NovelToon NovelToon

Pria Buta Itu Suamiku

Bab. 1. Jodoh Pilihan Orang tua

Cahaya matahari berwarna keemasan masuk melalui pentilasi sebuah kamar seorang gadis cantik berumur 20 tahun.

BRAKK

Tiba-tiba terdengar suara bantingan daun pintu yang nyaring di ruangan itu, sedetik kemudian sesosok wajah ayu berdiri di balik pintu, matanya yang tajam mengamati ke sekeliling.

"Keyla!" Teriaknya lantang.

Namun gadis yang ia teriaki seakan telinganya tersumbat, ia malah asyik berlayar pada mimpi-mimpinya di pagi hari.

"Ya ampun ini sudah siang, kamu belum bangun juga, kebiasaan!"

Nia, selaku Ibu dari gadis itu mengomel sambil melangkah menuju jendela dan membuka tabir kamar mewah milik putri semata wayangnya itu.

"Ma, ini masih pagi, udah teriak-teriak kayak tukang sayur aja sih!" Gerutu gadis itu kesal, dia terbangun karena silau akan sinar matahari pagi.

"Bangun! Tidak ada alasan, Key, kamu itu anak cewek tapi kok malesan!"

"Hari inikan Key enggak ada jadwal kuliah, Ma."

"Iya, tapi kamu harus bangun!"

"Buat apa sih Mama gangguin Keyla yang lagi enak-enaknya tidur, lebih baik Mama urusin aja Papa."

Wajah Keyla terlihat kusut dan rambutnya acak-acakan. Ya, maklumlah baru habis bangun tidur. Keyla duduk lemas di spring bed empuknya. Dia terpaksa bangun.

"Mulutmu itu kebiasaan suka membantah orangtua, semakin lama semakin tidak bisa di atur kamu, sekarang, Mama pengen tanya, kamu masih pacaran sama si Riko?"

"Kenapa? Kok tiba-tiba Mama tanyain hubungan Key sama Rico."

"Mama, tidak akan pernah setuju, kalau kamu masih pacaran sama si Riko."

"Kenapa sih, Keyla itu cinta banget sama dia," Keyla memandang wajah Mamanya.

"Pokoknya mulai sekarang kamu harus bisa lupain dia!"

"Mam."

"Key, kamu harus menikah sama Andriek!"

"Mam, kenapa sih Mama harus maksa! Bukannya Key gak mau di jodoh-jodohin kayak begini, Keyla udah dewasa!"

"Iya, Mama tahu tapi kamu itu harus di jodohin sama lelaki yang lebih dewasa dari kamu, biar kamu berubah, Mama sudah muak sama temen-temen kamu yang bisanya cuma ngabisin duit orang tua buat hura-hura yang gak jelas!"

Keyla menghela nafas sejenak, dan kemudian beranjak dari tempat duduknya dengan wajah manyunnya.

"Key!"

Panggil Mamanya datar.

"Anak ini kalau di bilangin pasti ekspresinya bikin gak enak di lihat!"

Keyla sudah tak terlihat, dia masuk ke dalam toilet. Nia mengomel lagi sambil berjalan keluar kamar.

Setelah beberapa menit Keyla sudah rapi dengan pakaian santainya. Dia menuruni anak tangga. Di lihatnya Mama serta Papanya sudah menunggu untuk sarapan pagi.

"Selamat pagi anak kesayangan Papa." Sapa Papanya kalem dengan sebuah senyum mengembang di bibir.

"Pagi, Pa," jawabnya sedikit malas.

"Kenapa, kok pagi-pagi kayaknya udah gak mood aja, senyum dong, hari ini Papa sama Mama mau ajak kamu ke desa tempat kelahiran Papa. Dan pastinya itu akan seru sekali."

"Mau apa? Key gak ikut, males, Key mau di rumah aja."

"Gak bisa gitu dong, Kamu harus ikut!" Mama menyambung pembicaraan.

