CINTA KEDUA
"Kapan kamu balik ke tempat kerjamu nak?" Tanya sang ayah pada anak gadisnya yang sedang menyiapkan makan malam.
"Besok pagi yah, biar gak ketinggalan bus." Jawab anaknya.
Nilam Meira, gadis manis berusia 22 tahun, yang kini bekerja sebagai kasir di sebuah perusahaan agrobisnis yang membeli hasil bumi dari para petani.
"Minta Baskara aja yang antar kamu besok, biar bisa berangkat agak siangan." Ucap sang ayah lagi.
Nilam ingin menolak, namun ia tidak punya keberanian untuk itu. Dalam keluarganya, titah ayah adalah mutlak. Tidak ada satupun anak-anaknya yang berani membantah ucapan sang ayah.
Bukan karena beliau otoriter, pemarah, atau egois, ayah Nilam bahkan orang yang tidak pernah marah. Selalu berkata lembut, dan sangat penyayang.
Namun memiliki karisma yang membuat orang lain segan padanya.
"Baik Yah, nanti Nilam coba hubungi mas Bas." Ucapnya dengan berat hati.
Baskara adalah pria tampan berusia 25tahun. Saudara jauh Nilam dari pihak ayahnya.
Mereka tinggal dalam satu desa yang sama. Namun mereka jarang berjumpa, sebab selepas tamat SMA Nilam langsung bekerja di kota. Sementara baskara, Nilam tidak tahu pekerjaannya apa.
Setelah makan malam, dengan terpaksa Nilam menghubungi Baskara.
"Jangan lupa telepon Bas, biar dia bisa siap-siap besok." Kata ayahnya sesaat sebelum meninggalkan meja makan. Membuat Nilam tidak memiliki alasan lupa, untuk menghubungi orang yang dimaksud.
Tuut
Tuut
Tuut
"Halo." Suara laki-laki terdengar dari seberang.
"Mas Bas, ini Nilam. Mmm besok, mas Bas bisa antar Nilam ke kota?" Ucap gadis itu ragu.
"Nilam pulang? Kapan? Kok baru telepon mas?" Suara Baskara yang besar membuat Nilam terkejut.
"Mmm maaf mas, Nilam pulang diantar teman kemarin." Takut-takut gadis itu menjawab.
'Kenapa dia marah?' Pikirnya.
Suara Nilam yang gugup terdengar di telinga Baskara.
"Mmm maksudnya, kalau tau Nilam ada di rumah kan mas bisa main ke sana, gituu." Suara Baskara sedikit melembut, begitu sadar reaksinya tadi membuat Nilam terkejut.
"Jadi, besok bisa antar Nilam gak mas?"
"Bisa kok, jam berapa?"
"Siangan aja mas. Jam 10an biar gak terlalu panas juga di jalan."
"Ok, besok mas jemput kamu. Oya, paman sama bibi apa kabar?" Baskara bertanya kembali.
"Ibu sehat, ayah juga sudah baikan. Makanya aku bisa balik ke kota besok."
"Paman sakit?"
"Ya, biasalah sudah umur. Mas Bas, maaf Nilam tutup dulu ya. Nilam mau istirahat dulu."
"Ya ya Nilam, selamat istirahat." Ucap Baskara, sebelum sambungan diputus oleh Nilam.
***
Rumah Baskara
Suara ribut di dapur, terdengar hingga kamar Baskara yang dipisahkan dua kamar adiknya.
Laki-laki itu semakin menggulung tubuhnya dengan selimut, dan menindih kepalanya dengan bantal. Berharap suara itu tidak lagi ia dengar.
Pasalnya ia masih sangat mengantuk, sebab baru pulang pukul 02.30 dari rumah temannya yang punya acara pernikahan. Kepalanya terasa berat, sebab terlalu banyak minum minuman keras.
"Kenapa sih Bu, pagi-pagi udah ribut?" Samar terdengar suara Utari adik perempuan Baskara.
"Lihat Abang kamu itu, kerjaannya selalu mabuk setiap hari. Di sekolahin tinggi-tinggi, bukannya jadi orang bener malah jadi pemabuk begitu. Nyesel ibu punya anak kaya dia." Masih dengan suara perabot yang beradu, ibu tiga anak itu mengeluarkan kekesalannya.
Baskara yang mendengar ucapan sang ibu, merasa sangat terluka. Tapi ia bisa apa? Ia sudah berusaha mencari pekerjaan, tapi tidak satupun yang sesuai dengan dirinya.
Saat ini pun, dia tidak benar-benar menjadi pengangguran. Ia adalah seorang makelar tanah.
Dengan kemampuan berbicaranya, ia banyak mendapat klien. Hanya saja, pekerjaan itu tidak tetap. Sementara kebutuhan hidup setiap hari harus terpenuhi.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 saat Baskara bangun karena perutnya merasa lapar.
Setelah mencuci muka, ia menuju dapur.
"Masak apa Bu?" Tanya pria tampan itu.
"Liat aja itu di tudung saji." Jawaban sang ibu yang membuat ia semakin sakit hati.
Tidak sekalipun ia merasa dihargai di rumah ini. Ibunya hanya akan baik saat ia punya uang.
Saat seperti sekarang, ketika ia sedang tidak punya penghasilan, sikap ibunya akan berubah ketus.
Dibukanya tudung saji itu. Hanya ada sisa nasi goreng juga telur dadar yang masih setengah.
"Yang lain udah makan Bu?" Masih sempat ia memikirkan orang lain, meski perutnya terasa lapar.
"Udah, kamu makan aja." Ucap ibunya tanpa melihat sang anak.
Meski terasa kelat di tenggorokannya, Baskara tetap memakan makanan ibunya.
Setelah makan, ia lantas bersiap untuk ke rumah Nilam. Bersyukur kemarin ia isi penuh bensin motornya. Meski hari ini hanya tersisa lima puluh ribu di dompetnya, ia merasa tenang.
***
Rumah Nilam
"Mas Bas ... Sini makan dulu. Nilam udah beres masak." Ajak gadis itu saat Baskara tiba di rumahnya.
"Ya Bas, makan dulu di sini. Kamu gak ada acara lain kan setelah antar Nilam?" Ayah Nilam menimpali.
"Gak ada paman."
"Ya sudah, kalau begitu makan dulu. Kan gak buru-buru."
Meski merasa sungkan, Baskara akhirnya ikut makan di rumah Nilam. Suasana yang jauh berbeda dari keluarganya.
Ibu Nilam sangat ramah, sama seperti sang putri. Memperlakukan dia dengan baik.
Meski tahu kalau Baskara suka minum, bahkan suka judi, namun orang tua itu tidak pernah menghakiminya.
Membuat Baskara selalu senang saat bermain ke rumah orang tua Nilam.
Memang, siapapun kita pasti memerlukan tempat dimana orang lain bisa menerima kita apa adanya. Tanpa mencela atau memandang rendah.
Setelah selesai makan bersama, Nilam pun bersiap-siap untuk berangkat. Pakaian sudah ia masukkan ke dalam tas, tinggal membersihkan diri kemudian berpamitan pada kakak serta kakak iparnya yang sudah memiliki rumah masing-masing.
Keluar dari kamar, penampilan Nilam yang sederhana tetap membuat Baskara terpesona.
Gadis itu mengenakan celana panjang, dengan atasan yang dimasukkan ke dalam celana. Sementara di luar ia menggunakan jaket lembut yang hanya berfungsi untuk melindungi kulit dari sengatan sinar matahari. Rambut panjangnya dikuncir kuda, dengan poni menyamping, menutupi sebagian dahinya. Tubuhnya yang tidak terlalu tinggi, membuat gadis itu terlihat seperti anak SMA. Apalagi kulit putih bersihnya, semakin membuat ia terlihat imut.
"Ayah, Ibu, Nilam balik dulu ya. Ingat jaga kesehatan kalian. Nilam gak bisa sering-sering pulang, jadi jangan buat Nilam khawatir di tempat orang." Pesannya pada kedua orang tua yang disayanginya.
"Ya nak, kamu jangan khawatir. Ayah sama ibu baik-baik saja kok, mas sama mba mu saja yang terlalu gawat." Ucap sang ayah.
"Kamu jaga diri di sana sayang. Ingat. Bersikap baik sama semua orang, tapi waspada juga pada kebaikan orang." Tutur sang ibu.
"Jangan lupa, pamit sama mas dan mba mu." Pesannya lagi, saat mengantar sang putri menuju sepeda motor baskara.
"Ya Bu, ini sudah sambil jalan. Oh ya, nanti bilang sama Damar ambil di laci meja rias ya Bu." Ucapnya sebelum menaiki sepeda motornya.
"Kamu. Selalu saja manjain anak itu. Uangnya ditabung, jangan selalu turuti maunya dia, nanti jadi manja. Kamu juga harus mikirin masa depan kamu."
Baskara yang tadi berniat menyalakan sepeda motornya, urung. Menunggu wanita paruh baya itu menyelesaikan omelannya.
Barulah setelah sang bibi menyuruhnya untuk hati-hati, ia menyalakan motornya dan berlalu meninggalkan halaman rumah tersebut.
"Keluarga kamu hangat ya." Ucap Baskara saat motor melaju melewati batas desa.
"Biasa aja mas, kan memang seperti itu." Ucap Nilam canggung. Pasalnya mereka tidak terlalu dekat. Dan Nilam tahu bagaimana sepak terjang Baskara selama ini.
"Gak semua begitu Lam, banyak keluarga yang hanya status di KK saja, selebihnya mereka hidup sendiri-sendiri tanpa saling perduli.
Nilam tidak menanggapi ucapan Baskara. Masih takut dan ragu untuk terlibat obrolan lebih dalam.
***
Waktu dua setengah jam merek lalui dengan diam. Hanya bicara saat hendak istirahat di pinggir pantai dan saat hendak membeli bensin saja. Selebihnya hanya deru suara motor yang menemani perjalanan mereka.
Baskara yang tahu bahwa gadis yang ia bonceng merasa kurang nyaman pun, memutuskan untuk diam. Ia sadar, selama ini tidak ada yang bisa ia banggakan dari dirinya. Wajar kalau orang enggan dekat dengannya. Itu pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
yanktie ino
eyank mampir membawa setangkai mawar
2023-03-19
0
Aas Azah
hai thor aku mampir, salam kenal🙏💪
2023-03-03
0
auliasiamatir
sabar yah bas, rata rata mak emak emng git, matre biarpun sama anak 🤣🤣🤣
2023-01-24
0