Archiles Heels

Archiles Heels

BAB I THE FOOL

Deru mobil dan klakson yang memekak telinga terus terdengar bersaut-sautan saat sosok bersetelan hitam dengan wajah yang begitu sulit untuk bisa dilupakan berjalan tanpa takut ada mobil ataupun kendaraan lain menabraknya. Ada alasan mengapa wajahnya sulit dilupakan, dagu lancip dengan leher panjang, rahang tegas membentuk sempurna, hidung mancung bak perosotan, dan kulit yang bersih serta bercahaya di bawah sinar rembulan. Dan, memang dia tak perlu takut karena bahkan jika kendaraan itu mau menabraknya dapat dipastikan kendaraan dan orang yang ada di dalamnya akan hancur, seperti …

Brakk …

Sebuah mobil terangkat bagian belakangnya hasil dari rem yang menghentikannya secara misterius tepat di tengah-tengah jalan, membuat perjalanan lalu lintas terhambat dengan seketika. Seolah-olah dilakukan dengan sengaja oleh sang pengendara meskipun dia sendiri memasang wajah yang tak kalah kaget dengan pengguna jalan lain. Jika ditanya siapa yang melakukannya, maka lelaki yang bola matanya kini memerah sempurna layaknya iblis adalah pelakunya.

"Hei! Berhenti berkeliaran di jalan! Jika saja aku tak menghentikan mobilku kau akan celaka." Kepala sang pengendara menyembul dari kaca kemudi mobil. Mengayunkan sumpah serapah pada seseorang yang jelas-jelas telah membuat kemacetan di sepanjang ruas jalan.

Elliot mengeluarkan udara dari mulutnya dengan kasar dan jelas itu tanda tingkat kekesalannya sedang dalam kondisi berada di atas angka aman. "Apa kau tahu? Kami para iblis tak pernah diajarkan kesabaran, dan sekarang kau sedang mengujinya?"

"Berhenti bicara omong kosong dan menyingkirlah!" Dalam sekejap mobil yang menempel pada aspal itu terbang bak kertas yang ditiup angin.

“Mobilku! Kau yang melakukan itu?”

Decakan menjadi pembuka sebelum bibir Elliot menyanyikan ucapan-ucapan kekesalan. “Manusia bodoh. Harusnya kau bersyukur kau tak ikut terbang Bersama kaleng berjalanmu itu. Tapi, sepertinya kau memang perlu dibuang.” Tak perlu menunggu berkedip lelaki yang memarahi Elliot itu kini ikut terbang terbawa angin tornado yang membawanya pergi menjauh dari Elliot.

“Manusia sial! Karena dia aku terus membuang waktuku secara percuma.” Benar, satu detik saja yang terbuang makhluk-makhluk yang perlu iblis itu temukan bisa berpindah tempat.

Deg … Sebuah getara aneh tiba-tiba dirasakan oleh Elliot. Sebuah getaran tak asing yang biasanya dia rasakan ketika dalam jiwanya berdekatan dengan jiwa makhluk-makhluknya.

“Found you!” ujarnya kemudian menghilang dari jalanan.

“Siapa kau?” Pertanyaan itulah yang menyambut Elliot ketika dia berhasil mendarat di sebuah kamar hotel.

...****************...

Berani dan gila adalah deskripsi yang biasanya Aileen berikan kepada sang sahabat, Nadine. Tak terhitung berapa kali gadis itu hampir kembali ke pangkuan Tuhan kerena tingkahnya yang suka mempertaruhkan nyawa seolah dia memiliki 9 nyawa layaknya kucing. Seperti yang dilakukan oleh gadis itu hari ini, bukannya bersyukur karena baru saja lolos dari ancaman pembunuhan akibat berita tentang Walikota Finn yang diliputnya tempo hari, Nadine malah semakin bersemangat untuk mengungkap kebusukan Walikota Finn yang dianggap sebagai walikota paling bersih.

"Jangan telpon aku sekarang Leen, aku sedang dalam misi," kata Nadine sambil bersiap mengganti bajunya dengan baju pelayan hotel yang dia curi beberapa detik yang lalu.

"Ditabrak sekali tak membuat otakmu normal ternyata. Aku bisa memberitahumu skandal lain, lupakan Walikota sialan itu." Aileen terdengar persis seperti almarhum ibunya dan seperti yang terdahulu Nadine tak akan peduli.