"Kenapa sih Mama itu kerjaannya selalu aja maksa, Mama kan tau, Key paling gak suka di paksa!" Bantahnya.

"Kamu itu ya Key, kalau di bilangin selalu aja ngebantah!"

"Udah Ma, Key, pagi-pagi jangan ribut, Keyla yang Mama kamu bilang itu betul." Papa segera menengahi pembicaraan.

Keduanya langsung terdiam. Itulah sebabnya kedua orang tua Keyla sangat bingung, Keyla memiliki pribadi yang sedikit kasar, keras kepala dan susah di atur.

Setelah sarapan pagi selesai, mereka langsung masuk kedalam mobil, barang-barang juga sudah di susun dengan rapi di bagasi belakang. Entahlah Keyla merasa sangat jengkel, dia duduk dengan perasaan kesalnya.

"Oke, apa kamu sudah siap, Key?"

Tanya papa sambil melihatnya yang sedang duduk dengan wajah menghadap ke luar.

"Iya, Pa."

"Kamu masih marah?"

Keyla hanya menggelengkan kepala. Papanya pun balas tersenyum dan segera menghidupkan mesin mobil.

Beberapa jam kemudian.

Ini adalah perjalanan panjang yang sangat membosankan bagi Keyla. Mobil berhenti tepat di halaman sebuah rumah kuno yang memiliki desain unik, tidak mewah dan tidak juga besar, akan tetapi rumah itu terlihat asri. Rama keluar lebih dulu, di ikuti Nia sang isteri.

"Key, kita sudah sampai, ayo," ucap papanya kemudian, sambil membuka pintu mobil.

Keyla yang tak sengaja sejak di perjalanan tertidur langsung membuka mata dan melihat ke sekeliling. Diapun turun dengan malas.

"Kamu tahu ini rumah siapa?" Mama mendekatinya. Keyla menggeleng.

"Jangan bikin malu di rumah ini, kamu harus terlihat sopan."

Keyla diam hanya menjawab dengan rona wajah datar. Merekapun berjalan menaiki satu persatu tangga di teras rumah itu dan Rama mengetuk pintu sembari mengucapkan salam, tak sampai 15 detik salah satu penghuni rumah membukakan pintu.

"Tante Nia dan Om Rama, ya?" Tanya gadis muda itu.

"Iya, kamu?" Nia menatapnya heran.

 "Tante, Om, kakak kenalin aku Riana adiknya kak Andriek."

Dia tersenyum dan mengulurkan tangan, menyalami tamu satu persatu, setelah itu mempersilahkan mereka masuk.

Di ruang tamu, Rino sudah menunggu.

"Rin apa kabar?"

Rama mendekati seorang lelaki dengan wajah sedikit tirus.

 "Ma. Aku baik-baik saja dan kamu, bagaimana? Sudah hampir 18 tahun kita tidak pernah bertemu dan wajah kamu tidak berubah masih tampan dan awet muda," ucap Rino datar.

"Iya itu karena hidupku gak ku bikin susah," Rama tertawa.

Begitu juga Rino, mereka saling berpelukan dan berbincang penuh kerinduan, mereka ternyata adalah sahabat sejak dulu. 

 "Riana, panggil Kakakmu," Perintah Rino kemudian.

"Baik, Yah." Jawab gadis belia yang tadi membuka pintu.

Tak lama kemudian datanglah sesosok pria gagah dengan wajah tampannya. Dia berjalan dengan tongkat di tangan kanannya.

"Ma, ini putraku, Andriek," Rino segera memperkenalkan.

"Andriek, apa kabar?"

Rama mendekatinya sambil menepuk pundak lelaki itu. Dia tersenyum.

"Baik Om," jawabnya pelan.

"Syukurlah, perkenalkan ini Tante Nia isteri Om." Rama masih tersenyum.

 "Tante, aku Andriek," dia mengulurkan tangannya.

