Tiba-tiba lelaki itu menghantamkan tinjuan ke wajah Andriek, sehingga membuat Andriek jatuh tersungkur. Hidung mancungnya mengeluarkan darah, Andriekpun mengaduh kesakitan.
"Cepat, keluarkan uang kamu."
Andriek tampak gemetaran dan segera merogoh saku celananya. Dia hendak bermaksud memberikan semua uangnya.
"Bagus. Lain kali, kalau lewat sentor uang duluan, biar tampang kamu yang tampan itu tidak lecet! Haha..."
Preman itu tertawa lagi sambil menerima beberapa lembar uang yang di sodorkan Andriek. Akan tetapi itu belum cukup membuatnya senang. Preman itu menendang Andriek hingga terkulai lemah tak berdaya. Matanya berkunang-kunang.
Dunia seakan membuatnya terus menderita, semangat juangnya pun hampir saja rapuh.
"Hei berhenti! Kalian apa-apaan! Emang kalian pikir bisa bully orang lain seenaknya ya dasar brengsek!"
Seorang perempuan dengan pakaian brandal tiba-tiba meneriaki kedua preman itu, dia berlari secepatnya. Dan dengan sangat sigap si kaki kanan perempuan itu melayangkan tendangannya.
BUGH!
Sekaligus perempuan itu melayangkan tendangan kearah kedua preman tersebut hingga mereka mengaduh kesakitan karena aset yang paling berharga milik mereka di tendang kuat, akan tetapi, perempuan itu seakan tak perduli.
"Kembalikan uang dia!" Hardiknya lagi.
"Atau kalian aku habisi di sini!"
"Jangan, ampun."
Mohon kedua preman itu. Karena badan mereka sudah terasa sakit dan babak belur akibat hantaman dari perempuan tersebut. Dia memandang kearah Andriek.
"Ambil uang kamu lagi."
Uang berhamburan di depan Andriek dan merekapun lari terbirit-birit karena ketakutan. Perempuan itu langsung mendekati Andriek, di lihatnya wajah Andriek.
"Kamu tidak apa-apa?"
Tanyanya khawatir karena wajah Andriek tampak begitu merah dan biru-biru.
"Bagaimana kalau kita ke klinik aja? Sepertinya luka kamu itu parah banget."
"Tidak perlu, Aku baik-baik saja." Jawab Andriek lirih.
Masih dengan posisi terlentang, perempuan itu membantunya untuk berdiri serta mengambilkan uang dan tongkat Andriek. Perempuan itu juga memapahnya berjalan. Sementara di kejauhan, seseorang sedang memperhatikan mereka.
Di kampus.
Dosen keluar dari ruangan, keyla tampak duduk lesu di kursinya. Queen, Ratna dan Andini datang menghampirinya.
"Der!" Kejut Ratna tiba-tiba.
"Iih apaan sih! Main ngagetin aja." Wajah Keyla manyun.
Ratna tersenyum lebar. "Iya kamu kenapa? Ngak biasanya kamu manyunan kek gitu?"
Kening Keyla mengkrenyit.
"Yuk ngafe, biasa di cafenya Riyan, udah kangen nih pengen ngeliat wajah cakep doi Iyakan gaes?"
Kedua sahabatnya itu cuma merespon dengan alis yang di angkat. Ratna jadi keki, tanpa jawaban apa-apa Keyla berdiri dari posisi ternyamannya saat itu dan pastinya tiga sobatnya itu langsung ngekor dari belakang. Mereka berjalan ke pintu gerbang kampus wajah Keyla tiba-tiba berubah.
Dia tampak terbengong melihat Andriek di papah berdiri dengan seorang perempuan.
"Key, kok berhenti sih?"
Queen jadi heran. Dia memperhatikan wajah Keyla dan ikut menatap kearah pemandangan yang di lihat Keyla.
"Kamu kenapa Key?"
Keyla terdiam.
"Heli Key." Ratna juga ikut berkomentar.
"Kami ngapain ngeliatin sepasang suami istri itu? Kamu iri ya, nah itu baru Cinse." Andini menyambung.
"Apaan tuh cinse?"
"Haha kepo, cinse itu cinta sejati!Jelas-jelas cowok itu buta dan ternyata si cewek kayaknya tulus aja deh, nerima apa adanya, yakan?"
