!"

 "Mama selalu aja ngebelain dia, dia itu cuma menantu."

 "Terus?"

 "Gak wajar!"

 "Andriek juga udah jadi anak mama sekarang jadi mama gak salah dong kalau belain dia lagian kamu itukan salah ya wajar dong mamah ingetin!"

 Wajah keyla bertambah merah antara benci dan kesal. Namun belum juga ia akan menjawab tiba-tiba langkah kakinya oleng dan otomatis pijakannya menjadi tidak seimbang.

BRUUKK!

 "Aah kakiku."

Keyla langsung berteriak dan mengaduh kesakitan karena kakinya tiba-tiba keseleo di anak tangga apartemen itu. Diapun jatuh menimpa Andriek. Tanpa sengaja Keyla memeluknya erat.

"Keyla."

Buru-buru Nia mendekati mereka.

"Ih apaan sih."

Keyla menepis tangannya, begitu juga Andriek. Dia segera bangkit dari posisi itu.

"Aduh, kakiku." Ringgiknya.

"Keyla, kamu gak apa-apa?"

Keyla tak menjawab, dia malah mengelus-ngelus kakinya.

"Keyla."

Ranma yang juga kebetulan masih di atas langsung ikut mendekatinya.

"Kaki Keyla keseleo, Pa."

"Tuhkan makanya hati-hati kalau jalan sayang, Andriek kamu bisa ngurut?"

Rama memandang Andriek yang masih terpaku.

"Sedikit, mungkin bisa membantu." Jawabnya.

"Eh gak-gak! Makasih, tapi aku gak perlu bantuan kamu."

Keyla mencoba untuk berdiri. Tapi kenapa kakinya terasa ngilu sekali.

"Keyla, kamu yakin? Nanti kaki kamu tambah bengkak kalau gak di urut sekarang."

"Gak apa-apa, Keyla yakin, Keyla bisa cari tukang urut sendiri kok!"

Keyla sudah nampak berdiri. Dengan langkah gontai dia melangkah walaupun tampak pincang.

"Huff, dasar keras kepala!"

Nia terlihat kesal. Pekerjaan mengangkut barang kini sudah selesai, kedua orangtua keyla akhirnya pamit untuk pulang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!