BAB III THE KINGDOM

Lidah Elliot menari di area bibirnya memaksa sang lidah ikut merasakan rasa manis yang ditinggalkan oleh bibir Nadine pada bibirnya. Dari sentuhan yang dia lakukan pada Nadine dia sama sekali tak merasakan adanya kehadiran makhluk yang pergi pada diri Nadine. Namun, jika Nadine murni manusia mengapa rasanya begitu memabukkan? Bahkan jika Snake tak menghubunginya dan mengatakan ada masalah di kerajaannya mungkin Elliot tak akan meninggalkan Nadine yang tampak menggemaskan dengan wajah memerah akibat kesal.

"Lebih baik ini benar-benar penting karena kalau tidak aku akan menghukummu." Elliot sudah memberi peringatan pada Snake ketika orang kepercayaannya itu menyambutnya.

"Chaos." Hanya dengan nama itu saja Elliot sudah tahu bahwa Snake tak salah menghubunginya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan saudaranya itu akan selalu serius. Serius yang menyebalkan.

"Kali ini apa yang dia inginkan?" tanya Elliot memimpin jalan menuju tempat yang sudah dia tebak ada Chaos berada.

"Sama seperti biasanya." Senyum meremehkan keluar dari bibirnya yang bisa Snake terjemahkan bahwa sebentar lagi akan ada pertengkaran karena Elliot mungkin tak akan menahan dirinya seperti ribuan tahun selama ini.

“Kau sudah kembali saudaraku? Apa karena ular itu memberitahumu ada tamu penting?” Snake hanya diam, kaki tangan Elliot ini memiliki banyak latihan kesabaran dan apa yang dilakukan Chaos masih belum menembus lapisan terluar kesabarannya.

“Iya aku sudah kembali dan itu bukan karena ada tamu penting karena seingatku Snake mengatakan bahwa ada domba yang ingin duduk di kursi singa,” sarkas Elliot yang dengan angkuh menduduki singasana yang dibiarkan dingin selama puluhan tahun.

“Berkelana di kehidupan para mortal membuatmu bertindak seperti mereka. Bar-bar dan lemah.” Elliot kembali memamerkan senyum mengejek dan kali ini Snake harus mempersiapkan diri untuk keluar dari ruangan sebelum dilibatkan secara paksa, cukuplah dia menjadi pembersih lantai jika ada darah yang tercecer.

“Ya, kau benar mereka punya batas waktu menjadi lemah sementara kau … immortal … selamat, kau bisa menjadi lemah tanpa takut mati.” Elliot lebih aktif mengeluarkan sarkasnya seakan dia tak ingin bertingkah sebagai saudara bijaksana yang merengkuh seluruh keluarganya.

“Elliot!” Di sini Chaos harusnya memancing Rlliot, tapi sepertinya peran ini sedang terbalik.

“Apa kau marah? Bahkan sebelum kau mengatakan apa maksud menganggu kerajaanku?”

“Aku tidak mengganggu! Aku hanya datang untuk memperingatkanmu.” Chaos menatap tajam mata Elliot yang memerah secara perlahan, si raja iblis ini mulai menunjukkan ketidaknyamanannya pada Chaos.

"Memperingatkan dengan cara menghancurkan properti kerajaan? Apa itu salah satu ajaran bar-bar yang kau terima selama ini?" Matanya nyalang perlahan berubah menjadi lautan semerah darah. Maniknya yang berubah memiliki arti tersendiri.

Laki-laki berjubah hitam dengan beludru merah di bagian dalamnya itu menunjuk Elliot tepat di hidungnya. Nyalang, tak terbaca mencoba kembali peruntungan membuat saudaranya ini terpancing. "Berhenti mengubah topik! Aku datang kemari untuk memperingatkanmu Elliot."

"Tentang?" tanya Elliot tenang, dia sudah menduga ini semua.

“Kau sudah lama meninggalkan kerajaan dalam posisi yang sulit!” Chaos berjalan memutari Elliot dan sang kacung. Menatap kembali reruntuhan yang belum sepenuhnya pulih dengan gaya elegan sembari menerawang jauh.

“Aku tidak menyulitkan siapa pun.” Elliot nenyangkal ucapan Chaos.

“Tidak?" Chaos tertawa sarkas. "Kau membuat dunia sedang kacau karena makhlukmu yang kau lepas di luar sana?" Chaos membeberkan fakta, dimana justru itulah yang sedang Elliot usahakan.

Selama perjalanan, sepertinya dalam kehidupan fana yang ternodai, ada banyak manusia semakin jahat tanpa harus adanya iblis yang dia ciptakan. Seperti Chaos adalah jelamaan iblis itu sendiri.