 "Tante Nia," Nia pun menerima uluran tangannya dan mereka bersalaman.

 "Dan ini Keyla puteri kami," Rama memperkenalkan seorang gadis berwajah cantik yang berada di sampingnya.

"Aku Andriek."

Andriek mengulurkan tangannya lagi. Tapi Keyla tak menerimanya, dia hanya memandangnya dengan tatapan benci.

 "Key, ulurkan tanganmu."

Nia memandang Keyla, tapi Keyla tak juga memperdulikan perintah mamanya.

"Oh jadi elo yang namanya Andriek, tapi sorry ya kayaknya kita gak selevel deh!" ucapnya sinis.

"Key kamu ngomong apa?"

Nia berkata setengah geram, bercampur malu.

"Key," Rama juga ikut menatapnya.

 "Apa sih maksud Mama sama Papa jodohin Keyla sama lelaki buta kayak dia? Gak mungkinkan! Kalau sampai temen-temen Keyla tahu, di simpen di mana muka Keyla, kalian emang gak punya perasaan!"

Mata Keyla tiba-tiba berbinar-binar sedih bercampur tak percaya dengan jodoh yang di pilihkan kedua orang tuanya.

"Pokoknya keyla gak mau menikah sama lelaki buta kayak dia!"

 "Keyla tutup mulutmu, cukup!"

Plak!

Nia membentak dan menamparnya.

"Mama jahat, Keyla benci Mama!"

Diapun menangis dan berlari keluar.

"Key, Keyla dengerin Mama."

Nia akan mengejarnya akan tetapi Rama segera menarik tangannya.

 "Sudah Ma biarin, tidak apa-apa."

 "Tapi, Pa, Keyla itu sudah keterlaluan!"

"Ma, dia gak akan pergi kemana-mana," Rama mencoba menenangkannya.

Ketiga keluarga itu terdiam di buatnya.

"Rin, maafin tingkah gak sopan puteriku ya."

"Tidak apa-apa, biasalah emosi anak muda itu memang terkadang labil."

Sementara itu Andriek hanya tersenyum mendengar hinaan yang di lontarkan kepada dia.

Bab. 2. Hanya Pria Buta

Hari-hari berlalu.

Keyla sering menutup dirinya di kamar.

Dia benci harus bertemu Andriek dalam hidupnya, tentu saja keyla sangat membencinya karena Andriek benar-benar lelaki yang sangat jauh dari kata sempurna. Matanya buta dan Andriek juga bukan dari keluarga kaya raya ataupun terhormat.

Setiap hari ayahnya hanya berkerja sebagai seorang kuli bangunan, sedangkan Andriek berprofesi menjadi pengamen jalanan, bisa di bilang bahwa dia pandai memainkan berbagai macam alat musik dengan suara yang lumayan merdu.

Dunia ini seperti tidak adil bagi keyla.

Dia kurang apa? Wajahnya cantik, kulitnya putih, tubuhnya ideal, IQ nya juga di atas rata-rata. Apalagi kedua orang tuanya sangat kaya. Dan Riko adalah kekasih pujaan keyla, sudah hampir 4 tahun dia menjalin hubungan dengan pria kaya itu. Tapi kenapa? Dia harus berjodoh pada si Andriek yang sama sekali tidak pernah dia sukai bahkan sangat dia benci.

"Keyla, buka pintunya Mama perlu bicara sama kamu!"

Tiba-tiba Nia datang dan mengetuk pintu kamar Keyla.

"Apa yang perlu Mama bicarain? Mama udah tau kan, Keyla gak akan mau menikah sama pria buta itu!"

"Iya Mama tahu tapi---"

 "Mam, Keyla mohon, mengertilah!"

"Dengerin Mama dulu, dan buka pintunya sekarang," suara Nia sedikit memaksa.

Dengan malas Keyla beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu.

 "Key," Nia menatap wajah cantiknya.

