Bab. 4. Tinggal Satu Atap

Di Kamar Apartemen.

Setelah kepergian orangtuanya, Keyla langsung melempar barang-barang milik Andriek, dia benar-benar tak sudi jika Andriek harus tinggal sekamar dengan dirinya.

"Andriek! Sekarang juga kamu harus pindah kekamar sebelah, kamu pikir aku bakalan sudi sekamar sama kamu." Ujar Keyla kemudian.

Setelah di lihatnya Andriek tampak berdiri di daun pintu. Bahkan dia tak perduli akan raut wajah Andriek yang berubah, tentu saja telinganya mendengar dengan baik bahwa Keyla sudah melempar barang-barang miliknya. Andriek hanya bisa menghela nafasnya kasar dan berusaha menahan amarah di dalam dadanya.

"Sial ya, karena menikah sama aku." Gerutunya.

"Makasih udah perlakuin aku kayak gini."

"Gak perlu bilang makasih sama aku, seharusnya kamu itu nyadar diri dong, kamu itu siapa? Kamu, cuma suami yang gak guna sama sekali. Cih!"

"Roda kehidupan itu selalu berputar, tidak mungkin ban jalannya datar-datar saja. Mungkin hari ini kamu bisa merendahkan orang lain tapi besok, kamu tidak akan tahu nasib orang itu."

"Heh, kamu coba nasehatin aku?"

"Bersikaplah sopan!"

"Udah, gak perlu sok-sok'an jadi orang bijak, ah mual aku dengernya. Yang terpenting sekarang juga cepat beresin semua barang kamu!"

Andriek tak lagi menjawab, dia langsung merapikan barangnya dan berjalan keluar ruangan. Untunglah apartemen itu memiliki dua kamar, jadi Andriek tak perlu bersusah payah untuk tidur di ruang tamu. Andriek berusaha mengenali setiap sudut ruangan yang ada di apartemen itu sehingga dia tidak butuh bantuan dari Keyla.

"Hati-hati kalau jalan, nanti kalau jatuh terus mati, janda dong aku."

Keyla meneriakinya sambil tertawa. Andriek hanya menghentikan langkahnya sejenak dan lanjut melangkah lagi.

"Sial, kakiku sakit gimana aku bisa pergi kuliah kalau begini, Gara-gara kualat kali ya. Huff." Dia melirih kesal.

Tiba-tiba suara handphone yang nyaring mengejutkannya. Riko pacarnya menelpon.

"Beb." Sapa riko di sebrang.

"Hai."

"Lagi apa, Beb?"

"Habis kemas-kemas barang, mau tau gak beb, Papa udah beliin apartemen baru buat aku."

"Bagus dong, jadinya kitakan bisa bebas ketemu kapan aja." Riko di sebrang telpon tertawa.

"Apaan sih."

"Suami kamu di situ juga beb?"

"Iyalah, ngak mungkin kalau aku usir dia."

"Iya juga, mau aku jemput?"

"Kayaknya hari ini aku ngak masuk kuliah dulu deh."

"Loh kenapa?"

"Tadi pagi kakiku keseleo terus pincang deh."

"Terus sudah di urut?"

"Belum sih."

"Yaah, kok belum sih? Nanti kalau kenapa-kenapa gimana?"

"Ngak apa-apa beb, aku baik-baik aja kok."

"Ya udah deh kalau gitu, aku tutup ya telponnya."

"Iya see you."

Tut... tut... tut....

Telpon pun dimatikan.

Di balkon apartemen.

Andriek tampak menatap lurus kedepan. Selama bertahun-tahun dia tidak pernah tahu seperti apa penampakan dunia ini. Dia menghela nafas.

"Ahh, kenapa dunia ini terasa begitu sempit!"

Erangnya pilu, dia tahu sekarang, begitu rendahnya dia di mata Keyla bahkan Keyla sama sekali tak menganggapnya ada. Dia seperti hantu, ada namun tak terlihat. Setelah kepergian ibunya, dia pernah merasa putus asa, kini malah pernikahannya juga telah membuat hatinya hancur berkeping-keping. Andai saja perjodohan itu tak pernah ada, Andriek lebih memilih untuk tidak menikah karena keterbatasan fisiknya yang kurang. Andriek seketika terduduk sedih, lututnya lemah.