"Justru karena dia menabrakku aku akan menabraknya dengan berita spektakuler. Siapa suruh dia menantang scorpio," ucapnya bangga hanya karena dia terlahir sebagai scorpio yang pendendam.

"Nadine, kalo kau berniat mati hari ini paling tidak kau harus membayar sewa kamar lebih dulu! Sekarang pulang dan berikan uang sewa rumah bulan ini." Nadine terkekeh mendengar omelan Aileen. "Dan kau akan mengunciku di kamar seperti waktu itu? No, thanks. Aku akan menutup telpon. Jika aku tak menberi kabar sampai jam 9 malam ini kau boleh membuat acara penghormatan terakhir bahkan tanpa mayatku ... since i don't know i still have corpse or not."

"Nadine!" Panggilan secara sepihak diputus oleh Nadine, dia akan mendengarkan omelan Aileen nanti di rumah itu pun jika dia masih hidup.

"Sorry Aileen."

Gadis scorpio itu kini menuju area depan kitchen untuk mengambil service stand trolley yang berisi makanan untuk tamu kamar 435. "Sorry, semoga kamu nggak dipecat," bisiknya sambil menbawa pesanan itu untuk kamar 514 tempat sang walikota sedang melakukan transaksi gelap menurut informannya.

Sebelum Nadine mengetuk pintu kamar orang yang paling dia benci, dia memasangakan sebuah spy bug di salah satu piring yang dia bawa. "Let's the show begin." Kalimat yang menjadi pembuka misi kali ini.

Tangan kurusnya mulai menekan bel dan dengan lantang mengatakan, "Room service." Tak berapa lama orang dari dalam kamar itu keluar, Nadine tahu orang itu dan gadis itu kini berharap kacamata, tahi lalat palsu serta kawat gigi membuat lelaki itu tak mengenalinya.

"Berikan padaku!" suruhnya dengan nada layaknya seorang preman.

"Baik, Pak." Nadine memberikan dua buah piring berisi pasta, datu botol wine dari tahun 1996 dan juga dua buah gelas wine.

"Selamat menik—" Nadine tak melanjutkan karena pintu sudah ditutup begitu saja.

"Kau beruntung aku tak mencampurkan sianida," gumamnya kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar sebelah walikota.

"Harusnya aku memasang kamera pengintai juga," gumam Nadine sambil merapikan segala penyamarannya dan mulai mengikat rambut panjangnya. Dia sudah siap untuk mendengarkan segala rahasia si tikus besar.

Tangannya mulai mempersiapkan alat untuk menyadap dan kini tinggal menekan satu tombol dia bisa mendengarkannya. "Oke, kita dengarkan apa yang sedang mereka diskusikan." Tombol merah di pojok kanan atas alat penyadap kini di tekan dan voila suara sang walikota terdengar jelas melalui headphonenya.

"Bagaimana wanita gila itu? Apa dia masih mengejarku?"

"Tidak, saya pikir setelah hampir mati wartawan dari Blue Jail itu tak akan mengungkit kasus ini lagi." Mata Nadine membulat mendengar hal itu. "Dia memanggilku wanita gila? Dasar tikus gendut sialan!"

Di sisi ruangan lain, terdengar suara trolley di dorong mendekat ke arah orang-orang yang berkumpul di tengah ruangan.

"Dari mana kau mendapat makanan itu?" Laki-laki yang merupakan Walikota incaran Nadine terdengar menggerutu dan menunjuk trolley yang di bawa oleh anak buahnya.

"Pelayan yang memberikannya," katanya sembari mencomot satu buah kue kering yang tersaji di piring.

Fin memukul kepala anak buahnya keras. "Bodoh! Aku tak pernah pesan makanan."

Fin menumpahkan semua piring yang ada di trolley hingga satu piring tersisa yang benar dari dugaannya, terdapat sebuah benda kecil yang terpasang di bawah salah satu piring-piring itu. "Kau lihat piringmu dipasang alat penyadap!"

Walikota membanting piring tersebut, menginjak alat penyadap itu hingga hancur. Menatap seluruh pasukannya.

"Sekarang cari pelakunya! Geledah seluruh hotel!" Jantung Nadine terpacu, dia tak tahu bahwa dia akan secepat ini ketahuan.

