"Sayang nanti sore sepulang kerja kita keluar yuk." Pesan dari Pandu menjeda aktifitas yang dilakukan Nilam.
"Maaf mas, nanti jadwal aku kursus. Besok aja kita keluar ya." Balasan pesan Nilam untuk kekasihnya.
"Dari jam berapa sampai jam berapa?"
"Dari jam 5 sampai jam 7 mas. Tapi habis itu aku masih harus nyuci di kost. Biar besok bisa santai 😁😁😁" Balasan untuk Pandu.
"Laundry aja sayang ..."
"🙄🙄🙄 Ngajarin males kamu ya"
"😁😁😁 Sekali-sekali ..."
"Gak ah, nanti aku jadi males.🤪🤪🤪"
"Gak usah meletin lidah gitu, aku jadi mikir kemana-mana🤭🤭🤭"
"Iiih apaan sih 😏😏😏"
"😂😂😂"
Obrolan Nilam dan Pandu dalam aplikasi chat yang tiap hari mereka lakukan.
Hari ini Nilam pulang sesuai jam kerja. Tidak lembur seperti kemarin, sebab tidak banyak tengkulak ataupun perorangan yang membawa hasil bumi untuk dijual.
Seperti biasa selepas pulang kerja, Nilam akan kursus menjahit di salah satu kenalan yang membuka jasa kursus menjahit.
Jadwal yang mestinya 3x seminggu, untuk Nilam bisa kapan saja ia lakukan sebab bukan termasuk peserta kursus seperti yang lain.
Drt
Drt
Drt
Nilam sudah bersiap hendak pulang saat ponselnya bergetar tanda panggilan masuk.
"Iya Mar ada apa?" Tanya Nilam pada si penelepon yang ternyata adalah sang adik, Damar.
"Mba kapan pulang?"
"Belum tau Mar, kan baru kemarin mba pulang. Memang ada apa?"
"Lho, mba gak tahu kalau si Utari mau nikah? Mas Bas gak ada kasih tahu mba gitu"
"Hah Utari mau nikah? Bukannya baru tamat SMA ya?" Reaksi terkejut Nilam berikan pada sang adik.
"Orang ketemu jodohnya sekarang, gimana donk mba?"
"Iya juga sih. Terus kapan acaranya?"
"Minggu depan mba, mangkanya itu aku nanya mba kapan pulang? Kirain mas Bas udah kasih tahu terus mau jemput mba ke sana." Suara damar terdengar menggoda.
"Gak, mas Bas gak ada hubungi mba. Nanti deh mba kabarin kapan bisa pulang ya."
"Ok mba. Mba hati-hati di sana ya. Jangan Tergoda cowo lain, kasihan mas Bas ntar patah hati."
"Apaan sih kamu! Ngaco aja. Udah ah." Nilam menutup sambungan telepon, karena kesal dengan ucapan sang adik.
***
Jam 19.15 Nilam keluar dari tempat kursusnya.
Tanpa diduga pandu sudah duduk manis di teras ruko yang dijadikan tempat kursus tersebut.
"Mas ..." Panggil Nilam begitu yakin orang yang dilihatnya adalah sang kekasih.
Laki-laki tampan bermata sayu itu menoleh.
"Udah selesai?" Tanyanya dengan senyum manis tak pernah pudar dari bibirnya.
Nilam menganggukkan kepalanya.
"Yuk." Ajak laki-laki itu
"Aku udah pesan gojek mas, bentar lagi sampai." Ucap Nilam dengan rasa bersalah.
"Kan bisa dibatalkan sayang ..." Ucapnya.
"Gak bisa gitu mas ... Kasihan mba tukang ojeknya."
Pandu merasa kecewa karena ditolak oleh Nilam.
"Itu gojeknya datang." Tunjuk Nilam begitu melihat sebuah sepeda motor menuju ke arahnya.
"Permisi, mba Nilam ya?" Tanya seorang perempuan dengan jaket berlogo perusaahan yang menaunginya.
"Iya mba."
Wanita itu mengambil sebuah helm yang ia gantung di pengait de depannya.
"Maaf ya MB, teman saya tiba-tiba jemput. Ini saya bayar ongkosnya, tapi mba gak usah antar saya ya. Maaf ya MB." Ucap Nilam
"Oh gitu ya mba?" Gojek wanita itu merasa sedikit bingung, namun begitu ia menerima lembaran uang yang Nilam berikan untuknya.
"Terimakasih ya mba. Jangan lupa kasih rating yang bagus untuk saya."
"Iya mba, pasti." Dengan senyum tulus Nilam menanggapi permintaan mba-mba gojek itu.
Setelah gojek itu berlalu, Nilam kembali menghampiri pandu yang masih berdiri di posisinya semula.
"Udah yuk mas." Kata Nilam.
Pandu ahkirnya ikut tersenyum. Mengacak rambut Nilam yang hitam terawat.