Haruskah dia kecewa lagi? Dia terus bertanya dalam tangisnya yang perih.

Keesokan harinya, di ruang dapur.

Andriek sedang menata makanan di atas meja.Tiba-tiba keyla datang menghampirinya. Dia masih berjalan dengan kaki terpincang-pincang, mendengar langkah kaki keyla Andriek menyapanya.

"Apakah kakimu sudah membaik?"

Perempuan itu kemudian berhenti dari langkahnya.

"Apa perdulimu?"

Jawabnya ketus sambil memandang kearah Andriek yang sedang berdiri. Dan melihat nasi goreng yang tertata rapi di atas meja.

"Oh ngak nyangka banget, ternyata si buta bisa masak." Dia tertawa mengejek.

"Kira-kira masakannya enak ngak ya, oh atau jangan-jangan garam di kirain gula lagi!" Suaranya makin keras.

"Secara dong mata diakan ngak ngeliat alias buta!"

"Bisakah kamu memanggilku lebih sopan?" Andriek menyela.

Keyla langsung terdiam. "Maaf, kalau aku udah nyinggung kamu. Tapi, emm apa perlu aku minta maaf? Kayaknya ngak perlu deh? Oke aku pamit berangkat ya, dan satu hal lagi jangan tungguin aku pulang."

Keyla melambaikan tangannya serta berlalu dari hadapan Andriek. Sementara Andriek berusaha menahan amarahnya, tak seharusnya keyla terus memakinya, dia juga punya perasaan.

"Oke, aku tidak perlu mendengar semua perkataan kasarnya, sabar Ndriek sabar."

Andriek mencoba untuk tersenyum, setelah itu mulai menikmati sarapan yang baru saja di buatnya.

Sementara itu di rumah kediaman kedua orangtua Keyla. Nia berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Sesekali menggerakan tangannya gelisah.

"Ma ada apa?"

Rama menatapnya dengan raut yang penuh tanda tanya.

"Tidak ada apa-apa, Pa."

"Selagi kejujuran itu baik kenapa harus berbohong?"

Nia langsung terpaku dan ikut menatap kearah pria berumur 40 tahunan itu.

"Pa, mama masih kepikiran mereka."

"Mereka udah sama-sama berumur 20 tahun dan setidaknya mereka bisa bertindak lebih dewasakan."

"Tapi Pa, Mama masih tidak percaya sama keyla dan itu pastinya sangat berat buat Andriek. Keyla benar-benar tidak perduli sama dia." Suara Nia agak meninggi.

"Papa yakin sama Andriek!"

"Iya, tapi."

"Apa?"

"Tidak apa-apa, Mama hanya sedikit khawatir."

"Apa mama mau mengunjungi mereka lagi?"

"Tidak."

"Jika begitu jangan terlalu di pikirkan." Nia mengangguk setuju.

Jam kini sudah menunjukan pukul 10:00 wib, Matahari terasa begitu hangat. Ya tentu saja karena panasnya hampir mendekati beberapa derajat celcius. Andriek berjalan di tepi, sambil mengayunkan tongkatnya merabai setiap jejak yang ia pijak. Dan tangan kirinya memegang sebuah gitar yang terlihat usang dan lusuh, hampir-hampir saja cat itu memudar serta kehilangan warnanya.

Dia berhenti di depan sebuah cafe, setelah itu melangkah masuk dengan petunjuk tongkat kesayangannya. Tiba-tiba seorang pelayan cafe datang mendekatinya.

"Mau ngamen ya?" Tanyanya kecil.

"Iya."

"Maaf, tapi cafe kami tidak menerima pengamen di sini! Kamu bisa pergi sekarang." Ujarnya lagi.

Andriek pun menggeser tongkatnya.

"Sinta apa yang terjadi?"

Seorang pria berpakaian rapi ikut menghampiri keduanya.

"Bos."

Lelaki dengan wajah manis itu tersenyum.

"Siapa namamu?"

"Andriek."

"Aku Riyan!"

Pria rapi itu mengulurkan tangannya akan tetapi Andriek tak merespon.

"Senang bertemu denganmu."