"Sampai kapan kamu akan menolak begini? Andriek itu cowok baik dan kamu gak akan menyesal menikah dengan dia," Lanjutnya lagi, sambil berjalan masuk ke ruang kamar keyla, dia duduk di spring bed empuk itu. Keyla tak menjawab.

"Dan satu hal lagi yang perlu kamu pikirkan, Mama sama Papa gak akan merestui hubungan kamu sama si Riko jangan membantah!"

Mendengar perkataan itu keyla langsung menatap lekat wajah mamanya.

"Ma, apa Mama bisa menjamin kebahagian Keyla jika menikah dengan Andriek? Keyla, yakin Keyla pasti gak akan bahagia. Untuk mengurus dirinya sendiri saja dia tak mampu apalagi kalau sampai mengurus Keyla, pikir dong Ma."

"Keyla, Andriek memang buta tapi hatinya gak, dia itu cowok baik-baik."

Keyla menggeleng kepala tak percaya.

"Mama gak akan perduli sama sifat egois kamu suka atau gak suka, cinta atau gak cinta pokoknya kamu harus menikah sama Andriek, dengar itu Key!" Nia langsung berdiri dan meninggalkannya.

"Mama," Desah Keyla kemudian.

"Uh, lo brengsek Andriek!"

Keyla berkata kesal dan memaki-maki Andriek.

Keesokan Harinya.

Nia duduk termenung di ruang tengah sesekali dia melirik jam dinding yang tertempel rapi. Dia sedang bingung dan sangat bingung sudah 2 hari keyla tidak pulang kerumah, ketika di hubungi nomor ponselnya, selalu tidak aktif. Rama juga suaminya di situ sedang serius membaca koran.

 "Pa,"

 "Apa, Ma?"

"Kok papa tenang-tenangan aja sih, sudah 2 hari loh Keyla gak pulang kerumah."

 "Lalu masalahnya apa, Ma?"

"Ya, khawatir kek atau berusaha cari kek!"

Sebelum menjawab Rama tersenyum. "Ma, Keyla itu sudah besar dan dia pasti tahu bagaimana caranya jaga diri."

"Tapi Pa Keyla itu anak perempuan dan sebelumnya keyla gak pernah kayak begini!" Nada Nia sangat khawatir.

"Mama takut Keyla kenapa-kenapa!"

"Terus mama udah hubungi si Andini, Queen sama Ratna? Itukan temen mainnya Keyla."

 "Sudah, tapi mereka bilang gak tau!"

 "Kalau gitu gimana kita cari Keyla di apartemennya si Riko."

Nia langsung menatap suaminya.

"Ya ampun kenapa mama gak kepikiran ya pa ya udahlah Pah yuk kita pergi."

 "Oke!"

 Namun ketika mereka akan beranjak pergi tiba-tiba bel rumah mereka berbunyi.

"Biar mama aja yang bukain."

Nia segera beranjak dari tempat duduknya.

"Keyla, kamu dari mana saja?"

Terdengar suara keras dari mulut Nia. Rama pun jadi ikut menghampiri. Tapi anak perempuannya itu cuma diam tak menjawab.

"Keyla, kamu?" Rama menatapnya.

"Maaf, Mama, Papa, Keyla capek dan perlu istirahat," dia baru menjawab dengan suara datar.

"Keyla, jawab dulu pertanyaan Mama kamu darimana?"

"Ma,Keyla capek jadi tolong jangan bertanya apa-apa dulu sama Key."

Keyla melangkah meninggalkan kedua orangtuanya. Nia cuma bisa menggelengkan kepalanya dengan kesal.

"Pa, Mama udah capek ngadepin Keyla yang selalu aja gitu," Desahnya pelan.

"Sabar ya Ma, Papa yakin suatu hari nanti Keyla pasti berubah, kita doain aja ma."

Rama berusaha menenangkan isteri tercintanya sambil mengelus lembut rambutnya.