"Kirain mau pulang sama mba gojek itu." Gumamnya namun masih didengar oleh gadis itu.
"Kalau aku pergi sama mbanya, nanti ada yang ngambek ... Ada yang gak balas chat, terus tiba-tiba jutek." Goda Nilam yang sudah duduk nyaman di belakang Pandu. Sementara laki-laki itu tersenyum mendengar godaan kekasihnya.
"Jalan-jalan dulu ya sebentar. Besok mas deh yang bayarin ongkos laundrynya."
"Gak segitunya juga kali mas. Besok pagi aja aku nyucinya. Kita mau kemana nih?"
"Kamu maunya kemana?"
"Kemana aja asal sama kamu mas." Ucap Nilam malu-malu.
Pandu seperti digelitik ribuan kupu-kupu dalam perutnya. Hanya mendengar kalimat sederhana itu, perasaan aneh muncul dalam dirinya.
Bersyukur Nilam tidak melihat wajah memerah laki-laki tampan itu.
"Mmm kamu aja, maunya kemana. Mas ikut mau kamu." Akhirnya kalimat itu yang terucap dari bibirnya.
Nilam nampak berpikir. Teringat ucapan Damar, bahwa Utari akan segera menikah. Akhirnya Nilam mengajak Pandu ke sebuah mall yang cukup besar yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat kursusnya.
Mereka berkeliling mencari sesuatu yang cocok dijadikan kado.
"Mau kadoin apa sih Yank? Dari tadi muter gak jelas."
"Aku bingung mas. Mau kasih kado alat rumah tangga, ribet bawanya. Kalau set bedcover gitu gak tahu ukuran kasurnya." Nilam mengeluh.
"Kasih amplop aja, kan lebih bermanfaat."
"Tapi gak berkesan mas."
"Kalau gitu, cari yang simple aja, tapi berkesan."
"Nah itu yang lagi aku cari mas ..."
"Beliin kain aja, yang couple. Gak pusing mikir ukuran lagi, cari warna netral biar cocok dipake kemana aja."
Senyum cerah Nilam terlihat.
"Makasih mas ... Idenya top." Gadis itu mengacungkan dua jempol tangannya ke arah pandu.
"Ya udah yuk, kita ke tempat busana adat."
Mereka melangkah menuju pakaian adat, dimana terdapat begitu banyak pakaian couple yang di pajang.
Tangan keduanya bertaut. Nilam tidak lagi menolak setiap kali Pandu menggenggam tangannya.
Bila Pandu saja tidak malu jalan dengannya, kenapa dia tidak menghargai laki-laki itu dengan menerima perlakuan manisnya? Pikir Nilam.
Akhirnya mereka menemukan kado yang pas untuk Nilam berikan pada Utari nanti. Meskipun dirinya tidak diundang secara langsung, namun ia akan tetap datang. Sebab Utari masihlah kerabatnya meski hubungan mereka tidak terlalu dekat.
Di kasir, Nilam dan Pandu berdebat soal siapa yang membayar. Namun Nilam dengan keras kepalanya berhasil membayar sendiri apa yang dia beli.
Sang kasir hanya tersenyum melihat interaksi keduanya. Sebab sangat jarang ada wanita di jaman sekarang yang menolak diberikan sesuatu secara gratis oleh kekasihnya.
***
"Makasih mas udah ajak Nilam keluar." Dengan senyum manis Nilam mengucapkannya pada sang kekasih.
"Ya sama-sama sayang. Besok mas kesini lagi ya, besok kerjanya setengah hari kan?"
"Ya mas. Ya sudah, Nilam masuk dulu ya ..."
Pandu menahan tangan Nilam yang tadi ya genggam saat wanita itu turun dari sepeda motornya.
"Besok ikut mas ke rumah ya. Kakak mas besok pulang sama suaminya, mas mau kenalin kamu sama keluarga mas." Pandu menatap serius ke arah kekasihnya
"Tapi maas ..." Nilam hendak menolak, namun pandu dengan cepat menggelengkan kepala.
"Jangan nolak lagi. Mau sampai kapan kita sembunyi-sembunyi seperti ini? Kamu gak mau menjalin hubungan yang serius sama mas?"
"Bukan gitu Maas ... Tapi ..." Nilam tidak lagi melanjutkan kalimatnya. Sejenak berpikir, akhirnya ia memberanikan diri untuk mengangguk.
"Baiklah, besok aku mau ke rumah mas. Tapi kalau mereka nolak gimana?"
"Gak akan! Percaya sama mas. Ok?"
Nilam menganggukkan kepala pasrah. Mungkin ini waktunya, pikir gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
auliasiamatir
mudah mudahan dilancar kan yah nilam dan pandu.
2023-01-26
0
Mommy QieS
gift mawar untuk mu Nilam🌹
2023-01-07
1
Mommy QieS
hehe😁😁
2023-01-07
0