Riyan tersenyum geli, ya tentu saja karena dia melupakan sesuatu. Jelas-jelas pria di hadapannya itu tak melihat masih saja dia bermaksud menyalami pria itu.

Kemudian Riyan memandang kearah pelayan yang di panggilnya dengan sebutan Sinta tadi, dan menyuruhnya untuk membuatkan dua gelas jus apel.

"Andriek silakan duduk."

Andriek hanya mengangguk serta meraba-raba. Akan tetapi Riyan lebih dulu mengambilkanya kursi, Riyan juga ikut duduk.

"Andriek dimana rumahmu?"

"Rumahku tidak jauh dari sini."

Riyan mangguk-mangguk. Sesaat kemudian suasana sunyi, setelah itu pelayan pun datang membawakan mereka dua gelas minuman jus.

Riyan, ya dia adalah lelaki yang punya ciri khusus, berambut pirang, bola mata berwarna biru, bertubuh atletis dan dia adalah pemilik cafe ini, sebut saja cafe victoria, sepertinya dia berdarah indo atau pun bisa di bilang campuran bukan orang indonesia asli.

"Silakan di minum jusnya." Kata Riyan.

Sambil menggeserkan satu gelas jus apel tepat di tangan Andriek. Andriek menerimanya dengan segurat senyuman kecil, lalu menyedot pipanya.

"Kamu bisa kerja di cafeku sekarang, resmi, aku kontrak kamu sebagai penghibur di cafeku ini," jelas Riyan lagi.

"Benarkah, terimakasih karena sudah merepotkan Anda Riyan." Ucap Andriek pelan.

"Tidak perlu berterimakasih padaku." Riyan lagi-lagi tersenyum.

Beberapa menit kemudian Riyan mempersilahkan Andriek menghibur para tamu. Dia membantu Andriek naik keatas panggung. Suara Andriek terdengar sangat merdu, jari tangannya perlahan memetik senar gitar tuanya, dia menikmati serta terhanyut. Semua mata kini tertuju padanya, mereka sangat kagum dan menikmati lagu yang di nyayikan oleh Andriek.

Tak terasa tiba-tiba air matanya mengalir lembut, bayangan tentang Ibunya seakan terekam kembali. Dia sangat merindukan dekapan ibunya tapi semua itu telah sirna, keinginannya tak mungkin jadi kenyataan, betapa sedih hatinya kini, semua tinggallah bayangan semu.

Begitu juga dengan Riyan. Lelaki itu bertepuk tangan sembari mendekatinya.

"Luar biasa kamu punya bakat untuk jadi artis kawan." Pujinya datar.

Mendengar pujian itu Andriek hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Akhirnya Andriek selesai pada pekerjaannya. Riyan pun langsung memberinya upah.

"Terima kasih."

"Ya, besok kamu bisa datang lagi, semoga kamu betah kerja jadi penghibur di cafeku."

Andriek hanya tersenyum. "Kalau begitu Aku permisi dulu."

"Oke, jaga diri kamu baik-baik dan berhati-hatilah."

Andriek kini berlalu dari hadapan Riyan, dia membuka pintu dan berjalan menyusuri jalan dengan tongkatnya. Cafe Riyan sudah tak nampak lagi. Namun, belum juga langkahnya jauh seseorang tiba-tiba menertawakannya.

"Hahaha....."

Suasana saat itu masih sepi, karena memang posisi cafe Riyan terletak di gang yang sedikit sempit, sehingga jam-jam siang begini masih belum banyak orang-orang yang lewat.

"Buta, mau kemana? Kenapa buru-buru sekali." Satu orang pria mendekatinya.

"Maaf, Aku harus segera pergi," jawab Andriek datar.

"Tunggu dulu, kamu sudah lewat di daerah kekuasaan kami," Lelaki itu memegang pergelangan tangan Andriek.

"Apa yang kalian mau?"

Andriek mulai bernada tegas. Lelaki itu pun tersenyum sinis.

"Uang, jika tidak kalau boleh pergi dengan tubuhmu yang babak belur." Tegasnya lagi.

Sebelah tangannya tampak memainkan tongkat sejati yang biasa ia pakai untuk memukul apa saja yang menentangnya. Sebut saja kedua pria itu adalah preman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!