"Sial, apa yang harus aku lakukan?" Nadine bingung, dia belum mau mati sebelum mengungkap kejahatan Finn pada seluruh manusia di bumi ini.

Belum sempat Nadine menemukan solusi, ada sosok lelaki tinggi berbadan kokoh dan paras layaknya aktor yang tiba-tiba berada di dalam kamarnya yang demi Tuhan sudah dia kunci.

"Siapa kau?" tanyanya.

"Itu yang harus ku tanyakan padamu. Kau siapa sampai aku tertarik untuk datang padamu. Apa kau adalah salah satu makhlukku? Aku yakin aku tak pernah memeliharamu." Laki-laki itu mendekat ke arah Nadine, menatap tepat di matanya yang terhalang oleh kacamata penyamaran.

Nadine tak mengerti apa yang dikatakan oleh lelaki asing itu, yang dia tahu dia harus memanfaatkan seluruh keadaan ini untuk tetap hidup.

Alih-alih terfokus untuk mengetahui identitas sang lelaki, Nadine terpikirkan ide gila yang melintas begitu saja di kepalanya. Soal konsekuensi, sepertinya Nadine cukup handal dalam menghapal titik vital laki-laki berkat Aileen yang selalu mencekokinya hal-hal semacam itu. Katanya untuk perlindungan. "Aku akan menjawab siapa aku, tapi kau harus mengikuti perintahku selama 10 menit."

"Elliot tidak mengikut perintah siapa pun," ujarnya.

"Kalau begitu kau tak akan tau siapa aku." Sebenarnya Nadine hanya sangsi jika laki-laki kokoh itu akan menurutinya dan cukup memanfaatkan dengan iming-iming sedangkal itu.

Elliot mendesah kemudian mengalah setelah menimbang apa yang akan dilakukannya, gadis di depannya tidak bisa dia bunuh sebelum tahu identitasnya. "Baiklah, 7 menit atau tidak sama sekali."

Nadine mengangguk, ini adalah pertaruhannya.

"Oke, duduk diam di sana." Elliot duduk di pinggir bed menunggu instruksi dari si gadis kecil yang kini melepas kemejanya meninggalkan tanktop putih, kemudian melepas roknya hingga safety pant-nya terlihat jelas.

"Kau ingin tidur denganku? Apa itu permohonan terakhirmu?" tanya Elliot ketika dengan buru-buru Nadine melepas kemeja hitam milik sang iblis. Sedangkan sang iblis menatapnya dengan senyuman licik terpatri di wajahnya yang tampan.

Nadine memutar bola matanya. "Kalau ini permohonan terakhirku aku berharap si tikus besar itu ditembak mati karena kejahatannya."

"Aku bisa mengabulkannya asal kau menjadi hambaku."

Nadine tersenyum mengacuhkan ucapan Elliot sembari membuang sembarangan kemeja Elliot. "Aku adalah bosmu selama 7 menit, tidak ada negosiasi," katanya kemudian duduk di pangkuan menghadap Elliot.

"Sekarang kau terlihat seperti seorang jal*ng yang sedang menggodaku." Senyum licik semakin terpatri di wajahnya, hal itu membuat Nadine semakin tidak menyukai laki-laki ini. Memang di dunia ini tidak ada kucing yang tahan jika di hadapannya ada ikan. Tampak dari bola matanya yang menyala.

"Memang itu yang sedang kuperankan saat ini." Tidak ingin ketinggalan permainan, Nadine mulai membelai anak rambut Elliot dengan perlahan. Dadanya bergemuruh seperti hendak meledak di tempat. Dia takut, di sisi lain penyamarannya akan terbongkar.

"Wow aku suka peran itu, sekarang bolehkan aku mencium jal*ngku?"

"Kau diam!" Nadine benar-benar memerintahkan Elliot untuk menutup mulutnya agar tidak menumpahkan ocehan tidak berguna. Sembari dalam hati terus menghitung detik demi detik yang berharap akan cepat berlalu.

"Buka pintunya!" Suara gedoran pintu terdengar membuat jantung Nadine berpacu keras. Tangannya yang lain mencengkeram erat bahu Elliot secara tidak dia sadari.