"Iya tuh keliatan mesra lagi." Ratna terkikik di buatnya.
"Kalian bertiga pada ngomongin apa sih?" Keyla baru menjawab.
Ketiga sobatnya itu hanya tertawa karena mereka sudah tahu banget Keyla itu cewek seperti apa.
Keyla melanjutkan langkahnya, ekspresi wajahnya sedikit kesal. Keyla menatap dengan sinis ketika langkahnya hampir dekat dengan Andriek, Keyla pura-pura tak mengenalnya. Tentu saja, hal itu akan sangat merendahkan pamornya sebagai Keyla cewek primadona di kelasnya. Tak mungkin Keyla mengakui Andriek sebagai suaminya. Seorang pria buta yang telah menikahinya beberapa hari yang lalu.
Keyla mempercepat langkahnya, tak sampai 10 menit Keyla dan sobatnya sudah sampai di cafe victoria, milik Riyan. Karena ternyata kampus Keyla tak begitu jauh dari posisi cafe itu berada. Seperti biasa mereka akan memesan minuman dan berbagai macam cemilan. Tapi hari ini perasaan Keyla sedikit terganggu apalagi si Riko kekasih hatinya ngak datang untuk ngampus.
Hedew jadi galau coi si keyla. Dia juga kepikiran Andriek, seorang suami yang tak pernah di anggapnya ada.
'Kira-kira si buta tadi kenapa ya? Kok mukanya berantakan banget kek habis di kroyok sama orang gitu, terus itu cewek siapa? Duh kok aku jadi mikirin dia sih, ih amit-amit! Tapi beneran perasaanku jadi gak enak deh.' Batinnya dalam hati. Pandangannya menjadi terasa kosong.
"Oh jangan-jangan Keyla lagi bete kali ya, gara-gara si pacarnya Riko gak masuk?" Queen memperhatikannya lagi.
"Queen aku baik-baik aja kok." Desahnya kemudian.
Riyan tiba-tiba datang menghampiri meja mereka.
"Hai." Sapanya ramah
"Hai Riyan." Jawab ketiga sobat Keyla berbarengan.
Riyan tersenyum dan tampak lebih memperhatikan Keyla, mungkin di karenakan Riyan punya perasaan yang special. Keyla tak terlalu memperdulikannya karena hatinya hanya buat Riko saja, Riko dan Riko. Sudah terlalu banyak cerita tentang Riko, bagaimana mungkin sebegitu mudahnya dia berpindah ke lain hati.
Bahkan Riyan juga pernah terang-terangan mengungkapkan perasaan cintanya, namun Keyla menolaknya. Walaupun begitu Riyan tak pernah menyerah dia beranggapan bahwa Riko cuma saingan yang mudah sekali di kalahkan. Keyla tak mau ambil pusing toh Riyan baginya hanya sebatas teman.
"Hai Key." Sapanya pada Keyla, Keyla kembali menatapnya dan menjawab.
"Hai."
Pukul 16:30 wib Keyla sudah sampai di apartemennya. Dia masuk, di lihatnya Andriek sedang duduk di sofa ruang tengah. Keyla hanya diam memperhatikannya sambil terus berjalan.
"Key." Andriek berkata pelan.
"Kamu pikir aku bakalan iba, terus khawatirin keadaan kamu."
"Tidak!"
"Terus kenapa kamu panggil namaku?"
"Salah emangnya?"
"Gak lucu!"
Keyla langsung mempercepat langkahnya. Andriekpun terdiam, dia merasa bahwa sekarang hidupnya benar-benar rapuh, dalam keadaan seperti ini pun keyla masih saja tetap tak memperdulikannya dia harus bagaimana? Atau dia hanya bisa bermimpi indah, tapi sayang mimpinya itu tak menggambarkan keindahan sama sekali.
Di kamar keyla.
Keyla merebahkan tubuh lelahnya, sambil memijat-mijat keningnya yang terasa pusing. Dia tak begitu memikirkan keadaan Andriek karena entah kenapa dia sangat membenci lelaki itu bahkan dia sedikit senang dan berfikir kenapa saat itu Andriek tak mati saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments