“Aku yakin aku sudah gila.” Nadine menjatuhkan pantatnya di kursi sebelah ranjangnya.
Setelah hari yang berlalu begitu panjang hari ini badannya terasa sangat remuk, kadang Nadine berpikir jika dia memang terlahir sebagai jompo. Setelah seharian beraktivitas biasanya Nadine bisa tepar karena terlalu lelah seharian, entah rasanya kondisi badannya tidak selalu bagus. Nadine melepas blazernya dan secara spontan mengingat kejadian malam tadi.
Nadine mengerang frustasi karena imajinasinya sendiri, sedangkan si pendengar yang duduk di meja belajar seberang tempat tidurnya hanya terkekeh kecil dan masih sangat sibuk dengan kegiatan membacanya. Entah kali ini apa yang dia baca, karena setiap hari selalu saja ganti bacaan.
Kamar yang mereka tempati memiliki dua ranjang queen size dengan masing-masing sisi mereka bagaimana menghias kamar. Satu kamar dua ranjang untuk dua orang dan untungnya kamar mereka cukup luas untuk berbagi.
“Aku hanya tidak menyangka kalau kau bisa berpikiran ke sana, kau tidak apa-apa kan? Since, kau bersikeras untuk tetap di sana,” komentar room mate-nya yang selalu menganggap pikiran Nadine tidak jelas dan tiba-tiba. “Jadi, bagaimana dengan lelaki itu?”
Setelah pertengkaran karena Nadine selalu mengabaikan kata-katanya akhirnya dia bisa menenangkan Aileen dengan menceritakan semuanya, untung saja Aileen langsung duduk di meja kerjanya dan tidak lagi mendamprat dengan berbagai pertanyaan lagi.
Nadine mengernyit. “Bagaimana apanya?”
Aileen—room mate-nya mengerling genit ke arah Nadine. “Kau tau lah, Apa dia tampan? Hot? Atau cowok cupu biasa-biasa?”
Mencoba mengingat-ingat kejadian memalukan dengan mencoba untuk tidak blushing sendiri, Nadine bahkan menutup kedua wajahnya dengan kedua tangan. Dadanya berdegub kencang karena dia pikir itu adalah esensi yang ditinggalkan sebelumnya. Mengingat bagaimana dua matanya yang tajam menatap ke arahnya, rahangnya yang tegas dia belai secara perlahan, dan bibirnya yang penuh saat bersetuhan dengan miliknya.
Dang it!
“Fix, dia hot,” kata Aileen menyaksikan bagaimana Nadine tenggelam bersama pikirannya.
Tidak mengelak, apa yang dikatakan oleh Aileen, dia bukan hanya sekedar panas, tapi juga tampan dalam porsi yang pas. Nadine mungkin akan memimpikannya lagi malam ini.
Namun sayangnya Nadine memikirkan hal lain. “Dia seperti cerita fairytale,”
Aileen menutup bukunya dan menatap lawan bicaranya. “Maksudnya?”
“Entahlah, Aileen, aku nggak mau memikirkannya, dengan membawanya ke pikiranku seperti membawa ingatan tadi kembali.” Nadine mengerang frustasi jelas ingin melupakan kejadian tadi.
Aileen tertawa membuat Nadine tidak mengerti karena tidak memahami apa yang lucu dari ucapannya. Mungkin saja dia benar, kapan lagi Nadine akan bertemu laki-laki yang hampir sempurna membuat jantungnya copot.
Ada sih, tapi rata-rata mereka bodoh dan laki-laki yang dia temui tadi tidak tampak demikian dan meninggalkan bekas cukup mendalam bagi Nadine sendiri.
“Mau ku ceritakan cerita fairytale? Bukan soal peri, tapi sebuah dongeng yang lebih terasa tidak nyata.” Senyum kecil mengembang di wajah Aileen.
“Dongeng apa? Kau menemukan dongeng baru?” Sudah bukan rahasia umum jika keduanya acap kali berbagi cerita yang mereka temukan mengingat keduanya suka membaca buku. Hanya saja, Aileen lebih rajin daripada dirinya.
Aileen yang dia tahu memiliki gangguan tidur, dia bisa saja tidak tidur selama beberapa hari dan itu kadang membuat Nadine khawatir dengan kesehatannya. Meskipun Aileen saat ini terlihat baik-baik saja, tidak seperti dirinya yang mudah sekali lemah hanya karena beraktivitas kecil. Nadine mengkonsumsi banyak vitamin setiap hari baik sebelum maupun setelah beraktivitas untuk mempertahankan daya tahan tubuhnya yang lemah.
Dulu Nadine sering melakukan medical check-up untuk memantau kesehatannya, tapi dokter mengatakan tidak ada yang salah dengan kondisi tubuhnya yang mudah lelah. Dokter mengatakan bahwa Nadine hanya stress dan lelah karena melakukan banyak kegiatan saja. Dia hanya memerlukan waktu untuk istirahat dan mengkonsumsi vitamin agar tidak mudah sakit.
Sekarang Nadine mengikuti saran dokter untuk mendoping dirinya dengan menggunakan vitamin untuk bertahan hidup, mengingat pekerjaannya yang banyak di esok hari.
Nadine mengambil vitaminnya dari meja, tertata rapi di sana berdasarkan kegunaan dan waktu penggunaan yang tepat. Mengambil satu tablet untuk dia konsumsi dan menandaskan satu gelas air putih. Seraya membaringkan tubuhnya di ranjang sembari membiarkan Aileen yang mulai membuka mulutnya.
“Dahulu kala hiduplah seorang anak dari kerjaan mimpi, dia adalah Nightmare. Benar, dia tercipta sebagai pembuat sejati mimpi buruk di setiap tidur manusia. Suatu hari, ayahnya—Dream—membawanya berkelana untuk melihat kehidupan manusia dan menunjukkan efek dari mimpi yang selama ini mereka berikan. Hanya saja, mengetahui bagaimana mimpi buruk bereaksi sangat buruk bagi kehidupan manusia, sang Nightmare mengalami kekecewaan dan menganggap apa yang dia lakukan tidak di sukai kebanyakan manusia.
“Sejak saat itu sang Nightmare berubah, dia mencari cara untuk lepas dari fungsinya dan berhenti membuat mimpi buruk. Dream, tentu menegur Nightmare dan menjelaskan mengenai keseimbangan yang mereka jaga. Nightmare merasa perannya jauh dari kebaikan merasa jika dia tidah bisa memberikan kebahagiaan untuk orang lain maka sebaiknya tidak melakukannya sama sekali. Dengan tekad sebesar itu Nightmare mulai membaca buku dari segala buku, sumber dari segala sumber, dan mulai melakukan petualangan seorang diri.
“Akhirnya dia menemukan jawabannya, tapi semua jawaban pasti datang dengan konsekuensinya, dia harus mendatangi raja dari segala raja iblis dan melakukan pertukaran, tetapi sebelum itu terjadi niat Nightmare diketahui oleh Dream dan itu membuatnya murka. Dream bilang, Nightmare tidak tahu seberapa berbahanya hal itu jika benar-benar dilakukan karena menggangggu keseimbangan. Lalu Nightmare pun di kurung selama puluhan tahun.”
Jangan berharap Nadine akan tertidur karena mendengarkan sebuah dongeng, apalagi dongeng yang menyimpan makna kegelapan. Sejatinya Nadine lebih percaya jika semua dongeng pengantar tidur adalah cerita tragis yang dikemas sedemikian rupa agar dapat di baca dengan mudah oleh Sebagian besar anak-anak. Meskipun demikian mereka hanya mengetahui siapa yang baik dan yang jahat, tetapi untuk orang dewasa cerita mengerikan seperti itu memiliki banyak sekali makna.
“Kau mendapat cerita seperti itu dari mana? Aku yakin tidak ada dongeng anak-anak seperti itu.” Merapatkan selimutnya hingga batas dada, mengganti posisi dari kanan ke kiri tepat kea rah tirai jendela yang malam itu belum dia tutup.
“Memangnya kenapa? Ada yang salah dari cerita itu?” tanya Aileen.
Nadine mengangkat kedua bahunya. “Aku bahkan tidak tau apa pesan yang tersiratnya, aku hanya merasakan ego dari Nightmare ingin menjadi seseorang yang bukan dirinya?”
Tidak memberikan jawaban, Aileen mengangguk-anggukan kepalanya saja. Membiarkan komentar Nadine melayang di udara.
Nadine mematikan lampu tidurnya. “Lagi pula itu hanya dongeng, siapapun yang menulisnya dia harus menambahkan bumbu-bumbu kejahatan. Selamat malam, Aileen.”
“Selamat malam, Nadine.”
......****************......
Nadine merasakan pipinya disentuh oleh benda-benda lembut yang berhamburan. Angin yang membawa benda-benda kecil itu melewati keberadaan Nadine semakin terasa nyata ketika dia membuka matanya perlahan. Menyesuaikan dengan intensitas cahaya saja, Nadine mencoba untuk menghalau benda-benda kecil yang terbang bersama udara masuk ke matanya yang ternyata adalah pasir-pasir.
Membuat payung kecil di dahi menggunakan kedua tangannya entah dari panas atau pasir yang berterbangan. Kakinya terasa dibelai lembut oleh pasir yang perlahan menenggelamkan mereka. Nadine tidak melihat apa-apa selain hamparan bukit pasir sejauh mata memandang yang berterbangan karena angin yang berembus.
Ke kanan ke kiri Nadine sama sekali tidak menemukan sesuatu, dimanakah dia berada? Menerka-nerka dalam kebingungan. Nadine tidak pernah mendapatkan pekerjaan ke gurun pasir, ini pertama baginya menginjakkan kaki di sini.
Kakinya telanjang, memutar badan dan akhirnya Nadine menemukan sesuatu yang bisa di tangkap selain padangan pasir yang berterbangan.
Sebuah bangunan yang dapat Nadine asumsikan jika keberadaannya tidak seburuk sekarang ini, maka mereka adalah sebuah kerajaan.
Sayangnya kubah dari kerajaan itu hancur, reruntuhan yang menanggalkan tempatnya dari sebagian besar bangunan menyisakan reruntuhan yang hampir menyatu dengan tanah. Bangunan itu terbuat dari batu yang mungkin saja tidak ditempa oleh semen, mungkin sesuatu yang besar yang bisa membangun ini kembali.
Nadine juga melihat beberapa patung yang telah meninggalkan gerbang karena menyatu dengan alas tempatnya bertumpu. Tidak hanya itu, tapi juga kegelapan perlahan-lahan melahap mereka.
......****************......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Erlina
menarik cerita nya
2022-12-18
1
DegiFiras
Mulai bikin penasaran
2022-11-30
1