Hari itu berlalu dengan perasaan mereka masing-masing, Keyla menatap dirinya sendiri di depan cermin. Memandangi setiap tetes air mata yang mengalir di garis pipi empuknya.

"Keyla, apa yang sedang kamu lakukan? Kita bisa terlambat ke KUA."

Tiba-tiba Nia datang mengejutkannya.

"Keyla, apakah kamu baik-baik saja?"

Nia memperhatikannya. Keyla tak menjawab.

"Key mama tau kamu pasti sangat sedih dengan pernikahan yang sama sekali gak kamu inginkan tapi mama pengen kamu bisa berubah dan bahagia bersama pria pilihan papa dan mama."

Nia merasa iba dan mengelus rambut panjang keyla dengan elusan penuh kasih sayang pada puteri semata wayangnya itu.

"Mama yakin Andriek gak akan kecewain kamu."

Keyla masih terdiam sambil mengusap air matanya. Keyla pun segera beranjak dari duduknya, serta berjalan keluar, Nia membuntutinya dari belakang. Rama sudah menunggu di ruang tengah.

"Ayo kita berangkat," ajak Rama kemudian.

Sesampainya di KUA Mereka turun, ini adalah hari pernikahan keyla dan Andriek. Mereka mengadakan sebuah akad nikah yang sederhana karena itu adalah keinginan Keyla.

Cukup kedua keluarga dan beberapa tetangga saja yang tahu. Dan tentu saja kedua orangtuanya setuju, yang terpenting Keyla mau menikah dengan Andriek.

Pak penghulung: "Saudara Andriek Fairus bin Rino Fairus saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Keyla Anatasya binti Rama Anugerah dengan maskawinnya berupa sebentuk cincin mas dan seperangkat alat sholat, tunai!

Andriek Fairus: "Saya terima dan kawinnya Keyla Anatasya binti Rama Anugerah dengan maskawinnya berupa sebentuk cincin mas dan seperangkat alat sholat tunai."

Andriek sangat lancar mengucapkan ijab kabulnya dan kemudian memasangkan cincin emas di jari manis milik Keyla. Setelah itu para tamu undangan mengatakan bahwa pernikahan mereka sah. Pak penghulu berdoa untuk mereka.

Dua jam kemudian

"Sayang, mama udah beliin apartemen untuk kalian," Mama memberikan kunci padanya.

"Maksud Mama, apa?"

"Biar kalian lebih mandiri!"

Keyla langsung tersenyum kesal.

"Mama bermaksud biarin keyla menderita gitu? Iya?" Keyla menatap mamanya tak mengerti.

"Key Mama gak bermaksud begitu," Mama balas menatapnya.

"Kamukan sudah menikah, jadi mama gak punya hak lagi atas kamu? Dan tentunya Andrieklah yang akan bertanggung jawab karena sekarang dialah suami kamu."

Keyla tak menjawab, dengan jantung yang bernafas lebih cepat keyla mengambil kunci itu dan segera pergi dari hadapan mamanya.

"Key berhenti, dengerin Mama dulu? Mungkin itu terlalu sulit untuk kamu bisa menerima kenyataan ini, tapi..."

"Ma, sampai kapanpun Keyla gak akan bisa terima ini!" jawabnya dari kejauhan.

Nia terdiam sambil menghela nafas pendek. Entah apalagi yang harus dia lakukan, agar Keyla mengerti.

Keyla membuka pintu kamarnya kemudian membanting dengan keras dan itu sangat mengejutkan Andriek yang sedang duduk di tepi ranjang.

Bab. 3. Pindah

Keyla melihat kearah Andriek yang tengah duduk.

"Semua ini gara-gara kamu! Kalau saja mama sama papa aku gak kenal papa kamu gak mungkin aku nikah sama kamu!" Hardiknya kemudian.

"Maafkan aku, tapi---" Lelaki itu menjawab.

"Tapi apa? Hah, sue aku nyesel harus ketemu kamu!" Geramnya.