"Aku tidak melepaskan mereka, mereka yang melepaskan diri atau--" Elliot menjeda ucapannya kemudian melanjutkan, "Ada yang melepaskan mereka dariku untuk membuat kekacauan." Elliot menatap Chaos tajam, berapa kalipun mereka berdebat dengan inu Chaos tidak pernah mau mengakui.

Tawa Chaos menggema di ruangan Elliot yang tertutup seakan Elliot baru saja mengumumkan sebuah candaan yang wajib untuk ditertawakan.

"Berkeliaran di dunia mortal membuatmu berhalusinasi."

Elliot mulai serius, wajahnya pun menegang seolah siap untuk kemungkinan terburuknya. "Aku tidak berhalusinasi dan semua ucapanku benar. Aku tidak pernah melepaskan makhlukku keluar dari kerajaanku. Saudaraku, jika aku yang melepaskan mereka untuk apa aku mencoba menangkap mereka? Bukankah kau sangat paham bahwa aku tak suka membuang-buang waktuku hanya untuk mengembalikan mereka yang menghilang. Apalagi mengunjungi dunia mortal yang sangat kau benci itu."

"Lalu, menurutmu ada orang yang membuat mereka pergi?" Pertanyaan Chaos menjadi pertanyaan yang tiada ujungnya adalah yang Elliot tunggu sejak lama.

Elliot menjentikkan jarinya di depan wajah Chaos, hingga laki-laki itu mengernyitkan dahi.

"Betul sekali, akhirnya kau cukup punya otak untuk paham maksudku." Elliot seperti sedang memeras kesabaran Chaos yang setipis lapisan es.

"Jika benar ucapanmu, apa tujuan dia melakukan ini? Menguasai dunia? Yang di atas akan menghukumnya." Seringai kecil mulai muncul di wajah tampannya.

Kini Elliot melangkah satu kali agar mensejajarkan pandangan keduanya. Dari sekian banyak entitas di sini, Elliot selalu curiga pada satu ornag. "Entahlah, mungkin tujuannya sangat kecil ... Seperti ingin duduk di tempatku. Sepertimu, saudaraku."

"Kau menuduhku?" Tanya Chaos nyalang.

Elliot menggeleng tapi kemudian menyeringai. "Aku tidak menuduhmu, tapi jika kau merasa mungkin itu benar untukmu."

"Kau-kau ... Aku tidak terima dengan penghinaan ini. Aku akan memastikan kau tak bisa membuka mulut vulgarmu itu selain untuk meminta maaf." Chaos berdiri hendak pergi, tapi ucapan Elliot menghentikannya.

"Lakukan sesukamu, saudaraku. Tapi kau lebih baik belajar dari domba." Chaos memicingkan matanya, apa yang perlu dia pelajari dari hewan bodoh seperti domba?

"Apa maksudmu?"

"Apa domba pernah meminta Singa untuk meminta maaf karena menjadi puncak rantai makana? Tidak. They just accept their role karena apa pun yang mereka lakukan tak akan membuat mereka menjadi puncak rantai makanan. Sekarang, apa kau mengerti? Apa pun yang kau lakukan kau tak akan mendapatkan permintaan maaf dariku karena itu tak akan mengubah posisimu." Kali ini Chaos benar-benar pergi membawa lebih banyak kebencian kepada Elliot.

"Menghadapi Chaos selalu melelahkan. Sekarang saatnya kembali ke dunia mortal aku perlu memastikan si manis itu benar manusia atau bukan." Elliot memijar keningnya, menatap Snake yang tidak pernah jauh dari kakinya.

......****************......

Ada lima tab yang terbuka dalam browser Nadine dan kali ini bukan berisi tentang risetnya dalam mencari literasi menulis berita. Semuanya tentang hal yang tak adda hubungannya dengan pekerjaan.

Apa yang membuat lelaki mencium seorang wanita?

Apa yang harus dilakukan seorang wanita setelah dicium oleh lelaki super duper tampan?

Mengapa wanita sulit melupakan lelaki yang menciumnya?

Apakah ciuman bisa menyebabkan gangguan mental hingga susah tidur?

Apakah orang bisa langsung jatuh cinta setelah berciuman?

Begitulah bunyi lima tab yang dibuka oleh Nadine dan semuanya merujuk pada kejadian tempo hari tepat dimana Elliot mencuri sebuah ciuman yang sampai sekarang belum bisa gadis itu lupakan. "Aku bisa gila!" Nadine mengeram kesal kemudian menutup laptopnya sebelum ada orang yang melihat isi dari pencariannya yang memalukan.

Gadis itu kini menjadikan laptop sebagai bantal sambil melihat ke arah kanan yang membuat matanya dengan jelas melihat bayangannya. Namun, ada yang salah dengan bayangannya.