Elliot menatap air muka Nadine yang menjadi sangat tegang, bulir keringat menetes begitu saja dari pelipis gadis itu. Telinganya yang awas tentu saja mendengar semua suara yang ada, apalagi yang ada di dekatnya saat ini. "Aku bisa mendengar suara jantungmu, apa kau berdebar karena sedang duduk di atasku? Aku bisa membuatnya berdebar lebih keras jika kau ada di bawahku. Ingin berganti posisi?"

Seolah tersadar dari lamunannya, Nadine kembali menatap Elliot.

"Diamlah!" Tangan Nadine membawa tangan Elliot ke pinggangnya sementara tangannya memegang tengkuk Elliot.

"Dalam posisi ini aku bisa memakanmu dengan mudah."

"Diam! Kau harus mengikuti perintahku!" Nadine benar-benar tak sabar dengan godaan Elliot dan ingin segera mengakhirinya.

Pintu kamar Nadine berhasil didobrak dan kini orang-orang yang membuka pintu dihadapkan pada pertunjukan sensual di mana Elliot tanpa meminta izin mulai menciumi bahu dan tengkuk Nadine kemudian dengan sorot tajamnya dia mengusir orang-orang itu.

Nadine terdiam sejenak, bulu romanya meremang merasakan ciuman dari bibir Elliot. Seketika perutnya tersentak, mendorong bahu Elliot agar berhenti menciuminya dan segera menjauh darinya. "Bukankah aku menyuruhmu diam?"

Nadine hendak turun dari pangkuan Elliot, akan tetapi laki-laki itu jelas tidak mengizinkannya setelah dipermainkan kewarasannya jangan berharap bisa lepas begitu saja. Nadine berharap bisa berhenti untuk merasakan dadanya yang bergemuruh. Amarahnya kembali memuncak kala itu juga.

"Aku hanya mengikuti perintahmu selama 7 menit, aku menciummu di menit ke 8. Jelas aku tak melanggarnya. Sekarang katakan siapa kau?" Elliot mengunci Nadine dengan tangannya.

Sesuai dengan janjinya, Nadine harus membongkar identitasnya. Mungkin laki-laki ini hanya wartawan dari majalah lain yang mengincar berita yang sama, pikirnya sederhana. "Nadine, wartawan Blue Jail, aku bukan makhluk ciptaanmu! Aku manusia ciptaan Tuhan."

"Bagaimana bisa ada manusia sepertimu?" gumam Elliot.

"Tentu saja ada, silahkan Anda boleh pergi."

"Bagaimana aku bisa pergi jika posisi kita masih seperti ini? Apa kau yakin tak ingin aku di atasmu?" Elliot tersenyum menggoda dan harus Nadine akui Elliot lebih dari sekedar tampan, tapi tentu tidak adalah jawaban yang tepat pda tawaran di iblis.

"No." Katanya sambil melompat turun dari pangkuan Elliot. Memungut kembali baju-bajunya yang tadi dia lempar asal.

Elliot menatap ke arah langit yang tampak dari jendela kamar yang terbuka, tempatnya datang tadi. Menatap tak suka ke arah sang angkasa yang tak punya dosa, lalu beralih pada Nadine.

"Oke, oke. Aku pergi." Elliot menyambar kemejanya kemudian dengan penuh kesadaran menghampiri Nadine untuk mencuri ciuman terakhir dari gadis itu. Setidaknya untuk hari ini.

"Just for a little souvenir." Elliot kembali menyeringai.

"You a pervert Devil!" erang Nadine terdengar frustasi.

"No baby, I am Elliot the devil, not a pervert. But, if you want me to be pervert I can be the one." Nadine melempar bantal pada Elliot, tapi hal itu terlalu mudah untuk dibaca hingga kini bantal itu harus melayang dan jatuh  mengenaskan di lantai.

"Aku mau menemanimu bermain, tapi ada panggilan penting. See you again sweetheart," katanya kemudian menghilang begitu saja lewat pintu yang Nadine kunci.

"Damn! It's my first kiss!" 

...^^^...****************...^^^...

Terpopuler

Comments

seruu uyy

2023-01-02

1

owowowowowo

2023-01-02

1

Erlina Wicaksono

Erlina Wicaksono

Menarik juga nihh… lnjut bab 2😍

2022-11-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!