Keyla hanya bisa mengepalkan tangannya penuh keegoisan.

"Tapi jodoh itu dari Tuhan, Tuhanlah yang berhak mengaturnya, dan kamulah tulang rusukku itu."

"Apa? Kamu bilang aku ini tulang rusukmu? Hari gini masih aja sok romantis. Kamu itu harusnya ngaca udahlah buta gak tau diri lagi!" Keyla tersenyum sinis.

"Sok..sok an!" Sambungnya lagi.

Mendengar hal itu Andriek hanya bisa terdiam dan bersabar karena dia sudah paham kalau Keyla itu sungguh kasar.

Keyla mendekat.

"Minggir!" Hardik Keyla kasar.

"Eh, inget ya jangan pernah tidur di ranjangku!"

Mendengar larangan itu Andriek langsung meraih tongkatnya dan berdiri.

"Terus aku harus tidur di mana?"

"Ya terserah kamulah yang terpentingkan jangan tidur di ranjangku! Jijik!"

Keyla mendorongnya kesamping, sehingga membuat tubuh Andriek jatuh ke lantai.

"Haha... Syukurin!"

Keyla tertawa sambil merebahkan badannya ke Spring Bed empuknya.

Andriek mengelus dadanya pelan, dia tahu dunia ini belum cukup adil untuk bisa membuatnya melihat seseorang menghargai perasaan orang lain, dengan tenaga yang lemah Andriek mencoba memapah tubuhnya berdiri.

Dia yakin di luar sana masih banyak orang yang lebih sakit daripada dia hari ini. Andriek sudah berdiri, dia berjalan sambil menggerakan tongkatnya, meraba-raba lantai. Perasaannya bingung. Ini adalah malam pertama nya menikah, bukannya bermesraan, akan tetapi dia malah mendapatkan perlakuan kasar dan di hina habis-habisan. Pernikahan mereka bisa terjadi karena Ayahnya dan Papa Keyla adalah sahabat. Demi memperkokoh persahabatan, mereka berdua akhirnya bersepakat untuk menjodohkan anak mereka.

Andriek bukanlah pengecut yang begitu saja menyerah, dia yakin bahwa dia akan baik-baik saja. Keyla sama sekali tak perduli padanya. Sampai akhirnya Andriek hanya bisa duduk bersandar di dinding, dia cukup lelah sekali. Jam juga sudah menunjukan pukul 22.00 wib. Matanya terasa begitu mengantuk dan berat alhasil diapun tertidur sembarangan.

"Sial, belum aja satu jam udah gampang banget tidur!"

Keyla memperhatikannya sambil mengumpat. Namun tiba-tiba ponselnya berdering. Riko pacarnya menelpon.

Keesokan harinya pukul 06.00 wib.

Matahari mulai bersinar di ufuk timur sinarnya begitu menghangatkan. Duniapun seolah memberikan senyumnya menyapa dengan keindahan yang tak terlukis. Apakah hidup akan selamanya abadi? Sama sekali tidak.

"Bangun!"

BYUURR!

Air menusuk di pori-pori wajah tampan milik Andriek, Keyla menyiramnya.

"Bangun udah siang! Mandi sonoh, habis itu keluar mama dan papa udah nungguin kamu untuk sarapan!" ucapnya lagi.

Andriek tak menjawab, dia hanya mengelap air yang membasahi wajahnya.

"Mandinya gak usah lama-lama ya karena percuma, toh aku udah terlanjur jijik liat kamu."

Maki Keyla lagi dan akan segera pergi meninggalkannya. Tapi Andriek segera memanggil namanya.

"Keyla."

"Apa? Jangan bilang kamu minta bantuin aku buat tuntun kamu ke kamar mandi, ogah banget!"

"Biar bagaimana pun kamu adalah isteriku, tidak seharusnya kamu berbicara seperti itu pada suamimu."