Setiap bayangan akan ada di sebelah kiri karena letak sinar di sebelah kanan, tapi kenapa bayangannya berada di sebelah kanan. Belum habis rasa heran Nadine bayangan yang dia perhatikan kini bergerak sendiri dan menumpuk bayangan lainnya. Nadine ingin mengamati lebih lanjut, tapi tiba-tiba bayangannya itu menghilang.

"Aku pasti sudah gila. Laki-laki itu membuat otakku tak bekerja dengan benar."

"Apa lelaki yang kau maksud itu aku?" Nadine hampir saja terjatuh dari kursinya jika bukan karena Elliot yang menahan kursi itu hingga kini jarak antara mereka tak lebih dari satu jengkal.

"Wow, aku tak tahu bahwa apa yang kulihat di layar besar itu ternyata benar bisa terjadi," kata Elliot mengomentari salah satu acara drama yang tak sengaja dia lihat ketika membuntuti salah sau makhluknya dimana saat itu dalam drama seorang lelaki melakukan hal yang sama persis seperti yang dilakukan oleh Elliot.

Nadine mendelik. "Aku tak peduli dengan layar besar yang kau tonton, tapi bisa menjauh dariku? Wajahmu terlalu dekat."

Elliot menyeringai melihat wajah Nadine yang tak nyaman. "Terlalu dekat? Ku pikir jarak ini cukup nyaman untuk kau pandang ... Atau jarak ini semakin membuatmu tak bisa berpikir dengan benar."

"Elliot!" erang Nadine dengan nada frustasi. Keberadaan Elliot selalu bisa membawanya ke jurang emosi lebih dalam. Bukannya nyama, Nadine justru terganggu.

"Kau mengingat namaku dan aku juga suka bagaimana kau memanggil namaku, terdengar seksi." Smirk andalan Elliot tampak meggoda, sedangkan Nadine memutar bola matanya jengah. Lelaki di depannya memang luar biasa tampan dan seksi, tapi mulutnya sama seperti playboy yang biasa dia temukan di club malam.

"Berhenti basa-basi dan mundurlah. Aku ingin duduk dengan tenang."

"Baiklah." Elliot menarik kursi Nadine agar kembali dalam posisi yang nyaman kemudian dia juga ikut duduk di sebelah Nadine untuk mengawasinya.

"Terima kasih sudah membantuku tadi dan tempo hari. Jika kau butuh kompensasi aku bisa membayarnya." Nadine mengeluarkan dompet untuk memberikannya secarik kertas jika dan hanya jika Elliot sedang mengemis karena butuh, tapi Elliot menolaknya denga segera. Dia bukan manusia yang butuh uang untuk bertahan hidup.

"Aku tidak butuh uang. Kau cukup menjawab pertanyaanku."

Nadine mendengarkan dengan seksama, menyimpan kembali dompetnya. Dalam pikirannya saat ini adalah menyelesaikan sesegera mungkin urusan keduanya lalu tidak pernah berpapasan kembali. "Baiklah. Tapi, setelah itu kau pergi."

Elliot tampak menimbang untuk beberapa detik sebelum akhirnya berkata, "Baiklah."

"Katakan apa yang ingin kau tanyakan."

"Apa kau demigod?" Elliot selalu saja bisa membungkam Nadine dengan kalimat anehnya.

Nadine hampir menjatuhkan rahangnya ke tanah dengan pertanyaan Elliot—yang menurutnya sangat konyol dan di luar nalar itu. Orang dewasa mana yang mempercayai dongeng Yunani semacam itu? Nadine yakin sudah tidak ada. "Aku sangat yakin bukan."

"Kau yakin? Mungkin ibumu tak pernah memberitahumu sebelumnya." Elliot merapatkan keningnya, menyelidik dari setiap ekspresi Nadine untuk menemukan kebohongan—jika ada.

Nadine mencoba tersenyum sekalipun dia ingin memukul kepala Elliot siapa tau itu bisa membuat lelaki itu berpikir normal. "Tidak. Orang tuaku manusia."

"Kau mungkin anak pungut." Elliot menarik kesimpulan sekenanya. Baginya, aura yang Nadine pancarkan sangat aneh, tidak asing baginya.

"Elliot!" Nadine memberi peringatan kepada Elliot.

"Baiklah-baiklah ini pertanyaan terakhir. Apakah kau punya bekas luka di punggungmu?"

Pertanyaan terakhir dari Elliot membuat Nadine agak terkejut karenanya, bukan karena pertanyaan itu aneh seperti sebelumnya. Pertanyaan itu seperti menarik Nadine pada satu kerucut masa. "Dari mana kau tau?"

"I knew it!"

......****************......

Terpopuler

Comments

DegiFiras

DegiFiras

akhir cerita yg bikin penasaran ..

2022-11-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!