"Cih, dia udah mulai melawan, siapa suruh jadi orang buta! Pergi aja ke toilet sendiri." Bentak Keyla kesal dan tanpa adanya rasa iba Keyla langsung pergi meninggalkan Andriek.

Andriek menggenggam erat kepalan tangannya, dia benar-benar ingin marah tapi apa yang di katakan Keyla memang ada benarnya juga. Dengan insting yang dia punya, Andriek berusaha bangkit dari duduknya dan mencari tas pakaiannya.

Sementara itu di meja makan.

"Key, Andriek sudah kamu panggil?"

Nia memandangnya yang tiba-tiba mengambil posisi untuk duduk.

"Udah, bentar lagi juga keluar!"

"Ya, udah kalau begitu."

"Key, hari ini papa sama mama berencana akan bantuin kalian pindah ke apertemen kalian yang baru," Rama menatapnya.

"Makasih Pa," Sesaat kemudian wajahnya berubah.

"Apa kamu baik-baik saja sayang?"

"Tentu, Keyla, baik-baik aja kok!"

Keyla pun tersenyum kecil, demi membahagiakan hati papanya.

Satu jam kemudian di Apartemen.

"Andriek kamu gak perlu bantuin, cukup papa aja."

Nia berkata, ketika di lihatnya Andriek tampak membawa sebuah kotak besar. Dia sangat mengkhawatirkan menantu nya, jika harus meraba-raba sambil menenteng kotak besar, karena dia pikir, bahwa mata Andriek buta.

 "Gak apa-apa kok ma."

 "Kamu yakin?"

 Andriek hanya mengangguk dan tersenyum.

 "Sok!"

Keyla yang berada di belakang langsung nyeletuk.

 "Keyla."

Nia pun memperhatikannya.

"Sopan banget kamu bicara kayak gitu!"

 "Mama selalu aja ngebelain dia, dia itu cuma menantu."

 "Terus?"

 "Gak wajar!"

 "Andriek juga udah jadi anak mama sekarang jadi mama gak salah dong kalau belain dia lagian kamu itukan salah ya wajar dong mamah ingetin!"

 Wajah keyla bertambah merah antara benci dan kesal. Namun belum juga ia akan menjawab tiba-tiba langkah kakinya oleng dan otomatis pijakannya menjadi tidak seimbang.

BRUUKK!

 "Aah kakiku."

Keyla langsung berteriak dan mengaduh kesakitan karena kakinya tiba-tiba keseleo di anak tangga apartemen itu. Diapun jatuh menimpa Andriek. Tanpa sengaja Keyla memeluknya erat.

"Keyla."

Buru-buru Nia mendekati mereka.

"Ih apaan sih."

Keyla menepis tangannya, begitu juga Andriek. Dia segera bangkit dari posisi itu.

"Aduh, kakiku." Ringgiknya.

"Keyla, kamu gak apa-apa?"

Keyla tak menjawab, dia malah mengelus-ngelus kakinya.

"Keyla."

Ranma yang juga kebetulan masih di atas langsung ikut mendekatinya.

"Kaki Keyla keseleo, Pa."

"Tuhkan makanya hati-hati kalau jalan sayang, Andriek kamu bisa ngurut?"

Rama memandang Andriek yang masih terpaku.

"Sedikit, mungkin bisa membantu." Jawabnya.

"Eh gak-gak! Makasih, tapi aku gak perlu bantuan kamu."

Keyla mencoba untuk berdiri. Tapi kenapa kakinya terasa ngilu sekali.

"Keyla, kamu yakin? Nanti kaki kamu tambah bengkak kalau gak di urut sekarang."

"Gak apa-apa, Keyla yakin, Keyla bisa cari tukang urut sendiri kok!"

Keyla sudah nampak berdiri. Dengan langkah gontai dia melangkah walaupun tampak pincang.

"Huff, dasar keras kepala!"

Nia terlihat kesal. Pekerjaan mengangkut barang kini sudah selesai, kedua orangtua keyla akhirnya pamit untuk pulang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!